Pasal 9-18 : Tentang Keselamatan

Konsili Konstantinopel pada tahun 381. Ini didasarkan atas pengakuan-pengakuan sebelumnya dan dimaksudkan untuk membuktikan bahwa ajaran Arian tentang keilahian Yesus salah Arius dan yang lain mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan Allah tertinggi, tetapi tidak sama dengan Bapa. Pengakuan Athanasius dinamai menurut seorang ahli teologi terkenal, tapi ditulis oleh orang lain pada pertengahan abad ke-5. Pengakuan itu adalah satu pernyataan jelas tentang Trinitas dan juga menggambarkan ajaran inkarnasi sang Anak. Pengakuan Iman Rasuli tidak ditulis oleh rasul-rasul, tetapi berisi ajaran mereka. Bentuknya yang sekarang tertanggal dari abad ke-8, tetapi berangsur-angsur berkembang dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan di dalam ibadah pembaptisan yang mungkin kembali ke abad pertama. Pengakuan ini digunakan untuk mengajarkan ide dasar iman Kristen dan juga untuk memberantas ajaran-ajaran sesat.

3.3.3 Pasal 9-18 : Tentang Keselamatan

3.3.3.1 Tentang dosa asali atau dosa turunan

Dosa asali bukanlah tentang hal mengikuti teladan Adam sebagaimana omong kosong para penganut Pelagius. Dosa asali adalah kesalahan dan kerusakan tabiat setiap orang, yang dihasilkan di dalam tabiat keturunan Adam. Akibatnya, manusia sudah menyeleweng jauh sekali dari kebenaran asali, dan oleh tabiatnya sendiri cenderung untuk kejahatan, sehingga daging selalu menginginkan hal-hal Universitas Sumatera Utara yang berlawanan dengan roh. Oleh karena itu, di dalam diri setiap orang yang dilahirkan ke dalam dunia ini, dosa asali ini patut menerima murka dan hukuman Allah. Dan penularan tabiat ini tetap ada di dalam setiap orang bahkan di dalam mereka yang sudah dilahirkan kembali sekalipun, sehingga keinginan daging disebut dalam Bahasa Yunani phronema sarkos, yang oleh beberapa orang di terjemahkan sebagai hikmat daging, sebagian sebagai sensualitas daging, sebagian sebagai ketertarikan daging, sebagian sebagai keinginan daging, tidak tunduk kepada Hukum Allah. Dan meskipun tidak ada penghukuman bagi mereka yang percaya dan dibaptis, akan tetapi Sang Rasul mengakui bahwa keinginan dan hawa nafsu di dalam dirinya sendiri memiliki tabiat dosa. Ajaran Anglikan berbeda dengan ajaran Pelagius, yang mengatakan bahwa kehendak manusia dapat melakukan yang Allah perlukan, dan bahwa dosa hanya perbuatan salah yang dibuat orang-orang. Para Reformis mengikuti Augustinus dan menyatakan bahwa dosa Adam mempengaruhi hakikat manusia. Hakikat manusia menjadi rusak dan lebih berat kepada dosa. Oleh karena itu hakikat manusia layak mendapat hukuman Allah. Kerusakan hakikat manusia itu juga berarti bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat yang salah dalam kehidupannya, yaitu perbuatan salah yang timbul dari hakikat dosa.

3.3.3.2 Tentang Kehendak Bebas

Kondisi manusia sesudah kejatuhan Adam adalah sedemikian rupa sehingga kita tidak dapat berbalik dan menyiapkan diri sendiri, dengan kekuatan alamiah Universitas Sumatera Utara sendiri dan perbuatan baik, untuk beriman dan berseru kepada Allah. Ini berarti bahwa kita tidak memiliki kekuatan untuk melakukan perbuatan baik yang berkenan dan dapat diterima oleh Allah, kecuali jika kasih karunia Allah dalam Kristus memimpin kita sehingga kita dapat memiliki kehendak baik, dan kecuali jika kasih karunia itu bekerja bersama kita ketika kita memiliki kehendak baik itu. Sebenarnya, pasal ini tidak mengatakan tentang kehendak bebas. Pasal ini menggambarkan implikasi Pasal 9. Ajaran Katolik Roma tentang dosa asal menyatakan bahwa ketika Adam berdosa dia kehilangan pemberian kebenaran, tetapi hakikatnya tidak merusak. Itu berarti bahwa manusia masih dapat memilih melakukan yang Allah perlukan supaya memperoleh kasih karunia Allah untuk membantu mereka. Pasal ini menegaskan bahwa manusia mempunyai kehendak, tetapi menyatakan bahwa kehendak ini tidak mempunyai kekuasaan untuk melakukan yang Allah perlukan. Hanya kasih karunia Allah yang diterima melalui Kristus dapat memberikan kita kehendak untuk mentaati Allah. Pasal ini mencerminkan ide-ide Filipi 2:13.

3.3.3.3 Tentang Pembenaran Manusia

Kita dianggap benar di hadapan Allah, hanya karena perbuatan baik Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus, oleh iman, dan bukan oleh karena perbuatan atau kebaikan kita. Jadi doktrin yang mengatakan bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman adalah doktrin yang sangat sehat dan penuh penghiburan, sebagaimana dinyatakan lebih lengkap di dalam Khotbah Homili Pembenaran. Universitas Sumatera Utara Ajaran Reformasi tentang pembenaran menggambarkan bagaimana Allah menyatakan bahwa kita benar. Konsili Trent menggambarkan pembenaran tidak hanya sebagai pengampunan dosa tapi juga sebagai pembaruan dan pengudusan batin orang dengan menerima kasih karunia dan karunia-karunia Allah. Jadi, pembenaran berarti menjadi kudus dalam kenyataan. Ajaran ini mencampur-adukkan pembenaran - pernyataan Allah bahwa kita benar, dan pengudusan - proses menjadi kudus dalam kenyataan. Pasal Anglikan menolak ajaran Trent. Pasal itu menyatakan bahwa pembenaran berarti dianggap sebagai benar oleh Allah. Dasar untuk itu adalah pekerjaan Tuhan Yesus, khususnya kematianNya. Pembenaran itu tidak didasarkan atas kebaikan kita, atau atas perbuatan kita. Cara kita menerima pembenaran adalah melalui iman pada pekerjaan Kristus. Ajaran ini adalah ajaran yang utuh, yaitu membawa kesehatan rohani. Ajaran ini menjamin kita bahwa kita mempunyai damai sejahtera dengan Allah dan menyelamatkan kita dari melakukan perbuatan baik untuk kebaikan kita sendiri. Ajaran ini penuh penghiburan karena mendasari hidup kudus. Ajaran itu mendorong kita menjadi kudus demi menjadi seperti Allah, tidak supaya direstuiNya.

3.3.3.4 Tentang Perbuatan Baik

Perbuatan baik, yang merupakan buah iman, dan mengikuti pembenaran, tidak dapat menghapuskan dosa-dosa kita atau menanggung kekerasan penghakiman Allah. Akan tetapi perbuatan baik ini berkenan dan dapat diterima oleh Allah dalam Universitas Sumatera Utara Kristus. Perbuatan baik ini tumbuh dari iman yang sejati dan hidup.Sebenarnya melalui perbuatan baik iman yang hidup dapat diketahui dengan jelas seperti sebuah pohon yang dapat dikenali dari buahnya. Pasal ini menjelaskan lebih banyak tentang pembenaran dan perbuatan baik. Perbuatan baik adalah hasil atau buah dari iman. Perbuatan baik tidak menghasilkan pembenaran, sebaliknya mereka menuruti dari pembenaran. Perbuatan baik tidak dapat digunakan untuk menghapus dosa kita. Perbuatan baik adalah bukti bahwa kita mempunyai jenis iman yang menghasilkan pembenaran, yaitu iman yang menghasilkan pembenaran dan perbuatan baik lihat juga Efesus 2:10. Oleh karena kita dianggap sebagai benar oleh Allah, kita sekarang bebas untuk melakukan perbuatan baik demi Dia dan bukan demi kita.

3.3.3.5 Tentang Perbuatan sebelum Pembenaran

Perbuatan yang dilakukan sebelum kasih karunia Kristus dan pengilhaman dari Roh-Nya, tidak berkenan kepada Allah karena perbuatan itu tidak lahir dari iman dalam Yesus Kristus. Dan perbuatan tersebut juga tidak membuat orang pantas menerima kasih karunia, atau seperti dikatakan penulis skolastik untuk berhak mendapat kasih karunia Allah karena perbuatan itu menunjukkan bahwa kita siap melakukan yang dituntut-Nya. Malahan, karena perbuatan tersebut tidak dilakukan sebagaimana yang dikehendaki dan diperintahkan oleh Allah untuk dilakukan, maka kita tidak menyangsikan bahwa perbuatan itu memiliki tabiat dosa. Universitas Sumatera Utara Pasal ini mengacu pada perbuatan yang dilakukan oleh kita sebelum kita menerima kasih karunia Kristus. Ini berarti bahwa perbuatan yang dilakukan sebelum kita dibenarkan. Pasal ini menyatakan bahwa perbuatan ini tidak berkenan bagi Allah dan bersifat dosa. Alasan untuk ini adalah bahwa perbuatan tersebut tidak tumbuh dari iman pada Kristus. Cara lain untuk mengatakan ini adalah perbuatan tersebut tidak dilakukan sesuai tuntutan Allah. Allah ingin perbuatan kita dilakukan melalui iman.

3.3.3.6 Tentang Perbuatan yang melebihi Kewajiban

Perbuatan sukarela adalah perbuatan yang dilakukan sebaik dan melebihi yang diperintahkan Allah. Perbuatan ini disebut perbuatan yang melebihi kewajiban Works of Supererogation. Mereka yang mengajarkan tentang perbuatan sukarela cenderung kepada kesombongan dan ketidaksalehan. Ketika orang mengajarkannya, mereka menyatakan bahwa mereka tidak saja memberi kepada Allah sebanyak yang dituntut, tetapi mereka melakukan lebih banyak demi Dia lebih dari yang dituntut oleh kewajiban mereka. Akan tetapi Kristus menyatakan secara jelas bahwa: “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna” Lukas 17:10. Pasal ini tentang ide bahwa seseorang dapat melakukan lebih banyak daripada yang Allah tuntut. Sejarah ide ini mulai sejak masa penganiyaan Decius pada abad ke-3. Beberapa Pengaku menyatakan hak untuk dapat mengembalikan yang murtad Universitas Sumatera Utara kepada gereja. Hal ini didasarkan atas kesetiaan mereka selama penganiayaan itu. Sekitar masa yang sama, ide berkembang bahwa ada beberapa perbuatan yang tidak dituntut, tetapi tetap baik dilakukan. Perbuatan ini dapat ditambahkan ke dalam perbekalan jasa baik seorang. Kemudian dianggap bahwa beberapa orang Kristen, ketika mereka dihukum dengan penuh untuk semua dosa di Api Penyucian, masih bersisa jasa baik. Perbekalan jasa baik yang belum digunakan itu adalah dasar untuk surat penghapusan dosa yang diberikan Paus atau membeli kepada orang supaya mereka dapat berada di Api Penyucian dalam waktu yang lebih singkat. Pasal itu menolak semua ide ini, karena mereka bertentangan dengan kitab suci dan tidak sesuai dengan ajaran pembenaran oleh iman.

3.3.3.7 Tentang Kristus saja yang tanpa Dosa

Kristus memiliki kodrat kita yang sejati dan menjadi sama seperti kita di dalam segala sesuatu, hanya tanpa dosa. Dia tidak memiliki dosa, baik di dalam dagingnya maupun di dalam rohnya. Dia datang sebagai Anak Domba yang tak bernoda, untuk menghapuskan dosa dunia oleh pengorbanan-Nya sendiri sekali saja. Sebagaimana dikatakan oleh Yohanes, tidak ada dosa di dalam Yesus. Akan tetapi, kita semua, meskipun dibaptis dan dilahirkan kembali dalam Kristus, masih melanggar dalam banyak hal; dan jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri, dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Pasal ini menegaskan bahwa Kristus adalah manusiawi sesungguhnya lihat Pasal 2, tetapi dia tidak mempunyai dosa. Salah satu maksud pasal ini adalah Universitas Sumatera Utara menjelaskan bahwa tidak ada orang tanpa dosa, termasuk Maria dan orang percaya yang menerima Roh Kudus. Pasal ini juga menggambarkan pendamaian. Dosa kita diampuni karena korban Kristus sendiri lihat juga Pasal 2,28,31.

3.3.3.8 Tentang Dosa sesudah Baptisan

Tidak setiap dosa yang benar-benar disengaja sesudah baptisan misalnya kemurtadan adalah dosa melawan Roh Kudus, dan tidak dapat diampuni. Oleh karena itu, karunia pertobatan tidak boleh ditolak terhadap orang-orang yang jatuh ke dalam dosa sesudah baptisan. Setelah kita menerima Roh Kudus, kita mungkin saja meninggalkan kasih karunia yang diberikan kepada kita, dan jatuh ke dalam dosa, dan oleh kasih karunia Allah kita dapat bangkit kembali, dan mengubah hidup kita. Oleh karena itu, mereka yang mengatakan bahwa mereka tidak dapat berdosa lagi sepanjang hidup mereka, harus dihakimi, dan juga mereka yang menolak pengampunan kepada orang-orang yang bertobat dengan sungguh-sungguh. Pada masa Reformasi ada dua pendapat yang salah tentang dosa sesudah pembaptisan. Satu pendapat menyatakan bahwa orang Kristen tidak dapat berdosa lagi ketika mereka sudah menerima Roh Kudus dan dibaptis. Pendapat lain menyatakan bahwa dosa yang dilakukan sesudah pembaptisan tidak dapat diampuni. Di gereja kuno, orang yang berpendapat bahwa dosa yang dilakukan sesudah pembaptisan tidak dapat diampuni, cenderung menunda pembaptisan sampai akhir hidup seseorang. Pasal ini menolak kedua ide ini. Ide tentang dosa yang layak dihukum mati adalah dosa berat yang dilakukan dengan sengaja. Pasal ini tidak Universitas Sumatera Utara mendefenisikan dosa melawan Roh Kudus, tetapi menyatakan bahwa orang Kristen yang berdosa sesudah pembaptisan, pengampunan tidak boleh ditolak, ketika mereka bertobat.

3.3.3.9 Tentang Predestinasi dan Pemilihanan

Predestinasi kepada Kehidupan adalah maksud kekal Allah, yang oleh nya sebelum dasar bumi diletakkan. Dia telah menitahkan, dengan tegas, melalui pertimbangan rahasia-Nya yang tersembunyi dari kita, untuk melepaskan dari kutukan dan hukuman mereka yang sudah dipilih-Nya dalam Kristus dari antara manusia, dan membawa mereka melalui Kristus kepada keselamatan kekal, sebagai sebuah bejana yang dibuat untuk kemuliaan-Nya. Jadi mereka ini, yang diberi berkat luar biasa oleh Allah, dipanggil menurut maksud Allah oleh Roh-Nya yang bekerja pada waktu yang tepat; mereka melalui kasih karunia menaati panggilan itu; mereka dibenarkan secara cuma-cuma; kemudian mereka diangkat menjadi anak-anak Allah; mereka dijadikan serupa dengan gambar Putra-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus; mereka melakukan perbuatan baik dengan setia; dan pada akhirnya, oleh kasih karunia Allah, mereka mencapai kebahagiaan kekal.Pertimbangan yang saleh tentang predestinasi dan pemilihan kita di dalam Kristus merupakan penghiburan yang manis, menyenangkan, dan tidak terperikan untuk orang yang saleh dan mereka yang merasakan di dalam dirinya pekerjaan Roh Kristus. Mereka adalah orang-orang yang mematikan perbuatan dagingnya dan bagian-bagian dari tubuhnya yang melayani dosa. Pertimbangan tentang predestinasi mengangkat akal budi mereka Universitas Sumatera Utara kepada hal-hal yang agung dan surgawi, karena pertimbangan itu membangun dan meneguhkan imannya akan keselamatan kekal yang akan dinikmati melalui Kristus; dan juga menyalakan gairah kasih mereka kepada Allah. Namun hal ini sangat berbahaya kalau orang-orang yang hanya ingin tahu dan penuh dosa, dan yang tidak memiliki Roh Kristus, selalu memandang kepada keputusan predestinasi Allah, karena Iblis akan mendorong mereka, baik kepada keputusasaan atau kepada kehidupan cemar, yang tidak kurang berbahayanya dari keputusasaan. Selanjutnya kita harus menerima janji-janji Allah sebagaimana yang umumnya dinyatakan kepada kita di dalam Kitab Suci, dan juga di dalam apa yang kita lakukan, kita harus mengikuti kehendak Allah itu yang dinyatakan dengan jelas kepada kita di dalam Firman Allah. Dua istilah digunakan di judul Pasal ini. Predestinasi di Perjanjian Baru mengacu khususnya pada keputusan yang dilakukan Allah dari semula, bahwa yang Dia selamatkan akan menjadi anak-anakNya dan menjadi serupa dengan gambaran AnakNya Rom 8:29; Efes 1:5. Pilihan mengacu pada pilihan Allah, orang yang Dia selamatkan. Biasanya istilah ini berhubungan dengan Kristus, “memilih di dalam Kristus” Efes 1:4. Di dalam pasal ini predestinasi mengacu, pada umumnya, pada maksud Allah untuk memberi kaumNya berkat keselamatan. Pasal ini mengacu pada predestinasi ke hidup, dan oleh karena itu menolak ajaran predestinasi rangkap yaitu predestinasi kepada penjatuhan hukuman juga. Pasal ini menjelaskan bahwa maksud Allah untuk menyelamatkan manusia, Universitas Sumatera Utara diputuskan sebelum dunia dijadikan, dan tidak berhubungan dengan apakah orang berhak mendapatkannya, melainkan dengan belas kasihan Allah yang Dia bawa kepada kita dalam Kristus. Cara itu digambarkan dalam tujuh langkah: • Dipanggil sesuai maksud Allah oleh RohNya; • Melalui kasih karunia mereka menaati panggilan; • Mereka dibenarkan dengan cuma-cuma; • Menjadi anak Allah melalui pengangkatan; • Menjadi seperti citra AnakNya Yesus Kristus; • Mereka melakukan perbuatan baik dengan setia; • Mereka mencapai kebahagiaan kekal. Menurut pasal ini, ajaran predestinasi dan pilihan adalah dorongan besar bagi orang Kristen, karena mereka dijamin bahwa keselamatan mereka adalah akibat belas kasihan Allah, dan bahwa keselamatan itu diakibatkan oleh maksud kekalNya. Ajaran itu juga menjamin mereka akan berkat besar dari keselamatan. Pasal itu juga menegaskan bahwa, ketika menyatakan ajaran ini, kita seharusnya mengikuti apa yang dikatakan Kitab Suci dan tidak mengembangkan teori-teori lain tentang kehendak Allah yang tidak dijelaskan di dalam Kitab Suci. Ajaran Kristen itu mengatakan tentang keselamatan Allah, dan tidak terkait dengan filsafat determinisme, nasib, atau takdir. Ajaran ini adalah bagian debat yang lebih besar tentang kemampuan manusia untuk membantu dalam keselamatan mereka sendiri. Universitas Sumatera Utara Debat ini terjadi sebelumnya dalam debat antara Pelagius dan Augustinus, dan pada masa Reformasi antara Arminius dan Calvin.

3.3.3.10 Tentang mendapatkan keselamatan kekal karena nama Kristus saja.

Mereka yang dengan berani mengatakan bahwa tiap orang akan diselamatkan oleh agama atau sekte yang mereka percayai, asal mereka hati-hati membentuk hidup mereka menurut agama itu dan terang alam, harus diangggap sebagai terkutuk.Oleh karena Kitab Suci menyatakan kepada kita bahwa hanya melalui Nama Yesus Kristus orang harus diselamatkan. Ini adalah satu-satunya pasal yang memasukkan anatema kutukan. Mungkin bahwa pasal ini mengacu kepada orang Kristen yang percaya bahwa orang-orang dapat diselamatkan tidak hanya dengan nama Yesus, tetapi juga dengan cara yang lain. Pasal ini menitikberatkan bahwa hanya melalui Kristus dapat kita diselamatkan. 3.3.4 Pasal 19-22 : Tentang Gereja 3.3.4.1 Tentang Gereja