Berbeda Keyakinan Dalam Film Assalamualaikum Beijing Edisi Juni 2015)

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh :

Kiki Dwi Hikmayanti NIM: 1111051000120

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015


(2)

Analisis Semiotika Toleransi Beragama dalam X'ilm

As s al amualaik um B etj ing

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Kiki Dwi Hikmayanti NIM: 1111051000120

JURUS$I KOMT]IIIKASI DAN PEIIYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMTINIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA NIP: 19750606200710

I

001


(3)

Skripsi ini berjudul ANALISIS SEMIOTIKA TOLERANSI ANTAR UMAT

BERBEDA KEYAKINAN DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING

telah diujikan dalam sidang munaqsyah Fakultas

Ilmu

Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 September 2015, skripsi

ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi penyiaran Islam.

J akarta, 30 September 20 1 5

Sidang Munaqasyah

Anggota Penguji

I

Sekretaris

NIP. 19700903 199603

I

001


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh Gelar sarjana strata satu

(Sl)

di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan

ini saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di universitas Islam Negeri (urN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan tiruan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Septemb er 2015

Kiki Dwi Hikmayanti

l.

)

a J.


(5)

i

ABSTRAK

Kiki Dwi Hikmayanti 1111051000120

Analisis Semiotika Toleransi Antar Umat Berbeda Keyakinan Dalam Film Assalamualaikum Beijing

Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya. Fungsi film diantaranya adalah sebagai media informasi dan media sosial, karena melalui film masyarakat dapat melihat secara nyata apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tertentu pada masa tertentu. Assalamualaikum Beijing merupakan film bergenre drama religi. Film yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto ini memberikan gambaran mengenai toleransi beragama antar umat berbeda keyakinan yang dilakukan oleh tokoh Asma dan Zhong Wen.

Rumusan masalah penelitian ini yaitu Bagaimana cara bersikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain dalam film Assalamualaikum Beijing dilihat dari makna denotasi? Bagaimana cara bersikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain dalam film Assalamualaikum Beijing dilihat dari makna konotasi? Bagaimana cara bersikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain dalam film Assalamualaikum Beijing dilihat dari makna mitos?

Melihat konteks penelitian ini, tinjauan teoritis yang digunakan adalah teori analisis semiotik dengan menggunakan model Roland Barthes. Teknik pengumpulan data dengan meneliti scene-scene yang ditampilkan dalam film Assalamualaikum Beijing. Peneliti juga melakukan document research sebagai teknik pengumpulan data, menelaah dan mengkaji buku, majalah, internet, dan literature-literature lainnya yang memiliki relevansi dengan materi dalam penelitian ini. Serta dilakukan wawancara dan dokumentasi dengan Asisten Sutradara Film Assalamualaikum Beijing oleh Bapak Tebe Reviadi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik yang bersifat kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma kontstruktivis yang berasumsi bahwa apa yang nyata (reality) merupakan konstruksi dalam fikiran individu. Objek penelitian terfokus pada delapan adegan dalam film Assalamualaikum Beijing, dimana adegan-adegan tersebut berkaitan dengan rumusan masalah dan menggambarkan sikap toleransi umat berbeda keyakinan.

Setelah melihat dan mengamati delapan adegan film yang diteliti, maka kesimpulannya adalah toleransi antar umat berbeda keyakinan dalam film Assalamualaikum Beijing digambarkan melalui sikap Asma yang menghargai informasi yang diberikan Zhong Wen mengenai sejarah masjid Xi’an di China, dan sikap Zhong Wen yang berkeyakinan Agnostik yang menghormati Asma untuk melakukan ibadah.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Dialah tempat bersandar, dan sumber kenikmatan hidup yang tanpa batas, Rahman dan Rahim tetap menghiasi asma-Nya, sehingga penulis diberikan kekuatan fisik dan psikis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Semiotika Toleransi Beragama Dalam Film Assalamualaikum Beijing.

Shalawat beserta salam tetap tercurahkan atas penghulu umat manusia Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang telah membuka pintu keimanan yang bertauhidkan kebenaran, kearifan hidup manusia dan pencerahan atas kegelapan manusia serta uswatun hasanah yang dijadikan sebuah pelajaran bagi muslim dan muslimah hingga akhir zaman.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih pada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada.

1. Dr. Arief Subhan M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, beserta wakil-wakil Dekan.

2. Masran, DRS, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

3. Fita Faturokhmah, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).


(7)

iii

5. Ade Masturi, MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta inspirasi yang sangat berharga untuk penulis.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan. Semoga ilmu yang diberika bermanfaat.

7. Segenap pemimpin dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

8. Kedua orangtua tercinta bapak Hikmat Maulana, S.Pd., M.Si., dan Ibu Sudarsih Mimin, S.Pd., atas segala kasih sayang, perhatian, nasehat, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

9. Kakak-kakak tercinta yaitu Chandra Kurniawan dan Sarlita Trisna Tika, yang telah memberi semangat dan masukan-masukan agar penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Amriyanto Palulu, ST yang telah memberi semangat dan dukungan kepada penulis agar tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabat seperjuangan, KPI D 2011, Leli, Rya, Tria, Dita, Nay, Ita, Syifa, Azizah, Rani, Nadliroh, Fitri, Rina, Uus, Hasna, Faisal, Luqman, Faiz, Ganjar, Zahid, Ican, Alwan, Diva, Wawi, Mamik, Azat, Anhar, Fauzan, Kahfi yang telah bersama-sama berjuang dari masuk


(8)

iv

Universitas, dan selalu menjadi tempat untuk bertukar pikiran serta berbagi pengalaman yang berharga selama berada dibangku kuliah. 12.Sahabat dari SMA yaitu Sheila yang selalu memberikan semangat dan

masukan agar dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

13.Teman-teman KKN Pelita, Lulu, Laili, Ilma, Ahda, Dini, Danti, Ajo, Adam, Naufan, Medi yang saat ini tengah berjuang juga menyusun skripsi di fakultas masing-masing.

Harapan peneliti semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pengantar dalam penelitian ini, akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, September 2015


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 11

A. Tinjauan Mengenai Semiotika ... 11

1. Pengertian Semiotika ... 11

2. Tanda dan Makna Semiotika ... 12

3. Teori Semiotika Menurut Roland Barthes ... 16

B. Tinjauan Umum Tentang Film ... 20

1. Definisi Film ... 20

2. Unsur-Unsur dalam Film ... 23

3. Unsur-Unsur Pembentuk Film ... 26

4. Struktur Film ... 28

C. Definisi Toleransi Agama ... 30

1. Pengertian Toleransi ... 30

2. Makna Agama ... 35

3. Pengertian Toleransi Beragama ... 38

BAB 3 GAMBARAN UMUM ... 41


(10)

vi

B. Sinopsis Film Assalamualaikum Beijing ... 43

C. Profil Sutradara Film Assalamualaikum Beijing ... 49

D. Profil Maxima Pictures... 50

E. Profil Tim Produksi Film Assalamualaikum Beijing ... 51

F. Profil Pemain Film Assalamualaikum Beijing ... 52

G. Keunggulan Film Assalamualaikum Beijing ... 58

BAB 4 TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN ... 60

A. Semiotika dalam Film Assalamualaikum Beijing ... 60

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan... 100

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Scene 1 ... 62

Tabel 4.2 Scene 2 ... 66

Tabel 4.3 Scene 3 ... 72

Tabel 4.4 Scene 4 ... 76

Tabel 4.5 Scene 5 ... 80

Tabel 4.6 Scene 6 ... 85

Tabel 4.7 Scene 7 ... 90


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Signifikansi Dua Tahap ... 17

Gambar 3.1 Cover Novel Assalamualaikum Beijing ... 41

Gambar 3.2 Poster Film Assalamualaikum Beijing ... 43

Gambar 3.3 Cuplikan Adegan Film Assalamualaikum Beijing ... 44

Gambar 3.4 Cuplikan Adegan Film Assalamualaikum Beijing ... 45

Gambar 3.5 Cuplikan Adegan Film Assalamualaikum Beijing ... 47

Gambar 3.6 Guntur Soeharjanto ... 49

Gambar 3.7 Revalina S. Temat ... 52

Gambar 3.8 Morgan Oey... 53

Gambar 3.9 Laudya Cynthia Bella ... 55

Gambar 3.10 Deddy Mahendra Desta ... 56

Gambar 3.11 Cynthia Ramlan ... 57


(13)

1

A.Latar Belakang

Film dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang unik dibanding dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.1

Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV.2 Film adalah sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan dalam bentuk gambar hidup. Film juga merupakan karya cipta manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Fungsi film diantaranya adalah sebagai media informasi dan media sosial, karena melalui film masyarakat dapat melihat secara nyata apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tertentu pada masa tertentu.3

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang paling digemari oleh kebanyakan orang. Dalam pembuatan film tidaklah mudah dan tidak sesingkat seperti kita menonton film. Proses pembuatan film memerlukan waktu yang lama, biaya yang tidak sedikit, dan diperlukannya proses pemikiran

1

Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar (Jakarta: BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usman Ismail, 2000), h. 6.

2

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 136.

3

Kalarensi Naibaho, Film; Pelestarian; Karya; Akses; Seni; Masyarakat (Visi Pustaka Vol.10 No.2, 2008), h. 1-2.


(14)

dan proses teknik dalam pembuatannya. Proses pemikiran yaitu berupa pencarian ide-ide, gagasan dan cerita yang kemudian digarap menjadi bentuk film. Salah satunya film yang menarik, diangkat kisahnya dari sebuah novel National Best Seller karya penulis ternama yaitu Asma Nadia yang kemudian dibuat menjadi sebuah film yang berjudul Assalamualaikum Beijing.

Film yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto yang tayang pada tanggal 30 Desember 2014 ini dibintangi oleh sederet aktor dan aktris yang sudah tidak asing lagi di dunia perfilman, seperti Revalina S. Temat sebagai tokoh utama film Assalamualaikum Beijing yang sudah tidak diragukan lagi bakat aktingnya dan dia sudah berhasil mendapatkan nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik FFI 2009 dan 2014.4

Film Assalamualaikum Beijing menurut Asisten Sutradara Tebe Reviadi mengandung makna toleransi dimana film ini ditonjolkan mengenai toleransi antara dua orang berbeda keyakinan yang dilakukan oleh tokoh Asma dan Zhong Wen.5

Film Assalamualaikum Beijing merupakan film yang bergenre drama religi yang mengisahkan tentang tokoh Asma dan Zhong Wen yang mana keduanya memiliki perbedaan keyakinan dalam sisi agama. Asma yang beragama Islam suatu hari ketika berada di Beijing dan hendak pergi kesuatu tempat, namun kemudian ia tidak mengetahui halte dimana ia harus berhenti. Kemudian ia bertemu dengan Zhong Wen, seorang laki-laki asal China yang berbeda keyakinan dengan Asma dan kemudian memberitahu Asma di halte

4“Revalina S. Temat” artikel diakses pada 11 Mei 2015 dari

http://www.festivalfilmbandung.com/2015/02/assalammualaikum-beijing-cenat-cenut-.html?m=1,

5


(15)

mana ia harus turun dan berujung dengan perkenalan. Kemudian hubungan mereka berlanjut sampai ketika mereka bertemu kembali disebuah masjid tua

di China yaitu masjid Xi’an. Zhong Wen menceritakan mengenai sejarah

masjid tersebut kepada Asma. Semakin lama mereka pun semakin akrab tanpa menghiraukan adanya perbedaan antara mereka, baik perbedaan agama, suku, budaya, ras, dan lain-lain.

Penulis ingin melihat sisi film Assalamualaikum Beijing terutama dari segi toleransi antar umat yang memiliki perbedaan dalam keyakinan yaitu antara seseorang yang beragama Islam dengan seseorang yang berkeyakinan Agnostik. Keunikan film Assalamualaikum Beijing terletak pada bahasa komunikasi yang digunakan yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Asing (Inggris dan Mandarin).

Dari apa yang telah dipaparkan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian sekaligus dijadikan judul skripsi yaitu: “Analisis Semiotika Toleransi Antar Umat Berbeda Keyakinan Dalam Film Assalamualaikum Beijing”.

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penulisan skripsi ini membatasi pada pengambilan adegan-adegan film Assalamualaikum Beijing. Dari sekian banyak adegan, hanya delapan adegan yang memiliki kesesuaian dengan judul yang diangkat oleh penulis, dalam tujuh adegan tersebut dianggap memiliki simbol yang


(16)

mewakili bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos yang berhubungan dengan adanya toleransi antar umat berbeda keyakinan. Dan ada satu adegan yang memperlihatkan bagaimana Zhong Wen memutuskan untuk menjadi seorang mualaf.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana cara bersikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain

dalam film Assalamualaikum Beijing dilihat dari makna denotasi? b. Bagaimana cara bersikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain

dalam film Assalamualaikum Beijing dilihat dari makna konotasi? c. Bagaimana cara bersikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain

dalam film Assalamualaikum Beijing dilihat dari makna mitos?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, secara spesifik penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana cara bersikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain dalam film Assalamualaikum Beijing dilihat dari makna denotasi.

b. Untuk mengetahui bagaimana cara bersikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain dalam film Assalamualaikum Beijing dilihat dari makna konotasi.


(17)

c. Untuk mengetahui bagaimana cara bersikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain dalam film Assalamualaikum Beijing dilihat dari makna mitos.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dihasilkan dengan adanya penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademisi

Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khasanah ilmu komunikasi melalui film untuk fakultas Ilmu Komunikasi khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala audiens untuk memaknai pesan dalam film, dapat menghargai sinema Indonesia dan lebih kritis dalam memilih film yang bermutu.

D. Metodelogi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme, hal ini dikarenakan paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik, serta bergantung pada pihak yang melakukannya. Karena itu, realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang sebagaimana yang biasa dilakukan dikalangan positivis atau


(18)

post-positivis. Aliran ini menyatakan bahwa hubungan epistimologis antara pengamat dan objek merupakan satu kesatuan, subjektif, dan merupakan hasil perpaduan interaksi antara keduanya.

Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode hermeneutika dan dialektika dalam proses mencapai kebenaran. Metode pertama dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi pendapat orang per orang, sedangkan metode kedua mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan, untuk memperoleh suatu konsensus kebenaran yang disepakati bersama. Dengan demikian, hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan perpaduan pendapat yang bersifat relatif, subjektif, dan spesifik mengenai hal-hal tertentu.6

Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak diluar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengambangkan dirinya melalui respon terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Karena itu, paradigma definisi sosial lebih tertarik terhadap apa yang ada dalam pemikiran manusia tentang proses sosial, terutama para pengikut interaksi simbolis.

Dikutip dari buku Konstruksi Sosial Media Massa menurut Hidayat, dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun, kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.7

6

Agus Salim, Teori & Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 71-72.

7

Burhan Bungin, Komunikasi Sosial Media Massa (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 11.


(19)

Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis karena peneliti ingin menggali bagaimana sikap toleransi terhadap umat yang berbeda keyakinan dalam film Assalamualaikum Beijing.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif, dengan menggambarkan pesan-pesan dalam film Assalamualaikum Beijing.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik dengan menggunakan model Roland Barthes, yang berfokus pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang mana signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.8

3. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian ini adalah film Assalamualaikum Beijing. Sedangkan objeknya adalah potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film Assalamualaikum Beijing yang memiliki makna

8

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 127-128.


(20)

denotasi, konotasi dan mitos berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan melalui cara observasi, yaitu mengamati langsung secara mendalam data-data yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yakni peneliti hanya meneliti scene-scene yang ditampilkan dalam film Assalamualaikum Beijing. Selain itu peneliti juga melakukan document research sebagai teknik pengumpulan data, yakni dengan menelaah dan mengkaji buku, majalah, internet, dan literatur-literatur lainnya yang memiliki relevansi dengan materi dalam penelitian ini.

Pengumpulan data yang dilakukan peneliti juga berupa wawancara dan dokumentasi dengan Asisten Sutradara Film Assalamualaikum Beijing yaitu dengan Bapak Tebe Reviadi.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dengan mengklasifikasikan adegan-adegan dalam film Assalamualaikum Beijing yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Kemudian, data dianalisis dengan model semiotik Roland Barthes yaitu dengan cara mencari makna denotasi, konotasi dan mitos dalam setiap masing-masing adegan yang menghasilkan tanda secara objektif untuk memahami makna yang tersirat dalam film Assalamualaikum Beijing.


(21)

E.Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang menginspirasi peneliti dari skripsi-skripsi terdahulu diantaranya adalah:

a. “Analisis Semiotik Terhadap Film In The Name Of God”, oleh Hani Taqiyya, tahun 2011, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Konsentrasi Jurnalistik. Objek yang diteliti tentang makna denotasi, konotasi dan mitos yang mempresentasikan konsep-konsep jihad Islam yang mengacu pada model semiotik Roland Barthes.

b. “Analisis Semiotika Film Dokumenter Kiri Hijau Kanan Merah”, oleh Ima Rahmawati, tahun 2014, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Konsentrasi Jurnalistik. Objek yang diteliti tentang kiprah Munir sebagai pejuang HAM dengan menggunakan model semiotik Roland Barthes.

c. “Analisis Narasi terhadap Film Cinta tapi Beda dalam Perspektif

Komunikasi Antaragama dan Budaya”, oleh Sri Hayati, tahun 2013, mahasiswa Fakultas Dakwan dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Konsentrasi Jurnalistik. Objek yang diteliti adalah percintaan beda agama dengan menggunakan model analisis narasi Tvzetan Todorov.

Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika


(22)

Toleransi Antar Umat Berbeda Keyakinan Dalam Film Assalamualaikum Beijing di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka dari itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan dipaparkan secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN : Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI : Dalam bab ini berisikan tentang pengertian Tinjauan Mengenai Semiotika, Tinjauan Umum Tentang Film, Definisi Toleransi Agama.

BAB III GAMBARAN UMUM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING : Dalam bab ini berisi gambaran film Assalamualaikum Beijing, latar belakang pembuatan film Assalamualaikum Beijing, sinopsis film, profil sutradara, profil Maxima Pictures, profil tim produksi, profil pemain, dan keunggulan film.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Dalam bab ini menjabarkan temuan dan analisis semiotika film Assalamualaikum Beijing, narasi adegan yang diteliti, makna konotasi, denotasi dan mitos.

BAB V PENUTUP : Dalam bab terakhir ini berisi penutup mengenai kesimpulan dan saran.


(23)

11

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Mengenai Semiotika 1. Pengertian Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu semion yang artinya adalah “tanda”. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap yang mewakili sesuatu yang lain.

Secara terminologis, semiotik adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest mendefinisikan semiotik sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya antara lain cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengiriman dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”.

Preminger mengatakan bahwa semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.1

Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut “tanda” dengan demikian semiotika mempelajari hakekat tentang keberadaan tanda, baik itu dikonstruksikan oleh simbol dan kata-kata yang

1


(24)

digunakan dalam konteks sosial.2 Semiotika dipakai sebagai pendekatan untuk menganalisa sesuatu baik itu berupa teks gambar ataupun simbol di dalam media cetak ataupun elektronik. Dengan asumsi media itu sendiri dikomunikasikan dengan simbol dan kata.

2. Tanda dan Makna dalam Semiotika a. Tanda

Semua model makna memiliki bentuk yang secara luas serupa atau mirip. Masing-masing memperhatikan tiga unsur yang mesti ada dalam setiap studi tentang makna. Ketiga unsur tersebut adalah tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda.

Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengamatan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda.

Suprapto mengatakan: “Tanda dalam acuannya dan penggunaannya sebagai tiga titik dalam segitiga. Masing-masing terkait erat pada dua yang lainnya, dan dapat dipahami dalam artian pihak lain”.3

Lebih lanjut Suprapto mengatakan :

“Tanda terdiri atas bentuk fisik plus konsep mental yang terkait, dan konsep ini merupakan pemahaman atas realitas eksternal”.4

2

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 87.

3

Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Komunikasi (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), h. 114.

4

Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Komunikasi (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), h. 114.


(25)

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanda terdiri pada realitas hanya melalui konsep orang yang menggunakannya.

b. Kategori-Kategori Tanda

Suprapto menjelaskan berbagai cara dalam meyampaikan makna dengan membuat tiga kategori tanda yang masing-masing menunjukkan hubungan berbeda di antara tanda dan objeknya atau apa yang diacunya.

(1) Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta.

(2) Indeks ada hubungan langsung antara tanda dan objeknya. Ia merupakan tanda yang hubungan eksistensionalnya langsung dengan objeknya.

(3) Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan kata-kata umumnya adalah simbol.5

Tommy Suprapto dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Teori Komunikasi”, mengemukakan beberapa pokok pikiran tentang makna dan tanda dalam proses komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut:

(1) Dalam proses komunikasi, seperangkat tanda merupakan hal yang penting karena ini merupakan pesan yang harus dipahami oleh

5

Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Komunikasi (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), h. 120.


(26)

komunikan. Komunikan harus menciptakan makna yang terkait dengan makna yang dibuat oleh komunikator. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama, makin banyak kita menggunakan sistem tanda yang semakin sama.

(2) Tanda-tanda (sign) adalah basis dari seluruh kegiatan komunikasi. Manusia dengan perantara tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian tentang tanda dalam proses komunikasi tersebut sering disebut semiotika komunikasi.

(3) Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda, yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu: pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan hal yang dibicarakan.

(4) Semiotika mempunyai 3 bidang, yaitu :

a) Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas aturan tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya.

b) Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi selama komunikasi yang tersedia mentransmisinya.


(27)

c) Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.6

c. Makna

Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (dennotative), kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda.

Menurut Alex Sobur,7 makna sebuah tanda sangat dipengaruhi oleh tanda yang lain.

“Makna dianggap sebagai fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi beberapa unsur dengan setiap unsur itu. Secara sendiri-sendiri, unsur tersebut tidak mempunyai makna sepenuhnya”.

Menurut Aminuddin mengatakan :

“Makna adalah hubungan antara bahasa dan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti”.8

6

Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Komunikasi (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006), h.123

7

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 126.

8

Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra (Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, 2000), h.153.


(28)

Dalam pandangan Sumadiria, makna dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni 9:

(1) Makna menjadi isi abstraksi dalam kegiatan bernalar secara logis sehingga membuahkan proposisi kebahasaan.

(2) Makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan.

(3) Makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.

Sebuah makna berasal dari petanda-petanda yang dibuat manusia, ditentukan oleh kultur atau subkultur yang dimilikinya yang merupakan konsep mental yang digunakan dalam membagi realitas dan mengkategorikannya sehingga manusia dapat memahami realitas tersebut.

3. Teori Semiotik Menurut Roland Barthes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure, Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, akan tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami diharapkan oleh penggunanya. Gagasan barthes ini dikenal dengan “order of signification” (signifikansi dua tahap), mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di

9

Sumadiria, AS Haris, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), h. 26.


(29)

sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.10

Salah satu teori Sausurre yang dikembangkan Barthes adalah signifikansi. Teori tersebut membicarakan dikotomi signifier (penanda) dan signified (pertanda), menurut Sausurre, bahasa sebagai sebuah sistem tanda terdiri atas dua aspek yang tidak terpisahkan. Signifier adalah aspek formal atau bunyi, sedangkan signfied adalah aspek makna atau konsep. Kesatuan diantara keduanya disebut tanda. Relasi tersebut menunjukkan bahwa jika citra akustis berubah, berubah pula konsepnya, demikian juga sebaliknya.11

First Order Second Order

Reality Signs Culture

Form

Content

Gambar 2.1 Signifikansi Dua Tahap 12

10

Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999), h. 15.

11

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 32.

12

Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 127. Denotati

on Signifie

Connota tion


(30)

Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikansi dua tahap. Pada gambar diatas, Barthes seperti yang dikutip Fiske menjelaskan signifikansi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Pada signifikansi tahap kedua yang berkaitan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos.

Dalam teori Barthes semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu:

a. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti.

b. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti.13

Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, “menjadi makna” dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang

13


(31)

terpisah atau berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies (1972) memaparkan konotasi dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa-yang terjadi tanpa-mengatakan” dan menunjukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis ideologinya.

Sedangkan denotasi, dipihak lain menunjukan arti literatur atau yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh boneka barbie menunjukan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun 1959, dengan tinggi 11,5 inci, dengan ukuran dada 5,25 inci, tinggi pinggang 3 inci dan pinggul 4,25 inci. Sementara konotasi dari boneka barbie, secara kontras penuh kontroversi.14 Menurut sebagian orang bahwa boneka barbie tersebut adalah lambang atau simbol dari emansipasi wanita.

Bagi Barthes, mitos adalah sistem semiologis urutan kedua atau metabahasa. Mitos adalah bahasa kedua yang berbicara tentang bahasa tingkat pertama (penanda dan petanda) yang membentuk makna denotatif menjadi penanda pada urutan kedua pada makna mitologis konotatif.15

Produksi mitos dalam teks membantu pembaca untuk menggambarkan situasi sosial budaya, mungkin juga politik yang ada

14

Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999), h. 15.

15


(32)

disekelilingnya. Bagaimanapun mitos juga mempunyai dimensi tambahan yang disebut naturalisasi. Melaluinya sistem makna menjadi masuk akal dan diterima apa adanya pada suatu masa, dan mungkin tidak untuk masa yang lain.

Pemikiran Barthes tentang mitos nampaknya masih melanjutkan apa yang diandaikan Saussure tentang hubungan bahasa dan makna atau antara penanda dan petanda. Tetapi yang dilakukan Barthes sesungguhnya melampaui apa yang lakukan Saussure. Bagi Barthes, mitos bermain pada wilayah pertandaan tingkat kedua atau pada tingkat konotasi bahasa. Barthes menambah pengertian ini menjadi makna pada tingkat konotasi. Konotasi bagi Barthes justru mendenotasikan sesuatu hal yang ia nyatakan sebagai mitos, dan mitos ini mempunyai konotasi terhadap ideologi tertentu.16

B. Tinjauan Umum Tentang Film 1. Definisi Film

Menurut Undang-Undang Perfilman No. 6 tahun 1992, Bab 1, Pasal 1, film adalah karya cipta seni dan budaya dan merupakan media komunikasi massa pandang dan dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan cara di rekam pada pita selluloid, pita video, piringan hitam atau bahan hasil penemuan lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya yang dapat ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan lainnya.

16

Tedi Permadi, “Mitos” artikel diakses pada 8 Agustus 2015 dari http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/197006242 006041-TEDI_PERMADI/Mendekontruksi_Mitos_Mitos_Masa_Kini_sebuah_Resume.pdf


(33)

Film sebagai media komunikasi massa yang dipertunjukan di bioskop dengan jenis cerita yang terdiri dari film drama, komedi, musik, action, horror anak-anak, dan science fiction. Film berkembang menjadi sebuah media ekspresi dan mempunyai nilai komersial yang tinggi.17

Secara etimologis film adalah gambar hidup atau cerita hidup.18 Sebagai industri (an industry), film adalah sesuatu yang merupakan bagian dari produksi ekonomi suatu masyarakat dan ia mesti dipandang dalam hubungannya dengan produk-produk lainnya. Sebagai komunikasi (communication), film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan menerima pesan (send and receive messages).19

Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar.20

Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.21

17

Askurifai Baksin, Membuat Film Indie Itu Gampang (Bandung: Katarsis, 2003), h. 6.

18

Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental & Dokumenter (Jakarta: Fatma Press, FFTV-IKJ dengan YLP, 1997), h. 22.

19

Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi; Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 190.

20

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 127.

21

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 127.


(34)

Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Fungsi edukasi dapat tercapai bila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.22

Film memberi dampak pada setiap penontonnya, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Melalui pesan yang terkandung di dalamnya, film mampu memberi pengaruh bahkan mengubah dan membentuk karakter penontonnya.

Dalam menyampaikan pesan kepada khalayak, sutradara menggunakan imajinasinya untuk mempresentasikan suatu pesan melalui film dengan mengikuti unsur-unsur yang menyangkut eksposisi (penyajian secara langsung atau tidak langsung). Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata atau sungguh-sungguh terjadi dalam masyarakat. Banyak muatan-muatan pesan ideologis di dalamnya, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir para penontonnya. Sebagai gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Pada hakikatnya, semua film adalah dokumen sosial dan budaya yang membantu mengkomunikasikan zaman ketika film itu dibuat bahkan sekalipun ia tak pernah dimaksudkan untuk itu.23

22

Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 136.

23

Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi; Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), h. 191.


(35)

2. Unsur-unsur Dalam Film

Sebagai alat komunikasi massa untuk bercerita, film memiliki unsur yang tidak dimiliki media massa lainnya. Adapun unsur-unsur yang berkaitan dengan film adalah:

a. Skenario

Skenario adalah rencana untuk pelakonan film berupa naskah. Skenario berisi sinopsis, deskripsi treatment (deskripsi peran), break down, rencana shot, dan dialog.24 Skenario film adalah naskah cerita film yang ditulis dengan berpegang pada standar atau aturan-aturan tertentu. Skenario ditulis dengan tekanan yang lebih mengutamakan visualisasi dari sebuah situasi atau peristiwa melalui adegan demi adegan yang jelas pengungkapannya. Penulis skenario film adalah seseorang yang menulis naskah cerita yang akan difilmkan. Naskah skenario yang ditulis penulis skenario itulah yang kemudian digarap atau diwujudkan sutradara menjadi sebuah karya film.25

b. Produser

Unsur paling utama (tertinggi) dalam suatu tim kerja produksi atau pembuatan film adalah produser. Karena produserlah yang menyandang atau mempersiapkan dana yang dipergunakan untuk pembiayaan produksi film. Produser merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Selain dana, ide atau gagasan, produser juga harus menyediakan naskah

24

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 11.

25“Pengertian Sejarah dan Unsur

-Unsur Film diakses pada tanggal 8 Juni 2015 dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html


(36)

yang akan difilmkan, serta sejumlah hal lainnya yang diperlukan dalam kaitan proses produksi film.

c. Sutradara

Sutradara adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karena itu biasanya sutradara menempati posisi sebagai orang penting kedua di dalam suatu tim kerja produksi film. Di dalam proses pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah skenario kedalam aktivitas produksi.

d. Penata Kamera (Kameramen)

Penata kamera atau yang dikenal dengan sebutan kameramen adalah seseorang yang bertanggungjawab dalam proses perekaman (pengambilan) gambar di dalam kerja pembuatan film. Karena itu, seorang penata kamera atau kameramen dituntut untuk mampu menghadirkan cerita yang menarik, mempesona dan menyentuh emosi penonton melalui gambar demi gambar yang direkamnya di dalam kamera. Di dalam tim kerja produksi film, penata kamera memimpin departemen kamera.

e. Penata Artistik

Penata artistik (art director) adalah seseorang yang bertugas untuk menampilkan cita rasa artistik pada sebuah film yang diproduksi. Sebelum suatu cerita divisualisasikan ke dalam film, penata artistik setelah terlebih dulu mendapat penjelasan dari sutradara untuk membuat


(37)

gambaran kasar adegan demi adegan di dalam sketsa, baik secara hitam putih maupun berwarna. Tugas seorang penata artistik di antaranya menyediakan sejumlah sarana seperti lingkungan kejadian, tata rias, tata pakaian, perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan para pelaku (pemeran) film dan lainnya.

f. Penata Musik

Penata musik adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pengisian suara musik tersebut. Seorang penata musik dituntut tidak hanya sekadar menguasai musik, tetapi juga harus memiliki kemampuan atau kepekaan dalam mencerna cerita atau pesan yang disampaikan oleh film.

g. Editor

Baik atau tidaknya sebuah film yang diproduksi akhirnya akan ditentukan pula oleh seorang editor yang bertugas mengedit gambar demi gambar dalam film tersebut. Jadi, editor adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar.

h. Pengisi dan Penata Suara

Pengisi suara adalah seseorang yang bertugas mengisi suara pemeran atau pemain film. Jadi, tidak semua pemeran film menggunakan suaranya sendiri dalam berdialog di film. Penata suara adalah seseorang atau pihak yang bertanggungjawab dalam menentukan baik atau tidaknya hasil suara yang terekam dalam sebuah film. Di dalam tim kerja produksi film, penata suara bertanggungjawab memimpin departemen suara.


(38)

i. Bintang Film (Pemeran)

Bintang film atau pemeran film dan biasa juga disebut aktor dan aktris adalah mereka yang memerankan atau membintangi sebuah film yang diproduksi dengan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita film tersebut sesuai skenario yang ada. Keberhasilan sebuah film tidak bisa lepas dari keberhasilan para aktor dan aktris dalam memerankan tokoh-tokoh yang diperankan sesuai dengan tuntutan skenario (cerita film), terutama dalam menampilkan watak dan karakter tokoh-tokohnya. Pemeran dalam sebuah film terbagi atas dua, yaitu pemeran utama (tokoh utama) dan pemeran pembantu (piguran).26

3. Unsur-Unsur Pembentuk Film

Secara umum film dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur semantik, dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain.

(1) Unsur Naratif

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Dalam hal ini unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu adalah elemen-elemennya. Mereka saling berinteraksi satu sama lain untuk membuat sebuah jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan, serta terikat dengan sebuah aturan yaitu hokum kausalitas (logika sebab akibat).27

26“Pengertian Sejarah dan Unsur

-Unsur Film” diakses pada tanggal 8 Juni 2015 dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html

27


(39)

(2) Unsur Sinematik

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Dalam unsur sinematik terdapat empat elemen pokok, yaitu: a. Mise-en-scene, yaitu segala sesuatu yang terdapat didepan kamera

seperti komposisi gambar, setting tempat, alat peraga (property), actor (gerakan actor di dalam set), kostum (wardrobe) dan pencahayaan (lighting).

b. Sinematografi, yaitu segala bentuk aktifitas kamera dan filmnya serta kaitan aktifitas kamera tersebut dengan objek yang akan diambil. Sinematografi merupakan sebuah bentuk seni yang sangat unik untuk gambar bergerak.28 Dalam sinematografi ini juga terdapat beberapa teknis sudut pengambilan gambar dan juga ukuran gambar dalam sebuah frame, berikut ini adalah penjelasannya:

1) Bird Eye View adalah suatu teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan posisi kamera di atas ketinggian objek yang direkam.29 Sudut pengambilan ini misalnya dilakukan dari helikopter atau dari gedung bertingkat tinggi.

2) High angle adalah sudut pengambilan gambar dengan posisi kamera tepat berada di atas objek, teknik pengambilan gambar seperti ini memiliki arti dramatik yaitu kecil atau terpuruk. 3) Low Angle adalah sudut pengambilan gambar dengan posisi

kamera berada dari bawah objek, sudut pengambilan gambar

28

Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009), h.17.

29

Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 121.


(40)

dengan posisi kamera berada dari bawah objek, sudut pengambilan gambar ini adalah kebalikan dari high angle. 4) Eye Level adalah sudut pengambilan gambar yang sejajar dengan

posisi objek. Posisi kamera dan objek sejajar sehingga gambar yang diperoleh tidak ke atas atau ke bawah. Teknik pengambilan gambar eye level ini tidak menghasilkan efek dramatik tertentu. 5) Frog Eye adalah sudut pengambilan gambar yang dilakukan juru

kamera dengan posisi sudut pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar (alas) kedudukan objek.30

4. Struktur Film

Film merupakan suatu kesatuan gambar yang dibangun melalui kumpulan dari shot-shot, scene, sequence, dan totalitas sehingga inilah yang disebut struktur dari sebuah film.

a. Shot

Shot adalah suatu peristiwa yang direkam oleh kamera. Shot merupakan proses perekaman gambar (satu kali take) sejak kamera diaktifkan (on) hingga dimatikan (off).

Sekumpulan shot biasanya dapat dikelompokan menjadi sebuah adegan. Satu adegan bisa berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi satu detik, beberapa menit bahkan beberapa jam.

30

Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 121-124.


(41)

Dalam dunia simatografi kode shot dinamakan dengan basic shot, basic shot adalah shot dasar yang dibangun untuk menampilkan seseorang pada ukuran-ukuran (size) tertentu. Berikut adalah bentuk-bentuk tampilan dari setiap shot :

1) Close Up (CU), sebuah shot yang menampilkan wajah seseorang dengan ukuran penuh.

2) Medium Close Up (MCU), menampilkan seseorang dengan ukuran dada keatas.

3) Medium Shot (MS), memperlihatkan tampilan seseorang dari batas pinggang keatas.

4) Medium Long Shot (MLS), menampilkan ukuran seseorang sebatas atas lutut atau bawah lutut.

5) Long Shot (LS), menampilkan seseorang secara utuh mulai dari kepala hingga kaki.

6) Big Close Up (BCU), bagian dari close Up, ukuranya lebih kecil daripada close up.

7) Extrim Close Up (ECU), gambar yang dihasilkan hanya fokus pada satu bagian saja.

8) Very Long Shot (VLS), latar subjek lebih dominan daripada subjek sendiri.

9) Extrim Long Shot (ELS), tidak menonjolkan subjek, penekanan pada latar dimana subjek berada.31

31


(42)

b. Scene (adegan)

Scene adalah gabungan dari beberapa shot yang menimbulkan satu pengertian yang utuh. Membangun satu scene sama dengan membangun sebuah kalimat yang terdiri dari awal, pengembangan atau pemaknaan, dan terakhir bagian penutup.

Satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi (cerita), tema, karakter atau motif.

c. Sequence

Sequence adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu peristiwa yang utuh. Satu sequence umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan.32 Dalam karya literature, sequence bisa diibaratkan babak atau sekumpulan bab.

C.Definisi Toleransi Agama

1. Pengertian Toleransi

Toleransi dalam bahasa Arab yaitu tasamuh yang berarti memberikan kebebasan terhadap orang dan kelompok lain untuk beribadah, dan mengatur kehidupan mereka selama tidak bertentangan dengan kondisi stabilitas masyarakat.33

Toleransi adalah kesediaan menerima kenyataan pendapat yang berbeda-beda tentang kebenaran yang dianut. Dapat menghargai keyakinan

32

Heru Effendy, Mari membuat film, panduan menjadi produser (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1986), h. 35.

33

Dawam Rahardjo, Mujiburrahman, Andreas A. Yewangoe, Franz Magnis Suseno, Martin, Merayakan kebebasan beragama: bunga rampai menyambut 70 tahun Djohan Effendi (Jakarta: ICRP & Buku Kompas, 2009), h. 328.


(43)

orang lain terhadap agama yang dipeluknya, serta memberikan kebebasan untuk menjalankan perintah agama yang dianutnya dengan tidak bersikap mencela atau memusuhinya. Toleransi dalam hidup beragama bukan berarti meninggalkan prinsip agama masing-masing.34

Toleransi juga mengindikasikan adanya kesediaan untuk menerima keyakinan orang lain yang dianut. Adapun toleransi beragama dipahami sebagai sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat istiadat, budaya, serta agama, atau yang lebih populer dengan sebutan inklusivisme, pluralism, dan multikulturalisme.35 Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT Q.S. Al-Hujurat:13 :

ي

آا

كآمآرْكآأ ّ إ ا فآراآعآتل آلئاآبآقآ اب عش ْمكاآ ْلآعآجآ ىآثْنأآ رآكآذ ْنم ْمكاآ ْقآلآخ اّنإ ساّ لا اآ ّي

ّه آدْ ع ْم

ٌريبآخ ٌميلآع آ ّه ّ إ ْمكاآقْتآأ

Artinya :

“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Alllah maha mengetahui dan maha pengenal.” (Q.S. Al-Hujurat:13)

Toleransi beragama tidak terbatas antar pemeluk-pemeluk agama lainnya, tidak bersikap reaktif dan menentang, perlu adanya pendekatan secara musyawarah untuk saling memberikan informasi dan argumentasi agar tidak menimbulkan ketegangan-ketegangan.

34

Thoyib I.M dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 180.

35“Definisi Toleransi” diakses pada 27 Agustus 2015 dari


(44)

Dalam Islam dinyatakan agar menghormati dan menghargai penganut agama yang berbeda, dan mengajarkan amar ma‟ruf nahi munkar yang artinya melakukan kebaikan dan tidak melakukan kejahatan, mengarahkan supaya hidup rukun, hidup sejahtera material dan spiritual. Seperti yang telah di jelaskan dalam Q.S. Al Mumtahanah ayat 8-9:

ْمكراآيي ننم مك جر ْري ْمآلآ نيندلا يف ْمك لتاآقي ْمآل آنييّلا نآع ّه مكاآ ْ آي آَ

)۸( آنيطسْق ْلا ّبحي آ ّه ّ إ ْم ْيآلإ ا طسْقتآ ْمه ّرآبآت آأ

ْمكراآيي ننم مك جآر ْخآأآ نيندلا يف ْمك لآتاآق آنييّلا نآع ّه مكاآ ْ آي اآ ّنإ

(

٩

)

آ لاّظلا مه آك آلْ أآف ْم ّلآ آتآي نآمآ ْمهْ ّلآ آت آأ ْمكجاآر ْخإ ىآلآع ا رآهاآ آ

Artinya:

“Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (8). Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang yang zalim (9).” (Q.S. Al Mumtahanah ayat 8-9)

Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada halangan bagi umat muslim untuk berlaku baik, berbuat adil terhadap non muslim selama tidak membahayakan agama dan umat Islam. Akan tetapi Allah juga mengingatkan umat Islam bahwa hubungan dengan non muslim itu ada batasnya, yakni bilamana golongan lain memusuhi agama dan umat Islam, maka Allah melarang untuk bersahabat dengan mereka. Bahkan dalam situasi dan kondisi demikian umat Islam diwajibkan berjihad dengan jiwa


(45)

dan raga serta harta dan bendanya untuk mempertahankan Islam. Dalam Islam, Al-Qur‟an telah memberi petunjuk bagaimana berdialog yang baik, sehingga bisa menghasilkan sikap saling pengertian, bukan saling berselisih dan kemudian terlibat konflik.

Dalam hidup beragama dan bermasyarakat, umat manusia harus bersifat lapang dada, berjiwa besar dan tidak melakukan perbuatan tercela, tidak mengucapkan kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain dan tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan keresahan hati orang lain serta tidak mengganggu ketenangan beribadat.

Menerima adanya perbedaan agama yang ada merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia dalam hidup beragama dan bermasyarakat. Kesediaan menerima kenyataan kemajemukan dalam pendapat dan agama, bersedia menerima kemajemukan masyarakat dengan tindakan tidak bersikap reaksi dan menentang, dihargai dan dihormati. Setiap ajaran agama mengandung ajaran keimanan atau kaidah-kaidah asasi yang dipercayai kebenarannya secara mutlak, yang bersumber kepada wahyu Ilahi yang diturunkan untuk umat manusia, dijadikan nilai dan norma hidup kemasyarakatan dan Negara.36

Adapun kaitannya dengan agama, toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ke-Tuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk menyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah) masing-masing yang dipilih serta

36

Thoyib I.M dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 180-181.


(46)

memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau yang diyakininya.

Toleransi mengandung maksud supaya membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin terjaminnya pribadi, harta benda dan unsur-unsur minoritas yang terdapat pada masyarakat dengan menghormati agama, moralitas dan lembaga-lembaga mereka serta menghargai pendapat orang lain serta perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya karena hanya berbeda keyakinan atau agama. Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya sekalipun.37 Toleransi tidak hanya dilakukan antar kesesama pemeluk agama, tapi dengan yang tidak memiliki agama sekalipun.

Toleransi dibedakan menjadi dua, yaitu toleransi pasif dan toleransi aktif. Toleransi pasif adalah sikap menerima perbedaan sebagai sesuatu yang nyata dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, tidak ada cara lain kecuali menerima perbedaan itu sebagai suatu fakta. Sedangkan toleransi aktif adalah toleransi yang tidak hanya sekadar berhenti pada sikap penerimaan terhadap kenyataan dari keragaman yang ada, akan tetapi toleransi yang diwujudkan dalam sikap membangun ko-eksistensi aktif dengan terlibat aktif dalam keragaman tersebut. Toleransi semacam ini

37

H.M. Ali dkk, Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 83.


(47)

memungkinkan penganut agama yang berbeda untuk berdialog secara aktif dan bekerja sama dalam berbagai bidang.38

Dari apa yang telah dipaparkan diatas dapat diartikan bahwa toleransi merupakan sikap menenggang, membiarkan, membolehkan, baik berupa pendirian, kepercayaan, dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya. Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain. Toleransi bukan berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya. Dalam toleransi sebaliknya tercermin sikap yang kuat atau istiqamah untuk memegangi keyakinan atau pendapatnya sendiri.

2. Makna Agama

Kata “Agama” dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan kata “religien” dalam bahasa Inggris, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan “Religie”, yang kemudian diambil katanya dalam bahasa Indonesia menjadi Religi. Kata religi berasal dari bahasa Latin “Religere” yang berarti “to gather to gether” (berkumpul bersama-sama) atau “Religare” yang berarti “faster” (mengikat, ikatan atau pengikatan diri).39

Agama sebagai suatu keyakinan yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini, dipercayai, diimani sebagai suatu referensi, karena norma dan nilai mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Fungsi-fungsi tersebut yang dirumuskan dalam tugas dan fungsi

38“Toleransi Pasif dan Toleransi Aktif” artikel diakses pada 14 September 2015 dari

http://www.uin-alauddin.ac.id/download-01%20Sabara.pdf

39

Thoyib I.M dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Kemasyarakatan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 2.


(48)

agama. Fungsi agama dan lembaga keagamaan berfungsi sebagai lembaga pendidikan, pengawasan, pemupukan persaudaraan, dan lain-lain.40

Menurut Harun Nasution agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.41

Agama merupakan suatu hal yang dapat dijadikan sandaran bagi penganutnya jika terjadi hal-hal yang berada diluar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra-natural sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang non-empiris.42

Adapun fungsi agama yaitu peran agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul dimasyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris, oleh karena itu diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya.43

Selain agama seperti Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lainnya ada pula sebuah keyakinan yang dianut oleh manusia misalnya paham Ateis dan Agnostik. Seperti dalam film Assalamualaikum Beijing seperti yang telah di paparkan oleh asisten sutradara bahwa tokoh Zhong Wen tidak memiliki agama dan bisa dibilang Ateis44, namun dalam salah satu adegan diperlihatkan bahwa tokoh Zhong Wen bukanlah menganut keyakinan

40

Dr. Aloliliweri, M.S., Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2011), h. 254.

41

Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1997), h. 12.

42

Dr. H. Dadang Kahmad, M. Si., Sosiologi Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 129-130.

43

Dr. H. Dadang Kahmad, M. Si., Sosiologi Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 130.

44


(49)

Ateis akan tetapi Agnostik. Dalam salah satu adegan diperlihatkan ketika Zhong Wen ditanya agamanya oleh Dewa mantan Asma, Zhong Wen menjawab bahwa ia percaya adanya Tuhan namun hanya ragu dengan agamanya. Sesungguhnya Ateis dan Agnostik memiliki definisi yang berbeda.

Ateis merupakan keyakinan seseorang mengenai tidak mempercayai adanya keberadaan Tuhan dan dewa-dewi atau penolakan terhadap teisme. Mereka inilah para dewa atau Tuhan yang tidak diyakini atau ditolak oleh seorang Ateis. 45

Sedangkan definisi Agnostik secara luas adalah keraguan kepada eksistensi Tuhan dan keraguan akan kebenaran agama, dan tak berhenti mencari kebenaran, tanpa langsung menerima pendapat seseorang, dan apabila ada bukti yang kuat, maka individu itu akan percaya dengan sendirinya.46 Berkenaan dengan pandangannya tentang Tuhan, Bertrand Russell menyatakan bahwa dia adalah seorang Agnostik. Baginya, Agnostik adalah orang yang berfikir bahwa tidak mungkin mengetahui kebenaran dalam masalah-masalah seperti tentang Tuhan dan kehidupan akhirat. Jika hal ini tidak mungkin untuk selamanya, setidaknya untuk masa sekarang. Agnostik berbeda dengan Ateis. Seorang beragama meyakini bahwa Tuhan itu ada, sebaliknya Ateis meyakini secara pasti bahwa Tuhan itu tidak ada. Sementara Agnostik menunda pengambilan keputusan, dengan menyatakan bahwa tidak cukup bukti untuk

45“Pengertian

Atheis” artikel diakses pada 12 Agustus 2015 dari http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-atheisme.html

46“Definisi Agnostik” artikel diakses pada 14 September 2015 dari


(50)

menegaskan atau menolak adanya Tuhan. Berbeda dengan seorang Ateis yang meyakini secara pasti ketiadaan eksistensi Tuhan, bagi seorang agnostik sekalipun menganggap bahwa eksistensi Tuhan sangat kecil kemungkinan adanya, namun ia tetap dalam posisi, sekecil apapun, bahwa eksistensi Tuhan tidaklah mustahil. Dalam pandangan Russel, eksistensi Tuhan sama tidak pastinya dengan eksistensi dewa-dewa Olimpia, seperti Zeus, Poseidon, maupun Hera. Demikian juga dengan eksistensi Odin maupun Brahma.47

Jadi jelas bahwa terdapat perbedaan antara Ateis dan Agnostik. Kalau Ateis adalah seseorang yang tidak mempercayai adanya keberadaan Tuhan dan dewa-dewi. Sedangkan Agnostik adalah seseorang yang masih memiliki kepercayaan adanya Tuhan, namun memiliki keraguan terhadap agama-agama yang ada.

3. Pengertian Toleransi Beragama

Toleransi beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat yang menganut agama lain dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan baik untuk beribadah maupun untuk tidak beribadah dari satu pihak ke pihak lain. Sebagai implementasinya dalam praktik kehidupan sosial dapat dimulai dari sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.48

47“Agnostik menurut

Bertrand Russell” artikel diakses pada 14 September 2015 dari http://www.academia.edu/3418084/Tuhan_dalam_Perspektif_Bertrand_Russell

48“Toleransi beragama” artikel diak

ses pada 1 September 2015 dari


(51)

Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk sistem dan tata cara peribadatannya serta memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing. Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat yang memiliki agama dan keyakinan lain dengan memberikan kebebasan dalam menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan batin untuk beribadah maupun tidak beribadah dari satu pihak ke pihak lain.49

Pengertian toleransi beragama yaitu meyakini bahwa agamaku adalah agamaku, agamamu adalah agamamu.50 Seperti yang telah dijelaskan dalam Surat Al-Kafirun ayat 1-6 yang berbunyi :

۠اآنآأ ٓ آَآ دبْعآأ ٓاآم آ دب آع ْمتنآأ ٓ آَآ آ دبْعآت اآم دبْعآأ ٓ آَ آ رف آكْلٱ اآ ّيآأٓ آي ْل ق

۶ نيي آىلآ ْمك يي ْمكآل دبْعآأ ٓاآم آ دب آع ْمتنآأ ٓ آَآ ْم ّتدآبآع اّم ٌدباآع

Artinya :

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan

menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

Sikap toleransi beragama dapat dilakukan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan, dan saling tolong menolong. Manfaat dari adanya sikap toleransi beragama yaitu:

a. Menghindari terjadinya perpecahan

Bersikap toleran merupakan solusi untuk menghindari terjadinya perpecahan dalam mengamalkan ajaran agama atau keyakinan umat beragama lainnya.

49“Definisi Toleransi Antar Umat Beragama” diakses pada 27 Agustus 2015 dari

https://www.academia.edu

50“Definisi Toleransi” diakses pada 27 Agustus 2015 dari


(52)

b. Memperkokoh tali silaturahmi

Memperkokoh tali silaturahmi dan menjaga hubungan baik dengan umat beragama atau berkeyakinan lainnya dapat menciptakan hubungan yang damai dan saling menghargai antar penganut agama lainnya. Mengembangkan sikap toleran bahwa penganut agama dan keyakinan lainnya boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. 51

51“Definisi Toleransi Antar Umat Beragama” diakses pada 27 Agustus 2015 dari


(53)

41

GAMBARAN UMUM

A.Latar Belakang Pembuatan Film Assalamualaikum Beijing

Film Assalamualaikum Beijing adalah film yang diangkat kisahnya dari sebuah novel karya Asma Nadia.1 Novel Assalamualaikum Beijing mendapatkan kategori sebagai novel National Best Seller.

Gambar 3.1 Cover Novel Assalamualaikum Beijing

Kemudian kisah inspiratif dari novel Assalamualaikum Beijing dibuat menjadi sebuah film oleh Sutradara Guntur Soeharjanto. Film Assalamualaikum Beijing berdurasi 90 menit.

Film Assalamualaikum Beijing yang dikategorikan masuk ke dalam genre drama religi. Informasi yang telah didapat peneliti dari hasil wawancara oleh asisten sutradara Tebe Reviadi, film Assalamualaikum Beijing merupakan film

toleransi dimana film ini ditonjolkan mengenai toleransi antara dua orang

1“Film Assalamualaikum Beijing” artikel diakses pada

31 Agustus 2015 dari http://www.festivalfilmbandung.com/2015/02/assalamualaikum-beijing-cenat-cenut.html


(54)

berbeda keyakinan yang dilakukan oleh tokoh Asma dan Zhong Wen, bagaimana sikap saling menghargai, menghormati dalam kehidupan sehari-hari dengan penganut agama dan keyakinan orang lain.

Film Assalamualaikum Beijing dibintangi oleh sederet aktor dan aktris yang sudah tidak diragukan lagi bakat aktingnya di dunia hiburan perfilman Indonesia seperti Revalina S. Temat, Morgan Oey, Ibnu Jamil, Laudya Cynthia Bella, Deddy Mahendra Desta.2 Alur maju yang dihadirkan menjadikan film ini ringan dan mudah diikuti jalan ceritanya. Dialog-dialog yang digunakan sederhana dan tidak rumit.

Lokasi yang dihadirkan dalam film ini yaitu suasana kota Beijing. Nilai lebih dari film ini adalah bukan hanya latar cerita yang menarik, tetapi juga informasi yang disampaikan tentang lokasi tersebut memberi wawasan baru pula kepada penonton. Lagu latar yang mengiringi sepanjang cerita pun sesuai dengan alur cerita film Assalamualaikum Beijing.

Menurut beberapa komentar penonton yang sudah menonton film Assalamualaikum Beijing salah satunya dari kalangan selebritis Oki Setiana Dewi "Film Assalamualaikum Beijing kalau mau dikasih nilai dalam skala 1-100 ini nilainya 99,9999. Ini film bagus banget, mulai dari actingnya luar biasa, alurnya, ceritanya luar biasa. Semuanya nyaris sempurna. Alhamdulillah. Ini bukan promo, tapi ini dari lubuk hati yang paling dalam. Sangat bagus dan sangat direkomendasi untuk ditonton." Dan komentar dari Ibu Elly Risman seorang Psikolog dan pakar parenting menulis: Film apik sangat layak tonton

2“Cast Film Assalamualaikum Beijing” artikel diakses pada

31 Agustus 2015 dari http://www.film21bioskop.com/2014/11/film-assalamualaikum-beijing-2014.html


(55)

bagi anak praremaja Anda. Asma Nadia mengemas indah dalam AB keteguhan iman, kisah cinta yang unik dan menyentuh dengan sejarah Islam di China.3

B.Sinopsis Film Assalamualaikum Beijing

Gambar 3.2 Poster Film Assalamualaikum Beijing

Di dalam film diceritakan seorang wanita solehah dan baik hati yang bernama Asmara. Wanita yang biasa dipanggil dengan panggilan Asma atau Ra itu mendapatkan kenyataan pahit sehari sebelum pernikahannya dilangsungkan, ia mendapat kabar bahwa kekasihnya Dewa telah berselingkuh dengan rekan sekantornya yaitu Anita. Dewa memohon kepada Asma untuk tidak membatalkan rencana pernikahannya, namun sayangnya Asma sudah terlanjur patah hati, karena Dewa sudah menghamili Anita. Asma meminta Dewa untuk bertanggungjawab kepada Anita.

3“Komentar mengenai film AB” artikel diakses pada 31

Agustus 2015 dari https://id-id.facebook.com/AsmaNadia.Penulis/posts/10155053051155422


(56)

Gambar 3.3 Cuplikan Adegan Film Assalamualaikum Beijing4

Tiga bulan kemudian Asma pun mendapatkan tawaran bekerja di Beijing, peluang yang didapatkan lewat bantuan sahabatnya yaitu Sekar dan Ridwan, suaminya Sekar. Asma bekerja di Kantor Koresponden Berita Indonesia di Beijing. Dalam salah satu perjalanannya di Beijing, Asma kemudian bertemu dengan seorang lelaki tampan yang bernama Zhong Wen di dalam bus. Saat Zhong Wen berkenalan dengan Asma, Zhong Wen teringat akan legenda Ashima dan ia menceritakan tentang legenda Ashima kepada Asma namun tidak dilanjutkan karena Zhong Wen sudah tiba ditempat tujuannya.

Setibanya di apartemen, Asma pun menceritakan pertemuannya dengan Zhong Wen kepada sahabatnya Sekar dan Ridwan. Sekar begitu senang ketika mendengar Asma bertemu dan berkenalan dengan seorang laki-laki di Beijing, karena Sekar ingin agar Asma tidak bersedih lagi dengan pernikahannya yang gagal bersama Dewa.

4


(57)

Asma mengira bahwa ketika ia berada di Beijing, ia adalah seseorang yang berkerudung ditengah-tengah masyarakat negeri tirai bambu tersebut. Ternyata Islam bukan sesuatu yang asing di Beijing, mereka menyebut Islam adalah agama yang murni dan menyebut Mekkah sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Perempuan muslimah di Beijing pun memakai kerudung juga.

Gambar 3.4 Cuplikan Adegan Film Assalamualaikum Beijing5

Asma melanjutkan perjalanannya menelusuri tempat-tempat wisata di Beijing bersama tour guidenya yang bernama Sunny. Ketika ditengah-tengah perjalanannya besama Sunny, Asma melihat ada sebuah toko milik seorang penduduk muslim di Beijing dan Asma ingin mewawancarainya. Di abad ke-7 ajaran Islam menyebar dari Timur Tengah masuk ke China tengah melalui jalur sutra yang legendaris, oleh karena itu Islam memiliki sejarah yang kaya di China. Islam diakui sebagai satu dari lima agama resmi di China, namun hanya pengikutnya yang paling kecil hanya 20 juta umat muslim.

5


(1)

105

Tedi Permadi. “Mitos” artikel diakses pada 8 Agustus 2015 dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_I NDONESIA/197006242006041-

TEDI_PERMADI/Mendekontruksi_Mitos_Mitos_Masa_Kini_sebuah_Res ume.pdf

Kajian Pustaka. “Pengertian Sejarah dan Unsur-Unsur Film” diakses pada tanggal 8 Juni 2015 dari http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html

Academia. “Definisi Toleransi” diakses pada 27 Agustus 2015 dari

www.academia.edu

UIN Alauddin. “Toleransi Pasif dan Toleransi Aktif” artikel diakses pada 14

September 2015 dari http://www.uin-alauddin.ac.id/download-01%20Sabara.pdf

E-Jurnal. “Pengertian Atheis” artikel diakses pada 12 Agustus 2015 dari http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-atheisme.html

Academia. “Agnostik menurut Bertrand Russell” artikel diakses pada 14

September 2015 dari

http://www.academia.edu/3418084/Tuhan_dalam_Perspektif_Bertrand_Ru ssell

Academia edu. “Toleransi beragama” artikel diakses pada 1 September 2015 dari

https://www.academia.edu/7522137/Makalah_toleransi_beragama

Academia. “Definisi Toleransi Antar Umat Beragama” diakses pada 27 Agustus

2015 dari https://www.academia.edu

“Definisi Toleransi” diakses pada 27 Agustus 2015 dari

http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-toleransi/

“Film Assalamualaikum Beijing” artikel diakses pada 31 Agustus 2015 dari

http://www.festivalfilmbandung.com/2015/02/assalamualaikum-beijing-cenat-cenut.html

Mualaf Center. “Definisi Mualaf” artikel diakses pada 7 Oktober 2015 dari http://www.mualafcenter.com/tujuan/pengertian-mualaf/

Solusi Islam. Syarat Menjadi Seorang Mualaf” artikel diakses pada 7 Oktober 2015 dari http://www.solusiislam.com/2013/11/tanya-jawab-seputar-mualaf-yang-baru.html


(2)

KEMENTERIAN AGAMA

utrrvERSITAS

ISLAM

NEGERT

(UIN)

SYARIF

TIIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS

ILMU

DAKWAH

DAN

ILMU

KOMUNIKASI

Jakarta, Agustus 2015

Telepon/l-'ax . (021) 7 432728 / 7 4703580

Ir.H.Juanc'laNo.95Ciputatl54l2 Indonesia website: wlrlrttilkuiniakarlan!:.rl,E-nrai.:dakrvatrtolilkuirirkrra.rclcl

:

un.O1/F5 /PP.00.st

Wffort

:

Izin Penelitian (Skripsi)

I(epada Yth.

Pimpinan Maxinra Productions di

Tempal

A s s al amu' al ai kum ltrrr. Wb.

Nomor Lampiran Hal

Dekan Fakultas Jakarta menerangkan Nama

Nomor Pokok

Tempat/Tanggal Lahir Semester Jurusarr/Konsentrasi Alamat Telp. ,,:.: ,, Tembusan:

1. Wakil Dekan Bidang Akademik

2. Ketua Jurusar/Prodi Komunikasi dan Penviaran Isram

ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah bahwa:

Kiki Drvi Hikmayanti 1111051000120

Tangerang, i5 Januari i993 IX lSembilan)

Komtrnikasi dan Penyiaran Islam Cilenggang, RT 06/02

08961 433s748

adalah benar mahasiswa

aktif

pada Fakultas

Ilmu

Dakwah dan Ilmu

Komunikasi

UINI Syarif

Hidayatullah Jakarla

yang akan

melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjudul Analisis Semiotika Toleransi Beragama dalam Film Assalctnttalaikunt Beij ing.

Sehubungan

dengan

itu,

dimohon kiranya

Bapak/Ibu/Sdr. dapat

menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebru dalam pelaksanaan kegiatan

dimaksud.

Demikian, atas kerjasama dan bantuannya karni mengucapkan terima kasih.

W'as s al amu' a I ai kun: Wr. Wb.

Dekan

f Subhan, MA"l 50t

l0

199303

t'00i


(3)

107 LAMPIRAN I

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Tebe Reviadi

Jabatan : Asisten Sutradara

Tanggal Wawancara : Kamis, 6 Agustus 2015

Tempat : Production House Maxima Pictures, Cempaka Putih,

Jl. Kayu Putih IV.

Pukul : 09.00 WIB

1. Darimana ide membuat film Assalamualaikum Beijing?

Ide membuat AB ini berawal dari diambil dari novel karya mba Asma Nadia, dilihat dari novelnya yang begitu menarik dilihat dari sisi dua tokoh yang berbeda agama yaitu Asma dan Zhong Wen. Asma yang beragama muslim sedangkan Zhong Wen non muslim. Ketika Asma ditugaskan dari kantornya untuk ke Beijing, Asma sekedar untuk bekerja dan bertemu dengan sahabat lamanya kemudian disuatu tempat Asma bertemu dengan Zhong Wen. Ketika Zhong Wen berkenalan dengan Asma, Zhong Wen ada ketertarikan dengan Asma sehingga Zhong Wen teringat akan kisah legenda Ashima. Ashima merupakan sebuah patung di Yunan. Zhong Wen kemudian tertarik untuk lebih dalam mengenal Islam sehingga ia memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Ketertarikannya untuk masuk Islam bukan hanya karena ia menyukai Asma


(4)

108

tetapi ketertarikan setelah ia mempelajari tentang Islam sehingga dari hatinya ia memutuskan untuk masuk Agama Islam.

2. Sebelum memutuskan untuk menjadi seorang mualaf, agama apa yang diyakini oleh Zhong Wen?

Zhong Wen tidak beragama, dan bisa dibilang Atheis.

3. Bagaimana proses pemilihan pemain film Assalamualaikum Beijing? Pemilihan pemain ini sendiri kita melalui tahap casting, kita biasanya sih ga

open casting tetapi lebih kearah memanggil pemain yang dirasa cocok dengan

karakter tokoh-tokoh dalam film Assalamualaikum Beijing. Seperti pemeran Zhong Wen yang diperankan oleh Morgan, awalnya kita lihat dia punya basic

pernah main sinetron walaupun ini film pertamanya dia, kita panggil lalu kita

casting, kita suruh perankan seperti Zhong Wen dan kemudian kita rasa sih

cocok dan kebetulan dia bisa bahasa mandarin. Untuk pemeran utama juga sama kita casting juga kita pilih dari beberapa nama yang cocok lalu kita putuskan Revalina yang menjadi pemeran utama dalam film Assalamualaikum Beijing.

4. Pesan dakwah apa yang ingin disampaikan pada film Assalamualaikum Beijing?

Pesan dakwahnya lebih kepada toleransi umat beragama, saling menghargai, saling menghormati. Dan kita juga tidak mencoba untuk menggurui dalam arti lebih ke arah agamanya karena dalam proses shootingnya mba Asma pun ikut datang ke lokasi, ketika ada yang berhubungan dengan agama dalam film kita tanyakan kepada mba Asma untuk memberikan masukan.


(5)

109

5. Apa keunggulan dan kekurangan film ini AB?

Sebelum kita shooting disana, kita kirim orang dulu untuk hunting lokasi ke Beijing dan ada beberapa tempat yang dirasa cocok, dan kekurangannya itu ketika kita sudah di lokasi ternyata tidak sesuai dan kita harus cari lokasi lain dan itu memakan waktu juga. Ketika ada lokasi yang cocok pun ternyata izinnya ga cocok, kita mesti sedikit umpet-umpetan juga sih walaupun kita sudah punya izin karena untuk perizinan disana cukup ketat. Ada beberapa scene yang kita ambil colong-colongan seperti daerah forbidden city yang tidak bisa dimasuki semua orang dan kamera pun ga diizinkan untuk masuk kesitu dan kita berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk dapat shooting disitu. Kelebihan filmnya untuk jalan cerita dan pemerannya itu cocok dan dapet banget actingnya. Selain itu kelebihan lainnya film ini pun mendidik, sehingga setelah menonton film ini penonton mendapatkan kesan positif.

6. Prestasi apa saja yang pernah diraih dari Film AB?

Kebetulan film ini baru rilis akhir tahun 2014, untuk kita daftarin ke festival di Indonesia belum, mungkin ditahun FFI yang akan datang akan dimasukin. Untuk pemutaran filmnya selain di Indonesia di putar juga dibeberapa Negara Asia.


(6)

LAMPIRAN II


Dokumen yang terkait

Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Yang Berbeda Keyakinan Agama (Studi di Desa Bintaro Sukorejo, Kec. Martoyudan, Kab. Magelang)

19 134 153

KECENDERUNGAN TEMA BERITA, NARASUMBER, DAN FORMAT BERITA PADA PROGRAM WIDESHOT METRO TV (Analisis Isi Pada Wideshot Metro TV Edisi 25 Juni – 29 Juni 2012)

0 12 55

TEMA KRIMINAL DALAM BERITA KRIMINAL DI MEDIA MASSA ONLINE (Analisis Isi Pada JPNN.com Edisi 14-16 November 2015)

0 8 22

Konstruksi Majalah Pria Tentang Pria Metroseksual (Analisis Framing Majalah Mens Health Indonesia Edisi Maret 2015 – Juni 2015)

2 14 23

KECENDERUNGAN TEMA BERITA, NARASUMBER, DAN FORMAT BERITA PADA PROGRAM WIDESHOT METRO TV (Analisis Isi Pada Wideshot Metro TV Edisi 25 Juni – 29 Juni 2012)

1 8 55

Agenda Media Dalam Yellow Newspaper (Analisis Isi Berita Kriminalitas Pada Halaman Pertama Dalam Surat Kabar Pos Kota Edisi Juni 2015)

0 12 134

Perancangan Sampul Majalah Percikan Iman Edisi Juni 2010

0 7 19

Diskursus Communism Phobia Dalam Teks Berita (Analisis Wacana Kritis Michael Foucault Mengenai Communism Phobia Dalam teks Berita TribunNews Kaos Palu-Arit Putri Indonesia Edisi Februari 2015)

1 16 96

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Fungsionalisme Struktural - Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Yang Berbeda Keyakinan Agama (Studi di Desa Bintaro Sukorejo, Kec. Martoyudan, Kab. Magelang)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pola Asuh Anak Dalam Keluarga Yang Berbeda Keyakinan Agama (Studi di Desa Bintaro Sukorejo, Kec. Martoyudan, Kab. Magelang)

0 0 9