Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Unsur Kebutuhan Mencari Variasi Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matrik Alternatif Terhadap Unsur Harga Tepat

4.2.3.7 Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Unsur Kebutuhan Mencari Variasi

Perhitungan rata-rata untuk masing-masing unsur kebutuhan mencari variasi dari 96 kuesioner dilakukan dengan cara mengalikan semua unsur matrik banding yang seletak kemudian diakar pangkatkan 96 banyaknya responden, sehingga didapatkan tabel perhitungan rata-rata antar masing-masing unsure kebutuhan mencari variasi pada Tabel 4.14 dibawah ini: Tabel 4.14 Matrik Banding Rata-Rata Unsur Kebutuhan Mencari Variasi Kriteria Jenuh Keinginan Mencoba Produk Baru Iklan Teknologi yang lebih Tinggi Jenuh 1 0,3554 1,3821 0,2022 Keinginan Mencoba Produk Baru 2,8139 1 3,1145 0,3727 Iklan 0,7236 0,3211 1 0,2446 Teknologi yang lebih Tinggi 5,3971 2,7992 4,4649 1 ∑ 9,9345 4,4757 9,9615 1,8195 Sumber: data primer diolah

4.2.3.8 Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matrik Unsur Kebutuhan Mencari Variasi

Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matrik untuk masing-masing unsur kebutuhan mencari variasi diperlihatkan pada Tabel 4.15 berikut ini: Tabel 4.15 Penjumlahan Kolom untuk Mensintesis Pertimbangan Unsur Kebutuhan Mencari Variasi Unsur Jenuh Keinginan Mencoba Produk Baru Iklan Teknologi yang lebih Tinggi Rata- Rata Jenuh 0,1007 0,0794 0,1387 0,1111 0,1075 Keinginan Mencoba Produk Baru 0,2832 0,2234 0,3127 0,2048 0,2560 Universitas Sumatera Utara lanjutan Tabel 4.15 Penjumlahan Kolom untuk Mensintesis Pertimbangan Unsur Kebutuhan Mencari Variasi Unsur Jenuh Keinginan Mencoba Produk Baru Iklan Teknologi yang lebih Tinggi Rata- Rata Iklan 0,0728 0,0717 0,1004 0,1344 0,0948 Teknologi yang lebih Tinggi 0,5433 0,6254 0,4482 0,5496 0,5416 Sumber: data primer diolah Selanjutnya untuk mengetahui apakah responden dalam memberikan jawaban konsisten atau tidak terhadap daftar pertanyaan yang diberikan, maka harus dihitung rasio konsistensi consistency ratioCR pada setiap matriks yang disusun. Langkah- langkah untuk menghitung rasio konsistensi adalah sebagai berikut:

1. Matriks kali x bobot prioritas

� 1 2,8139 0,7236 5,3971 0,3554 1 0,3211 2,7992 1,3821 3,1145 1 4,4649 0,2022 0,3727 0,2446 1 � � � 0,1075 0,2560 0,0948 0,5416 � = 0,4391 1,0558 0,3873 2,2619

2. Consistency Vektor D

Consistency Vektor D dihitung dengan rumus D = ������ � ����� Baris pertama 0,4391 0,1075= 4,0851 Baris kedua 1,0558 0,2560= 4,1234 Baris ketiga 0,3873 0,0948= 4,0835 Baris keempat 2,2619 0,5416= 4,1762

3. Rata-rata dari keempat entri

λ ��� = 4,0851+4,1234+4,0835+4,1762 4 = 4,1171 Universitas Sumatera Utara

4. Consistency Indeks CI

CI = λ ��� −� �−1 = 4,1171−4 4−1 = 0,0390

5. Orde Matrik

n adalah orde matrik , n= 4 dari tabel random indeks diperoleh RI = 0,90

6. Perhitungan Konsistensi Ratio

CR = �� �� = 0,0390 0,90 = 0,0434 CR = 0,0434 menunjukkan bahwa konsistensi baik, karena nilai CR ≤ 0,1 ini artinya bahwa responden konsisten dengan jawabannya. 4.2.4 Perhitungan Level 3 4.2.4.1 Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Terhadap Unsur Harga Tepat Setelah dilakukan perhitungan pada Level 2, selanjutnya dilakukan perhitungan pada Level 3 yaitu perhitungan masing-masing alternatif terhadap unsur dari setiap kriteria. Perhitungan rata-rata untuk masing-masing alternatif terhadap unsur harga tepat dari 96 kuesioner dilakukan dengan cara mengalikan semua alternatif matrik banding yang seletak kemudian diakar pangkatkan 96 banyaknya responden, sehingga didapatkan tabel perhitungan rata-rata antar masing-masing alternatif terhadap unsure harga tepat pada Tabel 4.16 dibawah ini: Tabel 4.16 Matrik Banding Rata-Rata antar Alternatif Terhadap Unsur Harga Tepat Alternatif Nokia BlackBerry Nokia 1 0,7752 Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 4.16 Matrik Banding Rata-Rata antar Alternatif Terhadap Unsur Harga Tepat Alternatif Nokia BlackBerry BlackBerry 1,2901 1 ∑ 2,2901 1,7752 Sumber: data primer diolah

4.2.4.2 Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matrik Alternatif Terhadap Unsur Harga Tepat

Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matrik untuk masing-masing alternatif terhadap unsur harga tepat diperlihatkan pada Tabel 4.17 berikut ini: Tabel 4.17 Penjumlahan Kolom untuk Mensintesis Pertimbangan Alternatif Terhadap Unsur Harga Tepat Alternatif Nokia BlackBerry Rata-rata Nokia 0,4367 0,4367 0,4367 BlackBerry 0,5633 0,5633 0,5633 Sumber: data primer diolah Selanjutnya untuk mengetahui apakah responden dalam memberikan jawaban konsisten atau tidak terhadap daftar pertanyaan yang diberikan, maka harus dihitung rasio konsistensi consistency ratioCR pada setiap matriks yang disusun. Langkah- langkah untuk menghitung rasio konsistensi adalah sebagai berikut:

1. Matriks kali x bobot prioritas

� 1 0,7752 1,2901 1 � � � 0,4367 0,5633� = 0,8733 1,1267

2. Consistency Vektor D

Consistency Vektor D dihitung dengan rumus D = ������ � ����� Universitas Sumatera Utara Baris pertama 0,8733 0,4367 = 2,000030 Baris kedua 1,1267 0,5633 = 1,999999

3. Rata-rata dari keempat entri

λ ��� = 2,000030+1,999999 2 =2,0000144

4. Consistency Indeks CI

CI = λ ��� −� �−1 = 2,0000144−2 1 = 0

5. Orde Matrik

n adalah orde matrik , n= 2 dari tabel random indeks diperoleh RI = 0,0

6. Perhitungan Konsistensi Ratio

CR = �� �� = 0,0 = 0 CR = 0 menunjukkan bahwa konsistensi baik, karena nilai CR ≤ 0,1 dan dinyatakan bahwa responden konsisten dengan jawabannya.

4.2.4.3 Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif Terhadap Unsur Harga Bersaing

Dokumen yang terkait

Analisis Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Fahp) Dalam Menentukan Posisi Jabatan

12 131 82

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

19 131 147

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

16 91 137

Analisis Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Berdasarkan Nilai Consistency Ratio

2 46 123

Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

18 117 72

Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM) dalam Penentuan Prioritas Pengerjaan Order di PT. Sumatera Wood Industry

6 138 175

Analisis Pemilihan Supplier Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) di PT. Indo CafCo

12 57 78

Studi Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Di Rumah Sakit Bina Kasih Medan-Sunggal

4 41 149

Kajian Analisis Sensitivitas Pada Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

15 94 75

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Pemilihan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sebagai Tempat Kerja Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)

1 86 77