Pasal 23-24 : Tentang Pelayanan .1 Tentang Pelayanan di dalam Jemaat Pasal 25-31 : Tentang Sakramen-sakramen .1 Tentang sakramen-sakramen

tidak perlu mencari bantuan mereka. Doa-doa itu berlawanan dengan ajaran bahwa Kristus adalah satu-satunya Perantara kita antara kita dan Allah. 3.3.5 Pasal 23-24 : Tentang Pelayanan 3.3.5.1 Tentang Pelayanan di dalam Jemaat Pasal ini menjelaskan bahwa pelayanan umum di gereja seharusnya dilakukan oleh pelayan yang disahkan saja. Gereja Anglikan menolak pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa pelayanan dapat dilakukan oleh siapapun yang menerima pengurapan ilahi misalnya beberapa Anabaptis. Namun ajaran Anglikan ini berlaku untuk pelayanan umum saja, tidak berlaku pelayanan pribadi. Pasal ini juga berfokus pada dua bidang kehidupan gereja yang Gereja Anglikan anggap terpenting, yaitu pelayanan khotbah dan sakramen lihat Pasal 19. Pertanyaan tentang tahbisan dan jenis-jenis serta orde-orde pelayanan dijawab di Pasal 36.

3.3.5.2 Tentang berbicara di dalam jemaat dalam bahasa yang dimengerti umat

Gereja Barat, bahasa Latin adalah bahasa umum sampai Abad Pertengahan terakhir. Bahasa Latin adalah bahasa golongan terpelajar. Sampai waktu Reformasi orang biasa tidak mengerti bahasa itu. Akibatnya liturgi dan Alkitab tidak dapat dimengerti oleh yang menghadiri kebaktian. Martin Luther menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman untuk rakyatnya, dan di Inggris kaum reformis memberi gereja Inggris Alkitab dan liturgi di dalam bahasa Inggris. Gereja Katolik Roma terus Universitas Sumatera Utara menggunakan bahasa Latin untuk waktu yang lama sesudah itu. Prinsip bahwa liturgi umum seharusnya menggunakan bahasa biasa rakyat masih merupakan ajaran Gereja Anglikan. 3.3.6 Pasal 25-31 : Tentang Sakramen-sakramen 3.3.6.1 Tentang sakramen-sakramen Sakramen-sakramen yang ditetapkan Kristus bukan saja merupakan lencana- lencana atau tanda-tanda yang menyatakan bahwa seseorang beragama Kristen, melainkan sakramen itu juga merupakan kesaksian yang dapat dipercaya tentang kehendak baik Allah kepada kita, dan tanda yang membawa kasih karunia-Nya kepada kita. Allah bekerja secara tidak kelihatan dalam kita melalui sakramen, tidak hanya untuk menghidupkan iman kita, melainkan juga untuk menguatkan iman kita di dalam Dia. Ada dua sakramen yang diperintahkan oleh Kristus Tuhan kita dalam Injil: Pembaptisan dan Perjamuan Tuhan. Lima yang umumnya disebut sakramen, yaitu Konfirmasi, Penebusan Dosa penance, Ordinasi, Pernikahan, dan Perminyakan Orang Sebelum Meninggal extreme unction, tidak dianggap sebagai sakramen berdasarkan Injil. Beberapa dari kelima hal tersebut berkembang karena orang telah menyimpangkan ajaran para Rasul. Beberapa di antara kelimanya hanya merupakan status dalam kehidupan yang diijinkan di dalam Kitab Suci. Kelimanya tidak seperti sakramen Pembaptisan dan Perjamuan Tuhan karena tidak ada tanda nyata atau ritus Universitas Sumatera Utara yang ditetapkan oleh Allah.Sakramen tidak diberikan oleh Kristus untuk dipandangi atau diarak keliling, melainkan supaya kita menggunakannya sebagaimana mestinya. Sakramen ini hanya berpengaruh baik terhadap mereka yang menerimanya dengan cara layak. Mereka, yang menerimanya dengan cara yang tidak layak, mendatangkan hukuman atas dirinya, seperti yang dikatakan Rasul Paulus. Istilah “sakramen” berarti sesuatu yang menggambarkan sesuatu yang lain. John Chrysostom mengatakan bahwa sakramen adalah melihat satu hal dan mempercayai hal lain. Augustinus mengatakan bahwa satu hal dilihat dan hal lain dimengerti. Hanya dua sakramen ini yang mempunyai tanda atau upacara yang ditetapkan oleh Allah. Pasal ini membedakan sakramen dari anugerah yang ditujukan sakramen. Sakramen adalah tanda tetapi tidak sama dengan yang ditujukan oleh tanda. Sakramen atau tanda adalah seperti sebuah janji. Akan tetapi dua sakramen Kristus bukan hanya tanda. Sakramen tersebut adalah tanda-tanda yang membawa dengan dirinya kasih karunia Allah. Mereka adalah tanda-tanda kebaikan Allah kepada kita. Sakramen tidak membawa dengan sendirinya kasih karunia yang dijanjikan . Kasih karunia tidak terkandung di dalam tanda. Tanda atau sakramen harus diterima secara baik, yaitu melalui iman. Pasal ini menyatakan bahwa Allah bekerja secara tidak kelihatan di dalam kita. Hal ini tidak berarti bahwa sakramen bekerja secara tidak kelihatan. Allah melakukan perbuatan yang tidak kelihatan atau rohaniah melalui sakramen itu, karena sakramen itu membawa janji dari Allah. Tanda menggambarkan dan mengingatkan Universitas Sumatera Utara kita tentang janji-janji injil. Sakramen seperti kata yang tampak dari Allah. Kalau kita mengenal dan percaya yang digambarkan sakramen, iman kita diperkuat. Pada sakramen Allah membawa janji-janjiNya kepada kita dalam bentuk yang terlihat dan kita menerima janji-janji melalui iman. Pasal ini menolak perbuatan beribadah atau memuja sakramen-sakramen, khususnya Perjamuan Kudus. Pasal ini juga menolak ide bahwa sakramen-sakramen berisikan kasih karunia, yaitu, bahwa kasih karunia dapat diterima hanya karena kita menerima tanda lahiriah. Gereja Anglikan menyatakan bahwa sakramen harus diterima secara patut, yaitu, melalui iman.

3.3.6.2 Tentang ketidaklayakan pelayan yang tidak menghalangi dampak sakramen

Pasal ini tentang soal biasa dalam gereja yang tampak. Beberapa memperdebatkan bahwa kita hanya dapat menerima kasih karunia Allah melalui sakramen dan khotbah apabila pelayan adalah orang yang baik. Gereja Katolik Roma memperdebatkan bahwa pelayan harus bertujuan melakukan pelayanan menurut tujuan Gereja. Akan tetapi tidak mungkin untuk mengetahui hati atau tujuan pelayan. Gereja Anglikan menyatakan bahwa firman dan kasih karunia Allah datang dari Allah sendiri dan diterima oleh iman. Itu tidak tergantung pada orang yang melayaninya. Meskipun begitu, adalah baik bahwa pelayan seharusnya hidup secara kudus dan bahwa pelayan jahat seharusnya dihukum.

3.3.6.3 Tentang Pembaptisan

Universitas Sumatera Utara Pembaptisan bukan hanya tanda yang menunjukkan bahwa seseorang adalah orang Kristen dan yang membedakan orang Kristen dari orang yang belum dibaptiskan. Pembaptisan juga adalah tanda kelahiran kembali, atau kelahiran baru. Tanda pembaptisan adalah seperti sebuah sarana agar mereka yang menerima pembaptisan dengan benar dicangkokkan ke dalam gereja. Janji-janji pengampunan dosa dan pengadopsian kita sebagai anak-anak Allah oleh Roh Kudus dinyatakan dan dipastikan oleh tanda yang kelihatan itu. Iman dikuatkan. Kasih karunia bertambah- tambah karena doa kepada Allah. Pembaptisan anak-anak kecil harus dipertahankan karena sesuai dengan sakramen yang ditetapkan oleh Kristus. Gereja Anglikan membaptis baik dewasa maupun anak-anak. Pembaptisan tidak membuat seseorang menjadi orang Kristen karena upacara. Pembaptisan adalah tanda janji Allah akan pengampunan dan kelahiran baru, dan kalau itu diterima melalui iman, pembaptisan menjadi cara umum seseorang masuk gereja. Pembaptisan memperkuat iman kita karena mengingatkan kita tentang janji-janji Injil, yaitu, pembaptisan adalah tentang kelahiran secara baru, pengampunan, pengangkatan, dan dicangkokkan ke dalam gereja. Kasih karunia Allah datang kepada kita melalui sakramen ini karena kita berdoa kepada Allah untuk hal-hal ini, bukan karena bentuk lahiriah upacara, atau karena kasih karunia terkait dengan air. Gereja Anglikan mengajarkan bahwa pembaptisan bayi sesuai dengan pengajaran Alkitab tentang pembaptisan. Pasal ini tidak sampai mengatakan bahwa ank-anak harus dibaptiskan, hanya kalau mereka dibaptiskan itulah pembaptisan yang Universitas Sumatera Utara sesungguhnya. Iman yang dijalankan di pembaptisan bayi dapat dianggap sebagai iman bayi yang dinyatakan melalui iman orang tua.

3.3.6.4 Konfirmasi di Gereja Anglikan

Ketika anak-anak dibaptis, orang tua dan orang tua permandian God parents berjanji demi anak-anak bahwa mereka akan mengikuti Kristus sampai anak itu berusia cukup untuk berjanji atas nama diri sendiri. Konfirmasi adalah waktu ketika orang bisa mensahkan janji-janji atas nama diri sendiri. Ini merupakan pernyataan umum bahwa orang itu adalah pengikut Kristus dan berkomitmen untuk melayani Dia selama-lamanya. Ketika seseorang dibaptis sebagai dewasa mereka seharusnya dikonfirmasi pada waktu yang sama, atau segera sesudahnya. Dalam ibadah Konfirmasi gereja berdoa untuk orang dan bishop berdoa dan menumpangkan tangan atas mereka supaya mereka diteguhkan oleh Roh Kudus. Peneguhan oleh Roh Kudus adalah agar mereka bisa melayani Kristus secara saleh dan tetap setia kepada Dia. Buku Doa Umum mengatakan bahwa tidak seorangpun boleh mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus sampai mereka sudah dikonfirmasi atau siap dan ingin dikonfirmasi. Kini banyak gereja Anglikan mengijinkan anak-anak yang sudah dibaptis untuk mengikuti Perjamuan Kudus sebelum mereka dikonfirmasi.

3.3.6.5 Tentang Perjamuan Tuhan

Perjamuan Tuhan tidak hanya merupakan tanda kasih yang harus dimiliki oleh orang Kristen terhadap satu sama lain;tetapi juga merupakan suatu sakramen Universitas Sumatera Utara penebusan kita oleh kematian Kristus. Jika kita menerima sakramen itu dengan iman dan dengan sikap yang layak, maka roti yang kita pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus; dan cawan pengucapan syukur itu adalah persekutuan dengan darah Kristus.Transubstansiasi atau perubahan hakikat roti dan anggur dalam Perjamuan Tuhan tidak dapat dibuktikan di dalam Kitab Suci, tetapi berseberangan dengan kata-kata yang jelas dari kitab suci, menurunkan hakikat suatu sakramen, dan mengakibatkan munculnya banyak tahyul. Tubuh Kristus diberikan, diambil, dan dimakan dalam perjamuan itu secara rohani saja. Dan cara di mana Tubuh Kristus diterima dan dimakan adalah iman.Sakramen Perjamuan Tuhan tidak diperintahkan oleh Kristus untuk disimpan, ditinggikan, diarak keliling atau disembah. Buku Doa Umum memberi judul untuk ibadah ini “Urutan Administrasi Perjamuan Tuhan atau Perjamuan Kudus”. Gereja Katolik Roma menamakan itu Misa. Beberapa orang Anglikan menyebutnya Ekaristi Eucharist – dari kata di dalam bahasa Yunani berarti pengucapan syukur. Pasal ini, seperti Pasal tentang Pembaptisan, mengacu pada tanda. Perjamuan Tuhan adalah tanda kasih Kristen, dan tanda penebusan kita. Dengan kata lain, roti dan cangkir adalah cara kita mempunyai bagian dalam kematian Yesus. Tanda itu mengingatkan kita baik kematian Yesus maupun artinya. Kalau kita menerima tanda itu, kita jadi dapat, melalui iman, menerima janji penebusan yang ditunjuk oleh tanda. Akan tetapi, pasal ini juga menyatakan aspek sosial dari sakramen. Itu merupakan tanda persekutuan dan kasih yang dibagikan oleh orang yang berkumpul sekitar meja yang sama dengan Tuhan. Universitas Sumatera Utara Orang Anglikan percaya bahwa roti dan anggur tidak berubah selama ibadah Perjamuan Kudus. Roti dan anggur adalah tanda-tanda dari tubuh dan darah Kristus. Keduanya menyatakan pengampunan Allah dan hidup kekal sebagai akibat dari kematianNya. Ajaran transubstansiasi bertentangan dengan hakikat sakramen karena mengajarkan bahwa tanda adalah sama dengan yang ditandakan. Menurut rubrik terakhir dalam ibadah Perjamuan Kudus di Buku Doa Umum, tubuh dan darah Kristus tidak hadir secara badaniah karena mereka berada di sorga. Oleh karena itu, dalam ibadah Perjamuan Kudus, tubuh Kristus diterima hanya cara rohaniah, melalui iman saja. Di dalam ibadah Perjamuan untuk orang yang sakit di Buku Doa Umum, dinyatakan bahwa kalau orang sakit tidak dapat menerima sakramen melalui mulut, mereka masih dapat makan dan minum tubuh dan darah Tuhan apabila mereka bertobat dan percaya dan mengucapkan syukur atas penebusan Kristus, yaitu mereka makan dan minum melalui iman. Pasal ini juga menyatakan bahwa sakramen tidak boleh disimpan sesudah kebaktian selesai. Alasannya adalah supaya sakramen tidak disembah.

3.3.6.6 Tentang orang-orang jahat yang tidak makan tubuh Kristus dalam Perjamuan Tuhan

Orang jahat dan mereka yang tidak mempunyai iman yang hidup, dapat secara fisik dan dengan jelas mengigit seperti dikatakan Augustinus sakramen Tubuh dan Darah Kristus. Akan tetapi mereka tidak dapat mengambil bagian dalam Kristus. Universitas Sumatera Utara Bahkan, mereka mendatangkan hukuman atas diri mereka karena mereka makan dan minum tanda atau sakramen yang sedemikian agungnya. Pasal ini termasuk untuk membedakan ajaran Anglikan dari ajaran Lutheran. Pasal ini menjelaskan ajaran Pasal 28 tentang apakah Kristus hadir sesungguhnya dalam sakramen. Gereja Anglikan mengingkari bahwa Doa Perjamuan Doa Konsekrasi membawa kehadiran Kristus ke dalam atau bersama sakramen. Hal ini berarti bahwa orang tak percaya yang makan roti tidak menerima Kristus atau manfaatNya, karena bukan Kristus atau manfaatNya diisikan ke dalam sakramen, mereka menyelesaikan sebagai janji kepada orang yang percaya melalui sakramen.

3.3.6.7 Tentang kedua jenis

Cawan Tuhan tidak dilarangkan bagi kaum awam, karena kedua bagian Sakramen Tuhan, oleh penetapan dan perintah Kristus, seharusnya dilayankan sama kepada semua orang Kristen. Pasal ini tentang kebiasaan Gereja Katolik Roma memberikan hanya roti, di Perjamuan Kudus, kepada kaum awam. Kebiasaan ini berkembang sejak sekitar abad ke-12. Beberapa orang, seperti Thomas Aquinas, menyatakan bahwa kebiasaan itu karena bahaya menumpahkan darah Kristus. Konsili Trent, pada tahun 1562, menyatakan bahwa tidak perlu untuk memberikan cangkir kepada kaum awam karena Kristus diterima dengan sempurna dalam roti. Gereja Roma juga menyatakan kekuasaan untuk mengubah kebiasaan tradisional. Pasal Anglikan menyatakan bahwa perintah Kristus adalah alasan untuk memberi roti dan anggur kepada semua orang Kristen. Universitas Sumatera Utara

3.3.6.8 Tentang persembahan Kristus yang satu kali saja dan sempurna di atas Salib

Persembahan Kristus yang hanya dipersembahkan satu kali, adalah penebusan, pendamaian dan pemenuhan yang sempurna untuk semua dosa seluruh dunia, baik dosa asali maupun dosa sebenarnya. Dan tidak ada pemenuhan lain untuk dosa, melainkan hanya itu. Jadi itu merupakan dongeng yang menghujat dan penyesatan yang berbahaya jika dikatakan bahwa imam mempersembahkan Kristus dalam Korban Misa supaya orang yang masih hidup dan yang sudah mati dapat memperoleh pengampunan dari hukuman atau kesalahan. Ajaran Anglikan tentang kematian Kristus juga diacu di Pasal 2,3,15 dan 28. Pasal ini menegaskan bahwa pengorbanan Kristus dilakukan satu kali saja, dan untuk semua dosa. Oleh karena itu, tidak ada pengorbanan lain diperlukan, dan tidak ada dosa lain yang perlu ditebus. Pasal ini menolak ajaran bahwa Perjamuan Kudus adalah persembahan pengorbanan Kristus lagi. Pasal ini juga menolak ide bahwa persembahan seperti itu diperlukan atau dimungkinkan. 3.3.7 Pasal 32-36 : Tentang Disiplin Gereja 3.3.7.1 Tentang Pernikahan Para Imam