ajaran agama Islam kepada Asma membuat hatinya terketuk dan akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang mualaf. Pada adegan diatas terlihat secara
jelas bagaimana proses yang dilakukan oleh Zhong Wen bersama salah seorang Ustad untuk melakukan syarat menjadi seorang mualaf yaitu dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat.
100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam kesimpulan ini, film Assalamualaikum Beijing cukup banyak menampilkan adegan toleransi antar umat yang berbeda keyakinan. Karakter
pemeran utama yaitu Asma yang selalu menjunjung tinggi nilai keagamaan atau keyakinannya terhadap Islam dengan cara menjaga kesucian dan
kehormatannya sebagai wanita muslim serta menjunjung tinggi sikap toleransi terhadap umat berkeyakinan lain. Sedangkan tokoh Zhong Wen, seorang laki-
laki yang berkeyakinan Agnostik juga menjunjung sikap toleransi terhadap Asma yang sudah jelas memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Untuk menyimpulkan hasil penelitian pada skripsi ini, peneliti mengacu pada fokus perumusan masalah. Dengan melihat melalui pendekatan teori
Roland Barthes, maka kesimpulan peneliti terhadap rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Makna Denotasi
Analisis film Assalamualaikum Beijing dibagi dua bagian oleh peneliti, bagian pertama adalah cerita yang terdapat dalam pengantar cerita yang
memiliki makna denotasi sebagai film yang menggambarkan bagaimana potret wanita Islam, khususnya wanita muslim Indonesia yang hidup
ditengah-tengah Negara tirai bambu yaitu China. Asma sebagai pemeran utama dalam film ini menggambarkan bagaimana sikap toleransinya
terhadap umat berkeyakinan lain.
Bagian kedua adalah kisah tentang seorang laki-laki asal Tiongkok bernama Zhong Wen yang hidup tanpa memiliki agama namun dalam film
digambarkan bagaimana ia menjalin hubungan dan bersikap toleransi
terhadap umat beragama lain.
2.
Makna Konotasi
Makna konotasi yang terdapat pada film ini bagaimana potret ajaran umat muslim, khususnya wanita muslim menjaga kesucian dan
kehormatannya seperti yang digambarkan oleh tokoh Asma. Bersikap toleransi yang digambarkan tokoh Asma kepada Zhong Wen yang memiliki
keyakinan berbeda dengan cara menghargai pendapatnya, menerima informasi yang disampaikan, dan menyanggah pendapat dengan cara yang
baik agar menghindari timbulnya perselisihan. Selain itu tokoh Zhong Wen yang notabene tidak beragama pun
digambarkan menghargai, dan memiliki sikap toleransi kepada umat beragama lain seperti mempersilahkan umat beragama lain untuk
melakukan ibadah sesuai ajaran agamanya, dan lain-lain. 3.
Makna Mitos
Mitos yang terkandung dalam film ini yaitu bagaimana sikap toleransi antar umat yang berbeda berkeyakinan. Diperlihatkan bahwa Islam adalah
agama yang menghargai perbedaan dan memiliki toleransi yang tinggi. Begitupun dengan umat berkeyakinan lain di China yang terlihat sudah
menerima adanya ajaran Islam masuk ke China dan mereka saling hidup berdampingan dan memiliki rasa toleransi terhadap agama lain khususnya
agama Islam.
Dengan ketiga makna diatas peneliti menyimpulkan bahwa makna toleransi beragama dalam film Assalamualaikum Beijing ini menerangkan
bahwa setiap umat yang berbeda keyakinan memiliki sikap toleransi yang diajarkan sesuai dengan ajaran agama dan keyakinan yang dianutnya
masing-masing. Sikap toleransi yang dikembangkan dalam hidup bermasyarakat untuk menghindari adanya perselisihan antarumat beragama
dan bernegara.
B. Saran
Terkait dengan penelitian ini ada beberapa saran yang penulis dapat sampaikan:
1. Masyarakat khususnya untuk kaum remaja diharapkan untuk melihat atau
menyaksikan film yang tidak hanya memiliki tayangan hiburan, akan tetapi film yang memiliki tayangan-tayangan yang bernilai edukasi agar
menambah wawasan baru terutama dalam hal agama. 2.
Bagi penulis, film ini sudah memenuhi kriteria yang baik untuk sebuah film. Terdapat unsur edukasi, informasi, dan juga sedikit hiburan. Tanpa
harus menyudutkan satu pihak atau menyudutkan agama dan keyakinan tertentu. Film ini memberikan contoh yang baik kepada masyarakat
mengenai bagaimana caranya bersikap yang baik dan bersikap toleransi terhadap umat beragama dan berkeyakinan lain. Film ini bisa dijadikan
contoh bagi mereka yang ingin membuat film drama religi tanpa harus melupakan fungsi film sebagai sarana edukasi dan hiburan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali. 1989. Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik. Jakarta: Bulan Bintang.
Aloliliweri. 2011. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: PT Sinar Baru Algesindo.
Bahreisy, S., Bahreisy, S. 2005. Tafsir Ibnu Katsier. Surabaya: PT Bina Ilmu. Baksin, A. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Katarsis.
________. 2006. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Berger, A. A. 1999. Media Analysis Techniques. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Bungin, B. 2008. Komunikasi Sosial Media Massa. Jakarta: Prenada Media Group.
Cangara, H. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo. Christomy, T. 2004. Semiotika Budaya. Depok: PPKB Universitas Indonesia.
Effendy, H. 1986. Mari Membuat Film, Panduan Menjadi Produser. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.
Elvinaro, Erdinaya, L. K. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Hardiyanti, S. 2003. Agama dalam Dialog: Pencerahan, Perdamaian Masa Depan. Jakarta: BPK gunung Mulia.
Himawan Pratista. 2009. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Ibrahim, I. S. 2011. Budaya Populer Sebagai Komunikasi; Dinamika Popscape
dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra. Jalaluddin. 1997. Psikologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Joni Armand Hamid. 2014. Dasar-dasar Fotografi dan Kamera Televisi. Kahmad, D. 2002. Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.