39 Pasal agama Ajaran Anglikan

mereka anut. Seperti upacara kematian, yang digabungkan dengan liturgi gereja Anglikan. Sehingga hubungan antara agama serta adat budaya masih melekat erat walaupun mereka sudah menjadi Kristen. Saat ini diperkirakan ada sekitar 70.000 warga keturunan Tamil India yang bermukim di kota medan. Sekitar satu persennya memeluk agama Kristen, baik Kristen Anglikan maupun Katolik. Kebaktian Minggu di Gereja Anglikan Holy Trinity Medan dilaksanakan selama duajam, dimulai dari pukul 08.00-10.00 wib, jumlah jemaat yang hadir sekitar 50 orang, 80 diantaranya adalah suku India Tamil, dan 20 sisanya adalah suku batak dan suku Tionghoa.

3.3 Ajaran Anglikan

Archbishop Thomas Cranmer dan Reformis Inggris lain menghajarkan tiga dasar besar untuk Gereja Anglikan yang harus diketahui jemaat Anglikan dan harus dijalankan gereja melalui 39 pasal agama, Alkitab dalam bahasa Inggris, dan Buku Doa Umum Inggris. ketiga dasar tersebut sudah memberikan Gereja Anglikan kekuatan teologis dan rohani yang besar dalam pengajarannya terhadap kekristenan.

3.3.1 39 Pasal agama

Pasal-pasal Agama yang menyatakan ajaran utama Gereja Anglikan bukan pernyataan sistematik tentang semua ajaran Kristen. Gereja Anglikan menganggap bahwa 39 pasal tersebut mengajarkan orang-orang atau jemaat Anglikan kebenaran tentang ajaran lain. Walaupun pasal-pasal itu ditulis di tengah-tengah perubahan- perubahan besar Reformasi, penulis-penulis mungkin Archbishop Cranmer pada Universitas Sumatera Utara masa Henry dan Edward, serta Archbishop Parker pada masa Elizabeth dapat memfokuskan ajaran-ajaran Anglikan pada Alkitab. Pasal-pasal tersebut mengacu pada Alkitab sebagai penguasa tertinggi dalam masalah iman. Mereka juga mengacu pada ketiga Pengakuan Iman besar yang ajarannya dipercayai oleh semua orang Kristen.

3.3.1.1 Pasal 1-5 : Tentang Iman kepada Tritunggal yang Kudus

Hanya ada satu Allah yang hidup dan sejati, kekal, tak bertubuh, tanpa bagian, atau tidak dapat dicederai. Dia memiliki kuasa, hikmat, dan kebaikan yang tidak terbatas. Dia adalah Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Di dalam kesatuan ke-Allahan ini ada tiga Pribadi dengan satu hakikat, kekuasaan, dan kekekalan; Sang Bapa, Sang Putra, dan Sang Roh Kudus. Ajaran Anglikan tentang Trinitas sama dengan ajaran konsili Nicea, Konstantinopel, dan Kalcedon. Ajaran ini menyatakan kesatuan dan keunikan Allah. Ajaran Anglikan juga memakai bahasa Konsili Konstantinopel untuk menyatakan bahwa dalam satu keAllahan, terdapat tiga pribadi yang memiliki hakikat yang sama. Jadi, ajaran tersebut menyangkal bentuk-bentuk monarkianisme yang berbeda kepercayaan yang menitikberatkan kesatuan Allah tetapi menyangkal keilahian penuh Anak dan Roh Kudus. “Tak bertubuh” berarti tidak dibatasi oleh batasan ruang atau letak. Tidak dapat digambarkan oleh bentuk jasmani. “Tanpa bagian” berarti tidak dapat dibagi, tidak berubah, dan tanpa kemungkinan perselisihan. Universitas Sumatera Utara

3.3.1.2 Tentang Firman atau Putra Allah yang menjadi Manusia yang sejati

Sang Putra, yang adalah Firman Sang Bapa, yang lahir dari Sang Bapa sejak kekekalan. Dia adalah Allah yang sejati dan kekal, dan sehakikat dengan Sang Bapa. Di dalam kandungan Sang Dara yang berkati, Dia mengambil kodrat manusia dari hakikat Sang Dara itu. Sehingga dua kodrat yang lengkap dan sempurna, yaitu keAllahan dan kemanusiaan, disatukan bersama di dalam satu Persona yang tidak pernah terbagi-bagi. Jadi hanya ada satu Kristus, Allah yang sejati, dan Manusia yang sejati yang sungguh-sungguh menderita, disalibkan, mati, dan dikuburkan, untuk mendamaikan Bapa-Nya kepada kita, dan menjadi suatu kurban, tidak saja untuk dosa asali, tetapi juga untuk semua dosa manusia yang sebenarnya. Pasal tentang Anak menegaskan ajaran-ajaran Konsili besar yang menentang mereka yang mengatakan bahwa Anak tidak selalu ada, dan bukan keilahian sesungguhnya Arianisme, pasal ini menyatakan bahwa Anak adalah kekal, dan bahwa Dia dari hakikat yang sama dengan Bapa. Bagi mereka yang menganggap Maria sebagai yang memperanakkan Allah, pasal ini menegaskan bahwa sang Anak mengambil kodrat manusia di dalam kandungan Maria, dari hakikat kemanusiaannya. Menentang mereka yang menitikberatkan keilahian Kristus dan menganggap kodrat manusianya telah dihisap ke dalam kodrat ilahi Apollinarianisme, pasal ini menyatakan bahwa Kristus adalah sungguh-sungguh manusia. Menentang mereka yang ingin dua kodrat Kristus menjadi terpisah Nestorianisme, pasal ini mengatakan bahwa ada satu pribadi yang tidak dapat Universitas Sumatera Utara dibagi. Pasal tersebut menegaskan bahwa dua kodrat yang jelas berbeda menyatu di dalam satu pribadi Kristus. Perjanjian Baru mengatakan bahwa Allah bukan Bapa memperdamaikan kita kepada diriNya tidak bahwa diriNya diperdamaikan kepada kita. Pasal ini mungkin menjelaskan, dengan kata yang lain, bagaimana kematian Kristus memungkinkan untuk Bapa menerima kita. “Dosa asali” lihat Pasal 9. Arti di sini adalah bahwa pengorbanan Kristus adalah untuk semua dosa.

3.3.1.3 Tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati

Kita percaya bahwa Kristus mati bagi kita, dan dikuburkan. Kita percaya juga bahwa dia turun ke dunia orang mati. Mungkin, dunia orang mati berarti Hades, yaitu tempat ke mana orang mati pergi. Mungkin Hades adalah ide yang netral, daripada tempat hukuman. Dasar Alkitabiahnya adalah Kisah 2:27-31 dan Mazmur 16:10.

3.3.1.4 Tentang kebangkitan Kristus.

“Kristus benar-benar bangkit dari kematian, dan mengambil kembali tubuhnya: daging, tulang, dan semua hal yang berhubungan dengan kesempurnaan kodrat manusia”. Dengan tubuh itu dia naik ke surga dan duduk di sana sampai dia kembali untuk menghakimi semua orang pada akhir zaman. Pasal ini setujui dengan Pengakuan-pengakuan Iman tentang kebangkitan Kristus. Pasal ini juga menyatakan bahwa Dia tidak meninggalkan kemanusiaanNya ketika Dia naik ke surga. Latar belakang untuk ini adalah bahwa beberapa ajaran sesat mengajar bahwa Kristus adalah ilahi tetapi bukan manusiawi penuh, atau bahwa Dia hanya kelihatannya Universitas Sumatera Utara menjadi manusia selama Dia tinggal di dunia. Pasal itu juga memberi dasar untuk mengartikan bahwa tubuh Kristus berada di surga dan tidak bisa hadir juga dengan cara yang sama di roti dan anggur Perjamuan Kudus.

3.3.1.5 Tentang Roh Kudus

“Roh Kudus, keluar dari Sang Bapa dan Sang Putra, satu hakikat, kemuliaan, dan keagungan bersama Sang Bapa dan Sang Putra, adalah Allah sejati dankekal”. Pasal ini menegaskan keilahian dan kekekalan Roh Kudus. Pasal itu juga menjelaskan bahwa Roh Kudus bukan kekuatan impersonal, tetapi pribadi ilahi seperti Bapa dan Anak adalah pribadi-pribadi ilahi. Pasal ini juga setuju dengan versi barat Pengakuan Nicea, dengan menyatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak kalimat filioque. Kalimat ini tidak ditambahkan pada versi barat Pengakuan Iman sampai Gereja Spanyol menambahkannya pada Konsili Toledo pada tahun 589; mungkin sebagai akibat dari pengaruh Agustinus dari Hippo. Pergunaannya berangsur-angsur meluas, walaupun tidak sampai akhir abad ke-11 Gereja Roma menambahkannya ke dalamPengakuan Iman mereka. Kalimat itu menyebabkan keretakan akhir antara Gereja Timur dan Barat pada tahun 1054. 3.3.2 Tentang Alkitab dan Pengakuan Iman: Pasal 6-8 3.3.2.1 Tentang Kecukupan Kitab Suci untuk Keselamatan Kitab Suci berisi semua hal yang perlu untuk keselamatan. Tidak seorangpun diharuskan untuk mempercayai apa pun yang tidak tertulis di dalam Kitab Suci atau yang tidak dapat dibuktikan oleh Kitab Suci sebagai dasar iman, atau menganggapnya Universitas Sumatera Utara perlu untuk keselamatan. Kitab Suci adalah kitab-kitab kanonik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang otoritasnya tidak pernah disangsikan di dalam Gereja. Kitab- kitab lainnya seperti dikatakan Jerome dibaca Gereja sebagai teladan hidup dan pengajaran tentang kelakuan, tetapi tidak digunakan sebagai dasar untuk membangun doktrin apapun. Semua kitab Perjanjian Baru, yang diterima secara umum, kita terima dan mengakuinya sebagai kitab kanonik. Gereja Anglikan mendasarkan ajaran dan praktiknya atas kitab-kitab suci. “Kitab Suci berisi semua hal yang perlu untuk keselamatan.” Ini berarti bahwa ada cukup informasi dalam Kitab Suci yang memberitahu kita tentang kebenaran Iman Kristen itu dan bagaimana kita bisa diselamatkan. Kita tidak memerlukan pengajaran lain dari manapun, untuk memberitahu kita kebenaran hal ini. Semua teologi kita harus didasarkan atas kitab- kitab suci. Itulah sebabnya orang-orang Anglikan menganggap Alkitab sangat penting. Itulah sebabnya kita memastikan bahwa khotbah adalah mengenai bagian dan ide dari Alkitab. Pasal ini menyatakan posisi Anglikan melawan baik Konsili Trent yang memberi kekuasaan yang sama kebiasaan Gereja Katolik Roma maupun beberapa kaum Protestan ekstrim yang memberi terlalu banyak kuasa pada inspirasi Roh Kudus di dalam hidup orang percaya. Buku-buku Apokrif Perjanjian Lama didaftarkan sebagai bagian Kanon oleh Konsili Trent, tetapi Gereja Anglikan tidak menggunakan buku-buku itu sebagai dasar ajaran. Universitas Sumatera Utara Kalau Alkitab adalah ukuran utama untuk menguji ajaran Kristen yang benar, Apokrif adalah kumpulan tulisan yang dulu dilampirkan pada kitab Perjanjian Lama. Sebelum masa Kristus tulisan Apokrif sering termasuk dalam kumpulan versi Yunani Perjanjian Lama yaitu Septuaginta atau LXX dan merupakan bagian kumpulan tulisan suci orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Pada umumnya Apokrif tidak dikenal sebagai bagian Alkitab Ibrani. Sekitar tahun 90 Konsili Yahudi yang bertemu di Jamnia menolak Apokrif dari daftar kitab yang dianggap berlaku, meski itu pandang berguna untuk pelajaran pribadi. Gereja Kristen memakai kumpulan kitab suci yang sama dengan kitab suci Ibrani yang disetujui oleh Konsili Jamnia karena kitab suci ini adalah kitab suci yang diterima secara umum . Memakan beberapa waktu lama bagi kaum Kristen untuk menyetujui tulisan mereka yang seharusnya dianggap berlaku misalnya Injil Yohanes memakan banyak waktu untuk bisa diterima secara umum. Sampai dengan pertengahan abad ke-2, Irenaeus dari Lyon dan Hippolytus dari Roma keduanya menguraikan banyak kitab Perjanjian Baru di dalam Alkitab kita. Akan tetapi baru saat Surat Paskah Athanasius dari Aleksandria pada tahun 367 ditentukan daftar kitab dari kitab-kitab yang sama seperti Alkitab yang kita pakai sekarang. Gereja Barat pada Konsili Carthage pada tahun 397 membuat daftar kitab Perjanjian Baru yang sama. Ada tiga dasar utama keputusan diambil tentang kitab-kitab Perjanjian Baru: pertama, bahwa kitab ditulis oleh rasul atau berasal dari ajaran rasul; kedua, bahwa ajarannya adalah sesuai dengan ajaran para rasul; dan ketiga, bahwa kitab pada Universitas Sumatera Utara umumnya dipakai dan diterima di gereja sejak masa para rasul. Berdasarkan hal ini, tulisan-tulisan berasal dari abad ke-2, seperti Didakhe, dihilangkan Kanon Perjanjian Baru. “Kanon” dalam konteks ini berarti peraturan, dan dalam hal ini berarti daftar kitab yang disetujui diputuskan untuk berlaku di dalam gereja. Pada masa Reformasi, Konsili Trent Katolik Roma, pada tahun 1546, memutuskan bahwa 12 kitab Apokrif Perjanjian Lama seharusnya termasuk di dalam kanon Alkitab. Oleh karena itu, kitab tersebut dicetak di dalam Alkitab Katolik. Gereja Inggris pada Artikel 6 dari 39 Artikel membuat daftar 24 kitab yang sama dengan di dalam kanon Ibrani, tetapi menyatakan bahwa Apokrif hanya dibaca untuk contoh kehidupan, dan tidak untuk menyusun ajaran apa pun. Gereja Protestan yang lain tetap memakai daftar asli, meskipun Luther berpendapat bahwa surat Yakobus seharusnya tidak dimasukkan. Gereja Timur pada tahun 1672 menambah empat kitab dari Apokrif ke kanonnya, tetapi pada kenyataannya Gereja Timur cenderung pada Alkitab Protestan. Gereja Anglikan menyatakan bahwa kitab suci di dalam Alkitab kita “berisi semua hal yang perlu untuk keselamatan.”

3.3.2.2 Tentang perjanjian lama

Perjanjian lama tidak bertentangan dengan Perjanjian Baru: karena baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru kehidupan kekal ditawarkan kepada manusia oleh Kristus, yang adalah satu-satunya Mediator antara Allah dengan manusia, karena Dia adalah Allah dan sekaligus Manusia. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak mempercayai mereka yang mengatakan bahwa Bapa-bapa Leluhur Universitas Sumatera Utara Perjanjian Lama hanya mengharapkan janji-janji sementara saja. Sekalipun orang- orang Kristen tidak perlu mengikuti upacara-upacara dari hukum taurat yang diberikan Allah melalui Musa, dan pemerintah-permerintah tidak perlu mengikuti aturan-aturan sipil dari hukum taurat itu, akan tetapi tak ada seorang Kristen pun yang bebas dari menaati perintah-perintah moral. Orang-orang dan jemaat Anglikan percaya bahwa Perjanjian Lama dan Baru menceritakan satu cerita. Perjanjian Baru mengajarkan bahwa janji-janji yang dibuat dalam Perjanjian Lama itu dipenuhi dalam diri Kristus. Makna sepenuhnya janji-janji dalam Perjanjian Lama ditemukan dalam Perjanjian Baru. Itu berarti juga bahwa Perjanjian Baru harus dimengerti dengan bantuan Perjanjian Lama. Perjanjian Baru tidak membatalkan Perjanjian Lama. Hukum moral Perjanjian Lama masih berlaku bagi orang Kristen, meskipun Perjanjian Baru menjelaskan bagaimana hukum itu diterapkan dengan yang baru.

3.3.2.3 Tentang tiga pengakuan Iman

Ketiga Pengakuan Iman, yaitu Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel, Pengakuan Iman Atanasius, dan yang biasanya disebut Pengakuan Iman Rasuli, wajib diterima dan dipercayai karena pengakuan-pengakuan ini sungguh dapat dibuktikan oleh Kitab Suci.Ada tiga pengakuan iman yang dianggap oleh Gereja Anglikan menyatakan ajaran yang benar, yang dapat dibuktikan dari Alkitab. Pengakuan Iman Nicea mengembangkan ajaran-ajaran yang disetujui dalam Konsili Nicea pada tahun 325. Bentuknya yang sekarang mungkin disetujui dalam Universitas Sumatera Utara Konsili Konstantinopel pada tahun 381. Ini didasarkan atas pengakuan-pengakuan sebelumnya dan dimaksudkan untuk membuktikan bahwa ajaran Arian tentang keilahian Yesus salah Arius dan yang lain mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan Allah tertinggi, tetapi tidak sama dengan Bapa. Pengakuan Athanasius dinamai menurut seorang ahli teologi terkenal, tapi ditulis oleh orang lain pada pertengahan abad ke-5. Pengakuan itu adalah satu pernyataan jelas tentang Trinitas dan juga menggambarkan ajaran inkarnasi sang Anak. Pengakuan Iman Rasuli tidak ditulis oleh rasul-rasul, tetapi berisi ajaran mereka. Bentuknya yang sekarang tertanggal dari abad ke-8, tetapi berangsur-angsur berkembang dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan di dalam ibadah pembaptisan yang mungkin kembali ke abad pertama. Pengakuan ini digunakan untuk mengajarkan ide dasar iman Kristen dan juga untuk memberantas ajaran-ajaran sesat.

3.3.3 Pasal 9-18 : Tentang Keselamatan