lokasi DUDI yang berskala menengah ke atas sehingga iklim kerja akan terbentuk di sana.
4. Monitoring
Monitoring merupakan salah satu upaya untuk mengetahui proses pelaksanaan prakerin di DUDI diantaranya adalah keterlaksanaan
program, sikap dan perilaku siswa, hambatan yang ada, sarana dan prasarana di DUDI, dll. Monitoring dilaksanakan pada saat siswa
melaksanakan PSG di dunia usahaindustri oleh guru pembimbing secara periodik. Hasil dari pelaksanaan monitoring sebagai salah satu bahan
dalam pelaksaanaan evaluasi pelaksanaan prakerin. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata tingkat pelaksanaan
monitoring mencapai tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 100. Begitu juga di setiap aspeknya mencapai 100. Dari hasil wawancara
juga diperoleh data tambahan bahwa monitoring dilaksanakan oleh guru pembimbing dan tim pokja pada saat awal, pertengahan, dan akhir
prakerin. Materi monitoring meliputi keterlaksanaan program sesuai yang direncanakan, hambatan yang ada beserta solusinya, pemeriksaan buku
agenda siswa, kedisiplinan siswa, keterlaksanaan kompetensi siswa, dan fasilitas yang terdapat di DUDI. Selain itu diperoleh juga keterangan
bahwa dari 27 lokasi yang digunakan untuk DUDI sebagian besar masih merupakan industri skala kecil karena dimiliki oleh perseorangan
sehingga untuk sarana dan prasarana, volume kegiatan, dan iklim kerja masih sangat minim sekali.
Intensitas monitoring yang dilakukan oleh pokja prakerin SMK N 3 Pacitan juga sama seperti di SMK N 2 Klaten dalam penelitian yang
dilakukan oleh Wahyu Nurharjadmo 2008 yang mana dilakukan sebanyak 3 tiga kali dalam 6 bulan. Hendaknya meskipun monitoring
oleh pokja dilakukan dalam intensitas yang cukup sedikit seharusnya monitoring dapat dilakukan secara berkala dan efektif oleh guru
pembimbing siswa.
5. Uji Kompetensi dan Sertifikasi
Uji kompetensi merupakan salah satu media untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi tertentu.
Uji kompetensi ini perlu dilaksanakan oleh industri sebagai pihak yang telah mengetahui kemampuan siswa selama prakerin. Sedangkan
sertifikasi diberikan pada siswa yang telah dinyatakan lulus uji kompetensi sebagai pengakuan tertulias atas kompetensi yang telah
dikuasainya. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata keterlaksanaan uji
kompetensi masih sangat rendah yaitu 19,4. Hal ini dikarenakan pihak DUDI banyak yang tidak melaksanakan uji kompetensi pada saat
prakerin. Sistem penilaian dilaksanakan berdasarkan jenis ketrampilan yang dilaksanakan setiap hari baik dari aspek teknis maupun aspek non
teknis. Selain itu banyak juga pihak DUDi yang tidak memberikan sertifikat kompetensi pada siswa. Mereka hanya mengisi lembar penilaian
yang ada di buku agenda siswa. Dalam bentuk tanda tangan dan stempel
industri. Hal yang sama juga dialami oleh SMK 2 Klaten dalam penelitian yang dilakukan oleh Warseno 1997 yang menyatakan bahwa pencapaian
pelaksanaan sertifikasi untuk jurusan otomotif baru mencapai 2,81 . Data tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan sertifikasi prakerin di
SMK 2 Klaten masih tergolong rendah. Dengan demikian sekolah seharusnya harus mengadakan
pendekatan dan komunikasi dengan pihak industri tempat dilaksanakan prakerin agar dapat melaksanakan ujian kompetensi dan sertifikasi.
Sehingga siswa benar-benar dapat mendapat pengakuak secara tertulis tentang kompetensi yang sudah dikuasainya.
Dalam pelaksanaan PSG, pada dasarnya siswa telah bekerja langsung pada bidang pekerjaan sesungguhnya, sehingga sebenarnya
siswa telah memiliki kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman kerja. Untuk mengakui kemampuan yang dimiliki, perlu dikembangkan
sistem pengujian yang mengacu pada penguasaaan berdasarkan standar tertentu atau didasarkan atas standar keahlian. Penilaian terhadap siswa
selama melaksanakan pekerjaan di dunia usahaindustri sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang pihak industri. Aspek yang
dinilai berupa aspek non teknis yang meliputi kedisiplinan, tanggung jawab, kreativitas, kemandirian, maupun etos kerja. Sedangkan aspek
teknis yang
meliputi tingkat
penguasaaan ketrampilan
dalam melaksanakan pekerjaan sebaiknya dilakukan dalam bentuk uji
kompetensi. Penilaian Prakerin mencakup penilaian proses dan hasil
pekerjaan siswa selama berada di industri. Penilaian ini terutama berisi tentang bagaimana menentukan tingkatan keberhasilan siswa dalam
menguasai kemampuan dan perilaku selama prakerin. Adapun pedoman pelaksanaan kegiatan penilaian prakerin
sebagaimana tercantum dalam Kurikulum SMK meliputi penilai, aspek yang dinilai, dan kriteria penilaian. Menurut Kurikulum SMK Pedoman
Pelaksanaan penilaian menjadi wewenang penuh pihak industri, selama pelaksanaan Prakerin. Sekolah hanya menerima hasil penilaian dari
industri untuk kemudian dikonversikan terhadap mata pelajaran terkait. Pada akhir praktek kerja industri, siswa akan memperoleh hasil yang
berbentuk nilai prestasi. Prestasi tersebut untuk mengakui kemampuan yang dimiliki oleh siswa dari hasil pengembangan di lapangan. Hasil yang
diperoleh siswa akan ditunjukkan dalam bentuk sertifikat. Dalam sertifikat adalah tandasurat keterangan pernyataan tertulis atau tercetak
dari orang yang berwenang DUDI yang dapat digunakan sebagai bukti suatu kejadian prestasi yang diperoleh siswa dalam praktik kerja
industri. Angka yang tertera pada sertifikat yang diperoleh siswa merupakan hasil penilaian yang dilakukan dunia industri Instruktur di
dunia usahadunia industri, dengan aspek yang dinilai adalah sebagai berikut : a Aspek teknis adalah tingkat penguasaan ketrampilan siswa
dalam menyelesaikan pekerjaannya kemampuan produktif, b Aspek non teknis adalah sikap dan perilaku siswa selama di dunia usaha dan
dunia industri yang menyangkut antara lain : disiplin, tanggung jawab, kreativitas, kemandirian, kerjasama, ketaatan dan sebagainya.
6. Evaluasi