Metode Penelitian Asal usul India Tamil di Kota Medan

dalam kerangka waktu yang terus menerus mengalami kelanjutan, dimana variasi- variasi lain dan perubahan yang terjadi tidak dapat dielakkan. 1964: 305. 19 Teori Tangga nada weighted scale yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi, penulis mengacu pada teori Malm, 1977:7-9 yaitu ada delapan unsur melodi yang dapat digunakan untuk menganalisis, seperti: 1 tangga nada; 2 nada dasar; 3 wilayah nada; 4 jumlah nadanada; 5 jumlah interval; 6 pola-pola kadensa; 7 formula-formula melodik; 8 kontur. Analisis musik yang dilakukan adalah pada ke empat nyanyian ordinarium Batak Toba yaitu: Tuhan Kasihanilah kami, Kemuliaan bagi Allah, Kudus, dan Anak Domba Allah. Sedangkan Aku percaya credo, termasuk dalam ordinarium, tidak dibahas dan dianalisis karena bagian ini sangat sering dilafalkan saja.

1.6 Metode Penelitian

Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan Koentjaraningrat 1980: 41. Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988: 13. Jadi, metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta atau kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang bersangkutan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif . Langkah-langkah yang ditempuh di antaranya mengadakan studi Universitas Sumatera Utara pustaka untuk mendapatkan sumber-sumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis terhadap sebuah nyanyian, Penelitian ini juga menggunakan pendekatan partisipan yang meneliti peribadatan suku Tami di Kota Medan.

1.7 Teknik Mengumpulkan Data

Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi, wawancara, tahap analisis dan perekaman serta kerja laboratorium. Pada tahap pengumpulan data, dikumpulkan data yang diperlukan yaitu buku- buku yang berisi peribadatan, Kristen anglikan, doa dalam peribadatan, peranan nyanyian terhadap sebuah peribadatan. Kemudian mengamati proses-proses peribadatannya dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di Gereja Anglikan Holy Trinity, merekam proses wawancara terhadap berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian penulis melalui penerapan nyanyian atau padhu dalam peribadatan India Tamil di Kota Medan., memvideokan proses peribadatan melalui padhu atau nyanyian di gereja Anglikan Holy Trinity, kemudian mengklasifikasikan dan memverifikasikan data yang didapat dari gereja Anglikan Holy Trinity.

1.7.1 Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan Universitas Sumatera Utara penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit Burhan Bungin 2007: 115. Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui langsung secara mendetail upacara peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity serta mengetahui peranan nyanyian Pudhu dalam dalam peribadatan Gereja Anglikan Holy Trinity masyarakat India suku Tamil yang terdapat dikota medan. Selain melakukan pengamatan langsung dalam upacara peribadatan Gereja tersebut, penulis juga menjalin komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang adalah masyarakat Tamil, jemaat, pelayan ibadah dan juga pimpinan Pastor di Gereja Anglikan Holy Trinity itu sendiri. Observasi yang dilakukan penulis adalah observasi langsung: yaitu langsung kepada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, melihat pelayan-pelayan tuhan yang aktif dalam peribadatan baik dalam penyembahan maupun melayani jemaat di Gereja tersebut.

1.7.2 Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data yang tidak didapat melalui observasi. “Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alatyang dinamakan interview guide atau panduan wawancara Moh. Nazir 1988: 234. “ Lebih lanjut M. Sitorus 2003: 32-33 menjelaskan tentang bentuk-bentuk wawancara. Universitas Sumatera Utara “Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada dasarnya sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu berstruktur, tidak berstruktur, atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara berstruktur disebut juga wawancara terpimpin karena pewawancara telah membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya bebas menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.” Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya. Langkah awal yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah pertanyaan yang terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di lapangan yang dihadapi penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga muncul selain dari pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari percakapan yang berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa ingin tahu yang tinggi. Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan wawancara kombinasi dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan. Dalam penelitian ini penulis menentukan Daniel dan Kardik sebagai pelayan digereja tersebut, terlebih jemaat yang terdapat dalam gereja yang melakukan peribadatan sebagai informan kunci. Penulis juga menentukan pastor Moses aligasan dan Anjena, selaku pimpinban dan Sekretaris Gereja Anglikan Holy Trinity sebagai informan pangkal yang memberikan informasi tentang informan kunci. Selain itu penulis juga mewawancarai pemain musik, dan beberapa jemaat yang hadir. Penulis menyadari Universitas Sumatera Utara keterbatasan untuk mengingat setiap percakapan dengan para informan yang ditemui, untuk itu penulis memakai alat rekam aplikasi Handphone untuk merekam percakapan yang terjadi antara penulis dan informan. Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi tersebut seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya, penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan peranan nyanyian padhu lagu-lagu terhadap sebuah peribadatan Gereja Anglikan holy Trinity bagi suiku India Tamil. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada Jemaat Gereja Anglikan Holy Trinity, pendeta Gereja Anglikan Holy Trinity, suku tamil di gereja Anglikan Holy Trinity. Kemudian musisi yang memainkan musik Gereja Anglikan Holy Trinity yang sedang melayani peribadatan baik pada nyanyian padhu dan instrumen musik di gereja Anglikan Holy Trinity, guna mengetahui peranan nyanyian padhu terhadap peribadatan bagi suku India Tamil.

1.7.3 Tahap analisis

Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis, untuk menjawab permasalahan-permasalahan, penerapan dan informasi yang di dapat penulis dalam peribadatan dalam penelitian untuk penulisan tesis. 1.7.4 Perekaman Untuk mendokumentasikan data yang berkaitan dengan proses praktik pembelajaran instrumen gitar dengan kajian masalah dan solusi pembelajaran, maka penulis melakukan Universitas Sumatera Utara perekaman. Perekaman musik dan wawancara serta memvideokan peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity yang dilakukan dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida BASF dengan ukuranwaktu 60 menit C-60. Untuk dokumentasi audiovisual, dipergunakan Handycam melalui kamera Nikon 7D.

1.7.5 Kerja Laboratorium

Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi, disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis nyanyian dalam peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity kemudian memenuliskan tentang apa yang dilakukan jemaat, pastor dan pelayan tuhan dalam peribadatannya di gereja tersebut. Semua kegiatan dalam peribadatan tersebut di videokan dan wawancara direkam yang prosesnya tersebut direkam di atas pita kaset BASF dan kamera Nikon D7000, selanjutnya ditranskripsikan dan dianalisis di laboratorium.Semua ini penulis lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penulisan tesis nantinya. Universitas Sumatera Utara BAB II ASAL-USUL DAN AGAMA INDIA TAMIL DIKOTA Asal-usul masuknya masyarakat India Tamil berkaitan erat dengan masa pra- sejarah. Etnis India sudah berada di Indonesia sejak abad ke 3 M. Kedatangan berbagai etnis India ke Pantai Timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah sangat lama ada sebelum Masehi, pada awalnya mereka menyebarkankan agama Hindu dan yang terakhir juga membawa agama Budha terutama masa arus angin dari India ke Barus pada bulan November dan Desember. Sinar 2008 : 1.

2.1 Asal usul India Tamil di Kota Medan

Brahma Putro dalam Takari 2013:6 mengenai kedatangan orang-orang India beretnik Tamil yaitu pada abad ke-14 oleh seorang resi bernama Megit dari kaum Brahmana tersebut datang dari India dengan mengarungi laut menggunakan perahu layar dan mendarat di pantai Sumatera Timur atau Pantai Barat Sumatera Utara dan masuk ke pedalaman di Talun Kaban sekarang Kabanjahe Kabupaten Karo. Resi Megit Brahmana mengembangkan agama Hindu ajaran Maharesi Brgu Sekte Siwa. Kemudian Resi Brahmana mengawini seorang gadis dari penduduk setempat Bru Purba. Dari perkawinan tersebut mereka mendapat tiga orang anak. Laki-laki bernama Si Mecu dan Si Mbaru, yang perempuan bernama Si Mbulan. Ketiga anak mereka inilah keturunan merga Sembiring Brahmana Sihombing 2010:1 menjelaskan bahwa: Universitas Sumatera Utara “Masuknya gelombang dari India Selatan yang membawa agama Budha ke Sumatera dan memperkenalkan aksara Nagari yang menjadi cikal bakal dalam penulisan aksara Melayu kuno, Batak, dan lain-lain. Besar kemungkinan masyarakat Tamil telah ikut dalam mobilitas tersebut. Kedatangan masyarakat India Tamil ke Sumatera Utara baru dapat dibuktikan jejaknya sacara pasti sejak zaman Hindia Belanda melalui usaha dagang VOC Verenigde Oost Indische Companie pada 20 maret 1602 hingga 31 Desember 1799. Pada saat itulah mereka menginjakkan kaki di Negeri seberang ini”. Peninggalan jejak bangsa India Tamil sudah ada di Sumatera Utara sejak zaman batu itu terbukti dengan adanya penemuan batu bersurat di Lobu Tua Barus pada tahun 1873 dan dicatat ringkas dalam Madras Epigraphy Report tahun 1891- 1892 oleh E. Hultzsch, yakni seorang epigrafi pemerintahan Inggris di India. Namun batu bersurat itu ditemukan dengan keadaan yang sudah pecah dan terbagi atas dua bagian tetapi dari teks yang masih dapat dibaca bahwa prasasti itu berangka tahun1010 saka 1088 M dan mencatat sebuah hadiah dari sekumpulan orang yang disebut “seribu lima ratus”. Maka pada abad ke-11 M bahasa Tamil sudah digunakan dalam dokumen-dokumen umum di Pulau Sumatera Guillot 2002: 17. Pada tahun 1863 di Kota Medan didirikan Industri perkebunan permulaan yaitu perkebunan tembakau yang dirintis oleh Jacobus Nienhys. Pada masa itu banyak buruh dari Cina, India dan Pulau Jawa yang didatangkan oleh pengusaha- pengusaha perkebunan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan ke kota Medan untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia Suprayitno, 2005. Universitas Sumatera Utara Harahap 2013:1 menjelaskan kehadiran buruh Tamil lambat laun membuat pendatang menjadi tinggal sementara bahkan ada yang menetap menjadi warga negara Indonesia dan sampai sekarang masih terlihat keberadaan mereka di Kota Medan. Di Sumatera Utara hingga kini diperkirakan ada sekitar 67.000 orang warga keturunan India. Menurut situs pengelola jaringan India diperantuan indiadiaspora.nic.ind jumlah perantauan India diseluruh dunia sekitar 20 juta orang pada tahun 2000-an. Status mereka ada dua macam. Pertama, mereka yang berstatus sebagai warga negara India, namun bekerja di negara lain dan yang kedua ialah keturunan India yang sudah menjadi warga negara ditempatnya merantau termasuk di Indonesia. Di masa lalu pekerjaan orang-orang Tamil banyak diasosiasikan dengan pekerjaan kasar, seperti kuli perkebunan, kuli pembuat jalan, penarik kereta lembu, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih mengandalkan otot. Hal ini terkait dengan latar belakang orang Tamil yang datang ke Medan, yaitu mereka yang berasal dari golongan dengan tingkat pendidikan yang rendah di India. Mereka inilah yang dipekerjakan di zaman kolonial sebagai kuli di perkebunan-perkebunan milik orang Eropa. Di masa sekarang keturunan mereka banyak yang bekerja sebagai karyawan swasta, buruh, dan juga sebagai sopir. Kalau di masa kolonial sebagian dari mereka menjadi penarik kereta lembu dan pembuat jalan, di masa kini keturunan mereka banyak yang sudah mengusahakan jasa transportasi angkutan barang dan juga Universitas Sumatera Utara menjadi pemborong pembangunan jalan. Keahlian mereka dalam kedua bidang pekerjaan ini banyak diakui orang. Orang-orang Tamil yang datang secara mandiri ke Medan pada umumnya memiliki jenis mata pencaharian hidup sebagai pedagang. Di antaranya menjadi pedagang tekstil, dan pedagang rempah-rempah di pusat-pusat pasar di Medan. Selain itu mereka juga banyak yang bekerja sebagai supir angkutan barang, bekerja di toko-toko Cina, dan menyewakan alat-alat pesta. Selain itu banyak juga yang melakoni usaha sebagai penjual makanan, misalnya martabak Keling. Pada umumnya, mereka yang berjualan rempah-rempah, tekstil dan menjual makanan adalah orang-orang Tamil yang beragama Islam. Mereka adalah kaum Muslim migran yang datang dari India Selatan hampir bersamaan dengan kedatangan orang- orang India pada umumnya ke Medan pada pertengahan abad ke-19. Di masa sekarang juga sudah terdapat sejumlah orang Tamil yang sukses sebagai pengusaha di level daerah maupun nasional, seperti keluarga Marimutu Sinivasan. Memasuki abad ke-16 dari catatan Portugis orang Benggali dari Propinsi Bengal, Kling dari kerajaan Kalingga atau Tamil dan Gujarat, ramai sekali berdagang ke Sumatera dan beberapa diantaranya menikah dengan penduduk Sumatera. Didalam prasasti Tanjore ada ditulis negeri-negeri yang ditaklukkan Indra Coladewa-I tercatat Kerajaan Panai Pannai di Padang Lawas. Negeri itu dicatat sebagai “water in its bathing gats” atau disebut dengan Pannai yaitu yang dimaksud Padang Lawas. Sinar 2008 : 6 Universitas Sumatera Utara Sekitar abad ke 18 dan awal abad ke 19 etnik Tamil kemudian menyebar di beberapa daerah di Sumatera Utara antara lain Binjai, Langkat, Medan, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan Pematang Siantar. Daerah-daerah tersebut yang dikenal memiliki potensi besar perkebunan. Awalnya etnik Tamil bekerja sebagai buruh dan kuli angkut atau sais kereta lembu di perkebunan. Secara perlahan terjadi peralihan mata pencaharian. Dari awalnya yang bekerja sebagai kuli di perkebunan beralih menjadi pedagang, supir pengangkutan barang dagangan, karyawan swasta dan pemerintahan. Hal ini mengakibatkan sebagian etnik Tamil mulai berpindah ke kota- kota yang dekat dengan sentra perdagangan dan pusat kota. 3 Menurut catatan Sinar 2008 dalam bukunya Sejarah Medan Tempo Doeloe kedatangan orang-orang India dalam jumlah besar terjadi sejak pertengahan abad ke- 19 dan hingga sekarang menetap dan membentuk komunitas di berbagai wilayah Sumatera Timur dan khususnya kota Medan, yaitu sejak dibukanya industri perkebunan di Tanah Deli yang dirintis oleh Jacobus Nienhys sejak 1863, mereka ingin mengadu nasib dengan menjadi kuli perkebunan. Mereka dipekerjakan oleh Nienhys, seorang keturunan Belanda pengusaha perkebunan tembakau yang dikenal sebagai tembakau Deli. Mereka mendapat hak konsesi tanah di Martubung dari Sultan Mahmud Deli untuk menanam tembakau Deli yang kualitasnya baik dan berbau harum sebagai pembalut cerutu. Kemudian Nienhys berhasil memperoleh kontrak tanah di Tanjung Sepassai dari Sultan Deli untuk jangka waktu 99 tahun. 3 http:siwa-kumar.blogspot.com2011pluralitas-tamil-di-kota-medan.html Universitas Sumatera Utara Tembakau inilah yang membuat Tanah Deli menjadi termasyur di dunia Internasional, yang mana pada akhirnya dikenal sebagai “Het Dollar Land” atau “Tanah Sejuta Dollar”. Oleh sebab itu semakin banyak saja para buruh dan tenaga- tenaga kerja yang didatangkan dari India untuk bekerja di Tanah Deli baik sebagai buruh perkebunan, supir, penjaga malam serta buruh-buruh bangunan atau kuli pembuat jalan serta penarik kereta lembu. Dari beberapa kutipan sejarah, mengenai gelombang kedatangan orang Tamil di Sumatera Utara, hanya gelombang terakhirlah yang menyebutkan bagaimana proses kedatangan masyarakat Tamil ke Kota Medan. Gelombang terakhir kedatangan orang Tamil ke Deli Serdang yaitu pada tahun 1872 sebagai kuli kontrak perkebunan bersamaan dengan orang-orang Jawa yang dipekerjakan waktu itu sekitar ratusan orang jumlahnya dengan penghasilan rata-rata 96 dolar perbulan. Tahun 1874 sudah dibuka 22 perkebunan dengan memakai kuli bangsa Cina 4.476 orang, kuli Tamil 459 orang, dan orang Jawa 316 orang. Harahap, 2013 Selain mereka yang didatangkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan sebagai buruh-buruh bangunan atau kuli pembuat jalan serta penarik kereta lembu, mereka juga mulai berdatangan ke Sumatera Timur untuk berdagang dan menjadi pekerja di bidang-bidang lain. Imigran dari India yang datang untuk berdagang antara lain adalah orang-orang dari India Selatan Tamil Muslim dan juga orang Bombay serta Punjabi. Mani 1980: 58 Universitas Sumatera Utara Menurut A. Mani 1980 : 46 bahwa di luar pekerja kontrak di perkebunan, orang-orang India yang lain juga banyak datang ke Medan untuk berpartisipasi memajukan berbagai sektor usaha yang sedang tumbuh di kota ini, mereka disebut kaum Chettiars atau Chettis, selain itu ada juga kelompok lain yang disebut kaum Vellalars atau Mudaliars, kaum Sikh dan orang-orang Uttar Pradesh. Selain itu juga terdapat orang-orang Sindi, Telegu, Bamen, Gujarati, Maratti Maharasthra, dan yang lainnya. Daerah pemukiman etnik Tamil yang dapat dikenal di kota Medan adalah Kampung Keling atau sebahagian orang menyebutnya “Kampung Madras”, tepatnya di sekitar Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Baru. Selain itu Pada awalnya Kampung Madras atau Kampung Kubur merupakan tanah wakaf atau tanah pemberian dari Pemerintah Belanda bagi orang-orang keturunan India yang beragama Islam Muslim. Daerah ini diberi nama Kampung Kubur oleh penduduk setempat karena pada awalnya daerah ini merupakan sebuah lokasi komunitas Tamil juga terdapat di Kampung Anggerung di Kelurahan Anggerung Kecamatan Medan Polonia. Daerah ini dikenal sebagai komunitas orang Tamil yang berkulit hitam. Di daerah ini, sejarah ajaran Hindu berkembang dan diawali dengan berdirinya Kuil Sri Mariamman. Bersebelahan dengan kuil, berdiri kantor Parisada Hindu Dharma Indonesia PHDI Sumut. Selain Kuil Shri Mariamman, masih banyak tempat ibadah umat Hindu di Sumut. Adanya kampung ini menjadi bukti bahwa masyarakat suku Tamil telah lama bermukim di kota Medan. Universitas Sumatera Utara pekuburan. Lokasi pekuburan ini letaknya berada tepat di belakang Mesjid Gaudiyah. Mesjid ini terletak di jalan Zainul Arifin yang dibangun oleh Perkumpulan Etnis India Selatan yang beragama Islam South India Muslims Foundation pada tahun 1887. Dari sebuah tanah wakaf inilah warga India Tamil membentuk sebuah pemukiman, sebab mereka merasa bahwa tanah ini merupakan tanah pemberian yang diberikan pada mereka oleh pemerintah Belanda walaupun hanya sebuah tanah perkuburan, sehingga pada akhirnya mereka menjadikan sebagai sebuah pemukiman akibat tanah atau lahan yang ada di kota Medan telah banyak dihuni atau ditempati oleh warga atau suku bangsa yang lainnya. Sekitar lima tahun yang lalu tepatnya tanggal 17 Juli 2008, Pemerintah Kota Medan serta DPD Kota Medan telah mensahkan kawasan perkampungan India di kota Medan yang dahulu disebut sebagai Kampung Keling menjadi Kampung Madras. Bahkan beberapa trayek angkutan kota yang bertuliskan Kampung Keling telah diubah namanya menjadi Kampung Madras. Kampung Madras sejak masa perkebunan Deli menjadi salah satu kampung kota di Medan dengan karakter kuat yang mewakili komunitas Hindu India. Saat ini, Kampung Keling masih menyisakan artefak-artefak yang ada sejak penguasaan perkebunan Deli oleh Belanda antara lain pola ruang, bangunan rumah tinggal dan tempat ibadah. Satu hal lagi yang saat ini masih tersisa, yaitu budaya masyarakat keling yang dibawa dari India. Kampung Keling saat ini dalam skala urban sebagai komunitas yang mampu menghadirkan ingatan yang kuat bagi masyarakat lokal Universitas Sumatera Utara maupun masyarakat luar Medan dan harus tetap dilestarikan tanpa menghilangkan identitas-identitas yang telah melekat pada komunitas tersebut sehingga mampu berintegrasi dengan kemajuan kota yang ada. Etnis India Tamil di kota Medan dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama, keturunan India yang berasal dari periode kolonial. Mereka menganggap Indonesia tanah air mereka dan identitas keIndiaannya relatif telah melemah. Kedua, kelompok India yang berbisnis. Mereka datang ke Indonesia sebelum dan sesudah periode perang. Rata-rata mereka punya tingkat kehidupan yang cukup baik, percaya diri bahwa mereka adalah orang Indonesia, dan anak-anak mereka telah membentuk aspek-aspek identitas keIndonesiaan. Ketiga, kelompok India yang masuk ke dalam kategori Investor. Kedatangan mereka agak terlambat jika dibandingkan orang-orang Jepang dan Korea. Kepentingan utama mereka adalah pekerjaan bisnis sehingga berupaya mengadaptasi aturan-aturan dasar bermasyarakat yang dianut Indonesia. Mereka ini terdiri atas kaum profesional teknologi informasi, banker, operator dana bantuan, ahli asuransi, dan konsultan bisnis Mani 2008. Pada masa sekarang tidak diperoleh angka yang pasti mengenai jumlah warga keturunan India di kota Medan, karena sensus penduduk setelah tahun 1930 tidak lagi menggunakan kategori etnik. Menurut A. Mani 1980 pada tahun 1930 terdapat sekitar 5000 orang Sikh di Sumatera Utara. Sementara itu diperkirakan bahwa jumlah orang Tamil di Sumatera Utara adalah sekitar 18.000 jiwa, namun ada juga yang menyebut sekitar 30.000 jiwa pada tahun 1986 Napitupulu 1992. Kebanyakan dari Universitas Sumatera Utara mereka yang sampai saat ini masih tinggal di Medan menjadi warga negara Indonesia berpencar mencari nafkah ke berbagai tempat di Sumatera dan di Jawa. Pada masa kolonial, orang-orang Tamil bermukim di sekitar lokasi-lokasi perkebunan yang ada di sekitar kota Medan dan Sumatera Timur. Setelah masa kemerdekaan, mereka pada umumnya berdiam di sekitar kota, yang terbanyak di kota Medan, juga di Binjai, Lubuk Pakam, dan Tebing Tinggi. Menjadi bagian dari bangsa Indonesia merupakan satu pilihan yang secara sadar dijalankan oleh warga Tamil di kota Medan pada umumnya. Mereka teguh dalam soal ini, dan banyak di antara kaum tua orang Tamil yang juga ikut berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia, dan banyak pula di antara warga Tamil yang berstatus sebagai pegawai negeri. Tetapi sebuah keprihatinan muncul di kalangan generasi tua Tamil dewasa ini melihat kenyataan bahwa semakin lama mereka kehilangan identitas kebudayaan Tamil. Sebagian besar generasi muda tidak bisa lagi berbahasa Tamil, bahkan orang tua juga banyak yang tidak mampu lagi menggunakan bahasa itu di lingkungan keluarga. Orientasi politik kaum Tamil di Medan di masa lampau adalah Golkar, namun di era reformasi dengan sistem multipartai sekarang ini mereka tidak lagi terpolarisasi ke suatu partai tertentu. Kaum muda Tamil banyak juga yang aktif di organisasi kepemudaan seperti Pemuda Pancasila, sehingga mereka semakin dalam terabsorbsi dengan lingkungan pergaulan dan kebudayaan komunitas pribumi.

2.2 Keagamaan India Tamil Di kota Medan