Kesiapan Guru Pembimbing Pelaksanaan

Program yang telah disusun dan dibuat bersama dengan pihak industri selanjutnya dapat menjadi sebuah program yang nantinya dapat menunjang tujuan prakerin itu sendiri. Sehingga setelah selesai melaksanakan prakerin siswa benar-benar memahami iklim kerja ketika sudah di dunia industri. Sosialisasi kepada siswa juga sangat penting seperti jadwal pelaksanaan, penugasan, kegiatan di industri, bimbingan, dll mengingat salah satu tujuan prakerin adalah untuk meningkatkan ketrampilan siswa yang tidak dapat diperoleh di sekolah. Dalam hal ini Depdiknas 2008 juga mengungkapkan bahwa perancangan program prakerin tidak terlepas dari implementasi silabus ke dalam pembelajaran, yang membutuhkan metode, strategi dan evaluasi pelaksanaan yang sesuai. Rancangan prakerin sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan kesiapan Dunia Kerja mitra dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi tersebut. Hal ini diperlukan agar dalam pelaksanaannya, penempatan peserta didik untuk prakerin tepat sasaran sesuai dengan kompetensi yang akan dipelajari.

d. Kesiapan Guru Pembimbing

Guru pembimbing merupakan salah satu unsur dalam prakerin yang ikut mempengaruhi keberhasilan prakerin. Guru pembimbing gharus dapat membimbing siswanya di industri berkaitan dengan pencapaian tujuan prakerin, penyelesaian hambatan yang dialami, penyelesaian penugasan, dll. Berkaitan dengan tugas guru pembimbing tersebut tentunya guru pembimbing harus menguasai konsep prakerin, mempunyai pengetahuan yang luas tentang iklim di DUDI, dan mempunyai jadwal bimbingan pada siswanya. Selain itu faktor pengalaman dan kualifikasi pendidikan juga turut mempengaruhinya. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kesiapan guru pembimbing di atas 66,67 dan sudah mencapai tingkat kesiapan tinggi dan sangat tinggi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa minimal guru pembimbing prakerin di SMK 3 Pacitan sudah bisa dikatakan mempunyai kesiapan tinggi. Guru pembimbing dalam menjalankan fungsinya sebagai pembimbing prakerin harus mempunyai siap di beberapa hal. Kesiapan guru pembimbing yang dimaksud adalah ketersediaan guru yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan yang ditunjukkkan dengan ciri-ciri: 1 mendapatkan informasi tentang PSG, 2 memahami masalah PSG, 3 mampu memberikan pengarahan kepada siswa, 4 menyiapkan sarana prosedur belajar mengajar dalam PSG, 5 keterlibatan dalam organisasi pengelola PSG, dan 6 memiliki pengalaman industri. Kebanyakan aspek yang belum dapat sepenuhnya dilakukan adalah aspek pengalaman industri dan aspek keterlibatan dalam organisasi prakerin maupun kegiatan kesiswaan. Pengalaman industri sangat penting bagi seorang tenaga pendidik apalagi di sekolah kejuruan. Hal ini untuk menanamkan pengalaman industri pada siswanya. Guru dapat mengikuti pelatihan, diklat, ataupun magang di industri ketika menjadi guru. Pihak sekolah seharusnya dapat menjembatani dengan pihak industri. Hal ini untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik sehingga memiliki kemampuan di bidang akademik dan kejuruan. Keterlibatan guru dalam kegiatan kesiswaan juga cukup penting karena ketika guru terbiasa menjadi pembina di salah satu kegiatan kesiswaan maka kedekatan guru dan siswa dalam hal pembimbingan, pengarahan, dan komunikasi juga akan tercipta. Dalam hal prakerin peran guru pembimbing sangat penting mengingat siswa perlu membutuhkan bimbingan, pengarahan, dan masukan ketika berada di DUDI. Sehingga apabila ada terjadi sesuatu hal siswa tidak merasa takut pada pembimbingnya. Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supardi 1996 di STM Negeri 1 Surakarta yang menyimpulkan bahwa tingkat kesiapan guru pembimbing prakerin mencapai rata-rata 73,21 termasuk dalam tingkat kesiapan tinggi. Guru pembimbing dalam prakerin mempunyai tugas penting yaitu mempersiapkan, mengarahkan, memotivasi, melatih, menilai, dan membimbing siswa. Karena tingkat kesiapan guru pembimbing baru mencapai 73,21, maka masih perlu ditempuh usaha-usaha untuk meningkatkan kesiapan guru. Dit. Dikmenjur dalam Supardi, 1996 menganjurkan bahwa untuk meningkatkan kesiapan guru pembimbing, diharapkan pihak sekolah dapat memagangkan guru-gurunya di industri. Penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A. 1998 menyatakan bahwa kualifikasi guru pembimbing ditandai dengan tingkat dan jenis pendidikan formal, pengalaman profesi, pengalaman pembimbingan, dan pengalaman pelatihan. Penunjukan guru pembimbing diutamakan sarjana S1 sesuai dengan bidang studi siswa yang dibimbingnya. Sebagian besar mereka telah berpengalaman cukup lama dalam membimbing siswa prakerin. Sementara hanya terdapat beberapa guru saja yang berpengalaman mengikuti pelatihan tentang prakerin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A. ini sesuai dengan hasil penelitian di SMK 3 Pacitan. Sebagian besar guru pembimbing yang ditunjuk sudah berpengalaman cukup lama dalam membimbing siswa prakerin. Namun pengalaman dalam pelatihan masih terdapat beberapa yang belum karena belum ada program khusus dari sekolah.

2. Fasilitas Praktik di DUDI