Sekolah Menengah Kejuruan Kerangka Teoritik

2. Sekolah Menengah Kejuruan

Salah satu jenis pendidikan di dunia ini adalah pendidikan kejuruan. Menurut Arikunto 1988 pendidikan kejuruan berkembang secara pesat sejak adanya Akte Pendidikan Kejuruan Vocational Education Act of 1963. Lebih lanjut disebutkan bahwa perkembangan ini ditandai oleh pesatnya perkembangan fasilitas fisik untuk melayani kebutuhan banyak orang dalam lingkup pendidikan kejuruan yang semakin luas, tetapi tersedianya pelayanan belum sepadan dengan tuntutan. Investasi dalam bidang fasilitas sebenarnya perlu diimbangi oleh adanya investasi di bidang program. Program pendidikan yang dimaksud haruslah merupakan kurikulum inti yang diarahkan untuk menyiapkan individu bagi perolehan pekerjaan. Dasar pendidikan kejuruan harus didasarkan atas prinsip-prinsip belajar yang menekankan pada penggunaan pengetahuan secara efektif. Wenrich and Galloway dalam Sugiyono, 2003 mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan sama dengan pendidikan teknik dan sama dengan pendidikan okupasi. “Pendidikan kejuruan telah terbukti mempunyai peran yang besar dalam pembangunan industri, seperti di Jerman’’ Priyowiryanto, dalam Sugiyono, 2003:12. “Pendidikan kejuruan dapat didefinisikan sebagai pendidikan khusus yang direncanakan untuk menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja tertentu atau jabatan di keluarga, atau meningkatkan mutu para pekerja” Arikunto, 1988:5. Soenarto 2003 pendidikan kejuruan, dikembangkan didasarkan pada prinsip efisiensi sosial, yang sangat mendambakan kemampuan IQ peserta didik, oleh David Snedden dan Charles Prosser bertujuan menyiapkan peserta didik untuk bekerja dan mencari uang sebagai bekal hidup. Dalam penjelasan pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan: “pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Dengan demikian untuk menghasilkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi dan keahlian di bidang tertentu serta nilai-nilai moral dan etika yang baik maka sekolah kejuruan harus mampu merencanakan proses pendidikan yang berorientasi pada nilai moral dan karakter sebagai bentuk pembentukan pembangunan karakter bangsa. Melalui program pembangunan karakter bangsa, fungsi sekolah bukan sekedar sebagai tempat transfer of knowledge, namun sekolah mengusahakan terjadinya proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai atau value-oriented enterprise Frankel, dalam Soenarto:2003. Berkaitan dengan tujuan sekolah menengah kejuruan Sindhunata 2000, mengemukakan bahwa pendidikan berfungsi sebagai pembelajaran yang berkenaan dengan ketrampilan tertentu atau latihan tertentu. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa penyelenggaraan SMK adalah mempersiapkan siswanya untuk memasuki lapangan kerja, oleh sebab itu pengalaman belajar yang terangkum dalam kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Dalam Permendikbud No 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan disebutkan bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMKMAK diharapkan lulusannya memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri. Tujuan SMK tersebut selanjutnya dijabarkan secara lebih spesifik ke dalam tiap-tiap program keahlian. Menurut Sugiyono 2003:37, dalam rangka menghasilkan kompetensi lulusan yang memadai maka pengembangan pendidikan kejuruan harus mengikuti proses: a. Pengalihan ilmu ataupun penimbaan ilmu melalui pembelajaran teori, b. Pencernaaan ilmu melalui tugas-tugas, pekerjaan rumah, dan tutorial, c. Pembuktian ilmu melalui percobaan-percobaan di laboratorium secara empiris atau visual, d. Pengembangan ketrampilan melalui pekerjaan-pekerjaan nyata di bengkel atau lapangan. Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum didasarkan pada standar kompetensi yang berkembang di dunia kerja dan masyarakat. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan 2008 menyebutkan bahwa keberhasilan pendidikan kejuruan SMK diukur dari tingkat keterserapan tamatanlulusan di dunia kerja. Untuk mencapai hal tersebut berbagai usaha dilakukan oleh SMK melalui peningkatan mutu pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan bertujuan untuk memberikan kemampuan yang layak kerja kepada siswa didiknya sebagai calon tenaga kerja yang sesuai dengan persyaratan kompetensi di dunia kerja. SMK diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang dapat bekerja sebagai tenaga yang produktif, memiliki keahlian dan ketrampilan di bidang tertentu, etos kerja, sehingga ketika lulus siap mengisi dan menciptakan lapangan kerja atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

3. Kebijakan Link and Match dan Pembaruan SMK