20
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teoritik
1. Pendidikan Teknik dan Kejuruan
Menurut Supriadi 2002: 1 Pendidikan di Indonesia sudah ada sejak jaman sebelum penjajahan. Sejarah pendidikan di Indonesia dapat digolongkan ke dalam
dua periode utama, yaitu pendidikan pada saat sebelum kemerdekaan dan pendidikan pada masa kemerdekaan. Pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan sendiri
meliputi tiga periode, yaitu: 1 pendidikan yang berbasis ajaran keagamaan; 2 pendidikan yang berbasis kepentingan penjajah; dan 3 pendidikan dalam rangka
perjuangan kemerdekaan .
Pendidikan pada masa kemerdekaan dapat dibagi menjadi 3 periode : 1 tahun 1945-1968 yakni sejak proklamasi kemerdekaan hingga
sebelum dilaksanakannya Pelita I; 2 sejak dimulainya Pelita I pada tahun 19691970 hingga akhir Pelita VI tahun 19971998, dan 3 periode reformasi sejak
tahun 1998 yang berlanjut dengan dilaksanakannya otonomi daerah sejak tahun 2001 hingga sekarang ketika pendidikan mengalami desentralisasi yang radikal.
Di atas telah diuraikan bahwa jauh-jauh hari sebelum bangsa Portugis dan Belanda ke Indonesia, pendidikan di Indonesia telah diawali dengan berbasis
keagamaan oleh para pemuka dan penyebar agama Hindu, Budha, dan Islam. Sistem pendidikan yang mereka gunakan lebih terstruktur dalam pelaksanaannya. Sistem
pendidikan yang menyerupai sekolah sekarang baru dimulai pada abad ke-16. Sekolah pertama di Indonesia didirikan oleh penguasa Portugis di Maluku, Altonio
Galvano, pada tahun 1536 berupa sekolah seminari untuk anak-anak dari pemuka pribumi Supriadi, 2002:7. Mulai tahun 1607 VOC mulai mendirikan sekolah-
sekolah yang tersebar di beberapa pulau di Indonesia yang merupakan daerah kaya
rempah-rempah. Dasar pendirian sekolah tersebut bertujuan untuk menyebarkan agama Kristen. Adapun sekolah yang didirikan yang berorientasi kejuruan didirikan
pada tahun 1743 yaitu Akademi Pelayaran namun ditutup kembali pada tahun 1755. Setelah kekuasaan VOC berakhir, pendirian sekolah-sekolah dilanjutkan oleh
Pemerintah Hindia Belanda hingga pada tahun 1853 didirikan sekolah kejuruan yang bernama Sekolah Pertukangan Indonesia yang saat ini masih ada dan merupakan
sekolah kejuruan pertama di Indonesia di luar Akademi Pelayaran . Pendidikan di zaman kuno sampai berakhirnya pedidikan di zaman pemerintahan Hindia Belanda
dapat dikatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan suatu perkembangan yang relatif baru. Sebelumnya mulai zaman Mesir Kuno pelajaran kejuruan berada di luar
sistem pendidikan dan berada di bawah asuhan apa yang disebut dengan sistem guilde guide system Supriadi, 2002:59. Orang-orang yang mempunyai
ketrampilan membentuk sebuah organisasi dan organisasi inilah yang mengatur bagaimana ketrampilan itu diteruskan. Karena itu, pendidikan kejuruan sulit
dipisahkan dari pendidikan umumnya. Sejak bangsa Indonesia kedatangan oleh Portugis dan Belanda, bangsa
Indonesia telah banyak berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Barat. Hal yang sangat menonjol dari bangsa barat adalah intelektualismenya, yaitu
penghargaan terhadap kecerdasan otak dan ketrampilan kerja yang kemudian berkembang dalam bentuk pengetahuan dan teknologi. Namun sejak Jepang dapat
mengalahkan Tentara Sekutu termasuk Belanda di dalamnya pada awal Perang Dunia II di medan Pasifik maka melemah pula pengaruh kebudayaan barat di
Indonesia, termasuk dalam hal pendidikan. Sejak Jepang datang ke Indonesia, sekolah-sekolah yang sempat ditutup karena situasi perang mulai dibuka kembali.
Tiga tingkat pendidikan yaitu dasar, menengah, dan tinggi tetap berlaku. Namun
meski pendidikan sudah mulai dibuka kembali tapi rakyat Indonesia semakin sengsara karena keadaan ekonomi yang benar-benar sulit. Pendidikan pada zaman
Jepang bertujuan untuk menanamkan kesadaran sebagai anggota suatu lingungan yang dinamakan “Kemakmuran bersama Asia Timur Raya” di bawah lindungan
Jepang. Namun keberadaan Jepang yang tidak terlalu lama di Indonesia membuat pemerintah yang pada tahun 1950 menandai awal kesungguhan pembangunan
pendidikan di Indonesia dengan menanamkan falsafah pendidikan bangsa Indonesia yang bersifat kebangsaan untuk meninggalkan pengajaran di zaman penjajahan yang
dinilai kurang cocok dengan kepribadian Indonesia. Mulai akhir tahun 1950, Pemerintah Indonesia memberikan perhatian pendidikan kejuruan dengan
meningkatkan jumlahnya, namun tidak disertai dengan penambahan fasilitas, khususnya fasilitas praktik ataupun tenaga guru. Animo masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya pada sekolah kejuruan semakin meningkat, tujuan kejuruan semakin tidak jelas. Sekolah kejuruan lebih merupakan sekolah persinggahan untuk
meneruskan ke pendidikan yang lebih tinggi. Pada awal Pelita I 1969-1974, pendidikan kejuruan mulai dibenahi dengan
mengupayakan suatu sistem pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pembangunan. Pendidikan kejuruan lebih diarahkan pada pengembangan penyediaan
tenaga kerja, baik untuk keperluaan saat itu maupun untuk keperluan pada masa yang akan datang. Pendidikan kejuruan di Indonesia memang berakar pada saat penjajahan
Belanda. Tekad pemerintah untuk membangun pendidikan kejuruan di Indonesia ditunjukkan sejak Pelita I yang berlanjut hingga akhir Pelita VI. Upaya tersebut
dibuktikan dengan investasi besar-besaran untuk membangun gedung sekolah baru, renovasi sekolah yang ada, meningkatkan sarana dan prasarana praktik,
meningkatkan mutu guru, dan masih banyak lagi upaya yang dilakukan. Selain dari
APBN yang ada sumber dana untuk membangun pendidikan kejuruan juga berasal dari kerjasama luar negeri dan lembaga keuangan internasional seperti IDB, Bank
Dunia, ADB, dll. Dalam sepak terjang perkembangan pendidikan kejuruan di Indoensia mengalami berbagai hambatan. Diantaranya adalah sulitnya pendanaan
karena otonomi daerah yang dimulai pada tahun 2001, kesungguhan dan kapasitas pemerintah daerah untuk melanjutkan ekspansi dan meningkatkan mutu pendidikan
kejuruan diragukan karena masih disibukkan dengan program jangka pendek dalam rangka membenahi sistem yang ada dan membagi anggaran yang terbatas. Selain itu
perubahan lain yang perlu diperhatikan adalah perubahan kurikulum yang senantiasa melakukan penyesuaian terhadap perubahan jaman. Menurut Supriadi 2002: 14
sejak tahun 1994 misalnya, telah dilakukan beberapa kali pembaruan kurikulum pendidikan kejuruan 1996, 1998, 1999, 2001. Bandingkan dengan kurikulum
pendidikan umum yang dalam jangka waktu yang sama hanya dilakukan beberapa kali perubahan.
Potensi pendidikan kejuruan dirasa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Maka dari itu jauh sejak Pelita 1
dan II, pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang besar terhadap pentingnya pengembangan pendidikan teknik untuk mendukung komitmen nasional dalam
memajukan pembangunan ekonomi. Keberhasilan utama pembangunan pendidikan menengah kejuruan pada Pelita VI adalah pembaruan wawasan para pelaku dan
pengelola pendidikan kejuruan itu sendiri, berupa peurbahan dari wawasan lama yang cenderung sempit dan tertutup, menjadi berwawasan baru yang luas dan
terbuka Supriadi, 2002:246.
2. Sekolah Menengah Kejuruan