Birama ke-8 ketukan ke-4 dan birama ke-9 selanjutnya dilakukan terus pengulangan.
5.3.7 Formula Melodik melodie formula
Melodi berasal dari bahasa Yunani yaitu meloidia yang artinya bernyanyi atau berteriak. Namun berdasarkan kamus online Virginia Tech Multimedia Music
Dictionary, melodi adalah: A rhythmically organized sequence of single tones so related to one another
as to make up a particular phrase or idea. Sebuah nada yang disusun secara berurutan sehingga setiap nada berkaitan dan membentuk sebuah frasa atau
ide tertentu. Dalam mendeskripsikan fomula melodik, ada tiga hal penting yang akan
dibahas yaitu bentuk, frasa, dan motif. Bentuk adalah suatu aspek yang menguraikan tentang organisasi musikal. Unit terkecil dari suatu melodi disebut dengan motif,
yaitu tiga nada atau lebih yang menjadi ide sebagai pembentukan melodi. Gabungan dari motif adalah semi frasa, dan gabungan dari semi frasa disebut dengan frasa
kalimat. Menurut William P Malm dalam bukunya Musical Cultures of The Pasific
The Near East and Asia 1977:8, bentuk dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu :
1. Repetitive, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan
Universitas Sumatera Utara
2. Ireratif, yaitu suatu bentuk nyanyian yang menggunakan formula melodi yang
kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian.
3. Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi
pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi pentimpangan melodis. 4.
Strofic, yaitu apabila bentuk nyanyian diulang dengan formalitas yang sama namun menggunakan teks yang baru.
5. Progressive, yaitu apabila bentuk nyanyian selalu berubah dengan
menggunakan materi melodi yang selalu baru. Nettl dalam bukunya Theory and Method in Ethnomusicology, mengatakan
bahwa untuk mendeskripsikan bentuk suatu komposisi, ada beberapa patokan yang dipakai untuk membaginya ke dalam berbagai bagian, yaitu:
1. Pengulangan bagian komposisi yang diulangi bisa dianggap sebagai satu unit.
2. Frasa-frasa istirahat bisa menunjukkan batas akhir suatu unit.
3. Pengulangan dengan perubahan misal, transposisi lagu atau pengulangan
pola ritmis dengan nada-nada yang lain. 4.
Satuan teks dalam musik vokal, seperti kata atau baris. Dalam hal ini penulis menganalisa bentuk pada lagu-lagu yang digunakan
dalam sebuah peribadatan seperti Nirentherem, Yenthe kaalet-tilum, Bajena Irewen Punpugel Pudhe, Parisuthe Thewen Niire, Kyrie Eleison yang akan dianalisa dengan
patokan semua poin diatas.
Universitas Sumatera Utara
5.3.7.1 Analisis bentuk, frasa, dan motif pada lagu Nirentherem
Birama Frasa
1-4 A1
5-7 B1
9-11 B2
13-15 C1
16-19 D1
Tabel 5.6 Motif pada lagu Nirentherem. Sumber: diolah dari hasil penelitian Gambar notasi di samping merupakan notasi pada frasa A1 dan terdapat
pengulangan.
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B2
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa D1
Universitas Sumatera Utara
Setelah dianalisa, bentuk lagu nirentherem dapat diuraikan sebagai A1-B1- B2-C1-D1, bentuk ini terdapat pada birama pertama sampai dengan birama ke-19.
Lagu ini mengalami pengulangan dengan bentuk yang sama pada birama ke-20 sampai dengan birama ke-35. Dengan demikian bentuk pada lagu ini dapat
digolongkan ke dalam bentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan.
5.3.7.2 Analisis Bentuk, Frasa, dan motif pada lagu Yenthe Kaalet-tilum
Birama Frasa
1-4 A1
4-8 B1
13-16 C1
Tabel 5.7 Motif pada lagu Yenthe kaalet-tilum. Sumber: diolah dari hasil penelitian Gambar notasi di samping merupakan notasi pada frasa A1
Gambar notasi di samping merupakan notasi pada frasa A1
Universitas Sumatera Utara
Gambar notasi di samping merupakan notasi pada frasa C1
Bentuk lagu Yenthe kaalet-tilum di atas dapat diurutkan sebagai A1-B1-C1.
Bentuk A1,B1 dan C1 sama-sama mengalami pengulangan dan tidak terdapat perubahan pada melodi akhirnya. Dengan demikian bentuk dari lagu tersebut sesuai
dengan pendapat Malm adalah Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi pentimpangan
melodis. Setelah lagu ini dimainkan sampai birama yang terakhir yakni birama yang
ke-16, lagu ini kembali dimainkan dari mulai birama yang ke-17 sampai birama yang ke-29. Hal ini merupakan sebuah bentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang
mengalami pengulangan dengan melodi yang sama.
Universitas Sumatera Utara
5.3.7.3 Analisis bentuk, frasa, dan motif pada lagu Bajena Irewen Punpugel
Pudhe
Birama Frasa
1-5 A1
5-6 B1
7-8 A2
8-9 B2
10-11 C1
11-12 D1
Tabel 5.8 Motif pada lagu Bajena. Sumber: diolah dari hasil penelitian
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A2
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B2
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C1
Universitas Sumatera Utara
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa D1
Bentuk pada lagu ini adalah A1-B1- A2-B2-C1-D1. Lagunya dimulai pada birama yang ke-1, namun pada birama pertama sampai pada birama yang ke-12
terdapat sebuah frasa yang sama persis dengan frasa pada birama yang ke-13 sampai pada birama akhir. Dengan demikian lagu ini diawali dan diakhiri sebuah frasa yang
sama. Hal ini menunjukkan sebuah bentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan dengan melodi yang sama.
5.3.7.4 Analisis bentuk, frasa, dan motif pada lagu Parisuthe Thewen Niire
Birama Frasa
1-2 A1
3-4 B1
9-10 C1
21-22 C2
11-12 D1
23-24 D2
15-16 E1
Universitas Sumatera Utara
17-18 F1
19-20 G1
Tabel 5.9 Motif pada lagu Parisuthe Thewen Niire. Sumber: diolah dari hasil penelitian
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa D1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C2
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa D2
Universitas Sumatera Utara
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa E1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa F1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa G1
Bentuk pada lagu ini adalah A1-B1-C1-C2-D1-D2-E1-F1-G1. Lagu ini dimulai pada birama yang ke-1, namun pada birama pertama sampai pada birama
yang ke-4 terdapat sebuah frasa yang sama persis dengan frasa pada birama yang ke- 5-8 kemudian semua frase ini diulang kembali sampai pada birama yang terakhir atau
birama ke-24. Dengan demikian lagu ini diawali dan diakhiri sebuah frasa yang sama. Hal ini menunjukkan sebuah bentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang
mengalami pengulangan dengan melodi yang sama.
5.3.7.5 Analisis Bentuk, frasa, dan motif pada lagu Kyrie Eleison
Universitas Sumatera Utara
Birama Frasa
1-3 A1
Tabel 5.10 Motif pada lagu Kyrie Eleison. Sumber: diolah dari hasil penelitian
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A1
Bentuk pada lagu ini terdiri dari satu frase saja yaitu A1. Lagu ini dimulai pada birama yang ke-1-ke3, namun pada birama pertama sampai pada birama yang
ke-3 terdapat sebuah frasa yang sama persis sampai seterusnya. Dengan demikian lagu ini diawali dan diakhiri sebuah frasa yang sama. Hal ini menunjukkan sebuah
bentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan dengan melodi yang sama.
5.3.8 Kontur contour