Pendekatan Sistem TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Kawasan Perdesaan Secara Berkelanjutan

32 Melihat kondisi wilayah perbatasan Kalimantan Barat yang masih terpencil dan terisolasi, Pemerintah Propinsi kalimantan Barat dalam hal ini Dinas Pertanian menginventarisir tiga permasalahan pokok yang dialami Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat Diperta Kalbar, 2005, antara lain : 1. Keterbatsan infrastruktur terutama prasarana jalan yang menyebabkan akses masyarakat perbatasan menjadi terbatas, sehingga orientasi kegiatan sosial ekonomi masyarakat di daerah perbatasan lebih banyak ke negara Malaysia Sarawak karena kedekatan dan kemudahan meskipun hanya dengan jalan setapak. 2. Belum tersusunnya penataan ruang perbatasan di mana sebagian besar ruang wilayah perbatasan adalah kawasan hutan sehingga kegiatan yang dapat dikembangkan umumnya dalam lingkup kegiatan kehutanan seperti HPH dan HTI yang kurang diminati dan melibatkan masyarakat, sementara kegiatan primer lainnya seperti perkebunan tidak tersedia peruntukan yang memadai. Demikian pula kegiatan ekonomi sekunder lainnya, praktis tidak berkembang 3. Penanganan pembangunan daerah perbatasan yang berorientasi pada pelaksanaan otonomi daerah, telah memunculkan penafsiran yang berbeda dan cenderung mengarah pada pengkotakan dalam propinsi. Sementara daerah perbatasan merupakan satu kesatuan kawasan yang memerlukan penanganan secara terpadu.

2.4. Pendekatan Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks. Pengertian ini mencerminkan adanya beberapa bagian dan hubungan antara bagian dan menunjukkan kompleksitas dari sistem yang meliputi kerjasama antara bagian yang interdependen satu sama lain Marimin, 2004. Sedangkan pendekatan sistem didefenisikan sebagai suatu metodologi penyelesaian masalah yang dimulai dengan secara tentatif mendefenisikan atau merumuskan tujuan dan hasilnya adalah suatu sistem operasi yang secara efektif dapat dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan Eriyatno, 1998. Menurut Manetsch and Park 1979, suatu pendekatan sistem akan dapat berjalan dengan baik jika terpenuhi kondisi-kondisi berikut : 33 1. Tujuan sistem didefenisikan dengan baik dan dapat dikenali jika tidak dapat dikuantifikasikan. 2. Prosedur pembuatan keputusan dalam sistem ini adalah terdesentralisasi atau cukup jelas batasannya. 3. Dalam perencanaan jangka panjang memungkinkan dilakukan. Djojomartono 2000, membedakan sistem atas dua jenis yaitu sistem statis dan sistem dinamik. Sistem statis adalah sistem yang nilai outputnya tidak tergantung pada nilai inputnya, sedangkan sistem dinamik adalah sistem yang memiliki variabel yang dapat berubah sepanjang waktu sebagai akibat dari perubahan input dan interaksi antar elemen-elemen sistem. Dengan demikian nilai output sangat tergantung pada nilai dari variabel-variabel input sebelumnya. Sistem dinamik dicirikan oleh adanya delay time yang menggambarkan ketergantungan output terhadap variabel input pada periode waktu tertentu. Menurut Hardjomidjojo 2006, untuk menyelesaikan persoalan dengan pendekatan sistem dapat ditekankan pada tiga filosofi sistem yang dikenal dengan SHE sibernetik, holistik, dan efektifitas. Sibernetik dapat diartikan bahwa dalam penyelesaian masalah tidak berorientasi pada permasalahan problem oriented tetapi lebih berorientasi pada tujuan goal oriented. Holistik lebih menekankan pada penyelesaian permasalahan secara utuh dan menyeluruh, sedangkan efektivitas berarti bahwa sistem yang telah dikembangkan tersebut harus dapat dioperasikan. Lebih lanjut Eriyatno dan Sofyar 2007 menyatakan bahwa dalam penyelesaian persoalan dengan pendekatan sistem, harus memenuhi tiga karakteristik yaitu kompleks, dinamis, dan probabilistik.

2.4.1. Pemodelan dengan Interpretasi Struktur Interpretative Structural Modelling

Pemodelan dengan interpretasi struktur Interpretative Structural Modelling - ISM merupakan salah satu teknik pemodelan yang dikembangkan untuk perencanaan kebijakan strategis. Menurut Eryatno 1998 dalam Marimin 2004, ISM adalah proses pengkajian kelompok group learning proces dimana model-model strukutural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. ISM menganalisis sebuah elemen dari elemen-elemen dan menyajikan dalam bentuk grafikal dari setiap hubungan langsung dan tingkatannya. Elemen mungkin saja menjadi objek dari kebijakan, 34 tujuan dari suatu organisasi, faktor-faktor penilaian, dan lain-lain. Saxena 1992 dalam Marimin 2004 menyebutkan sembilan elemen yang dapat dianalisis dengan pendekatan ISM yaitu 1 sektor masyarakat yang terpengaruh, 2 kebutuhan dari program, 3 kendala utama program, 4 perubahan yang diinginkan, 5 tujuan dari program, 6 tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, 7 aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, 8 ukuran aktifitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai setiap aktivitas, 9 lembaga yang terlibat dalam pelasanaan pogram. Selanjutnya, untuk setiap elemen dijabarkan menjadi sejumlah subelemen. Dalam suatu kajian dengan menggunakan ISM, analisis dapat dilakukan terhadap semua elemen seperti di kemukakan atas atau hanya sebagian elemen saja tergantung tujuan yang ingin dicapai dalam kajian yang dilakukan. Apabila hanya sebagian elemen yang dikaji, maka penentuan elemen- elemennya, didasarkan pada hasil pendapat pakar termasuk penyusunan subelemen pada setiap elemen yang terpilih. Setelah ditetapkan elemen dan subelemen, selanjutnya ditetapkan hubungan kontekstual antara subelemen yang terkandung adanya suatu pengarahan direction dalam terminologi subordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan seperti apakah tujuan A lebih penting dari tujuan B. Perbandingan berpasangan yang menggambarkan keterkaitan antara subelemen atau tidaknya hubungan kontekstual dilakukan oleh pakar. Beberapa keterkaitan antara subelemen dengan teknik ISM dapat dilihat seperti Tabel 1. Tabel 1. Keterkaitan antara subelemen pada teknik ISM No. Jenis Keterkaitan Subelemen Interpretasi 1. Perbandingan comparative A lebih pentingbesarindah, daripada B 2. Pernyataan definitive A adalah atribut B A termasuk di dalam B A mengartikan B 3. Pengaruh influence A menyebabkan B A adalah sebagian penyebab B A mengembangkan B A menggerakkan B A meningkatkan B 4. Keruangan spatial A adalah selatanutara B A di atas B A sebelah kiri B 5. Kewaktuan time scale A mendahului B A mengikuti B A mempunyai prioritas lebih dari B Sumber : Marimin, 2004 35 Untuk menyajikan tipe hubungan kontekstual dengan teknik ISM, digunakan empat simbol yang disebut VAXO Eryatno, 2007 dimana : V = untuk relasi dari elemen E i sampai E j , tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya A = untuk relasi dari elemen E j sampai E i , tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya X = untuk interelasi antara elemen E i sampai E j berlaku untuk kedua arah O = untuk merepresentasikan bahwa E i sampai E j adalah tidak berkaitan.

2.4.2. Sistem Dinamik

Studi pengembangan sistem dinamik bertujuan untuk mendapatkan model keterkaitan secara dinamis antar variabel yang berpengaruh. Model adalah abstraksi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya Hall dan Day, 1977. Menurut bentuknya, model dapat dibedakan antara lain Hardjomidjojo 2006 : 1. Model Fisik dan mental. Model fisik menggambarkan sistem secara nyata fisik, sedangkan model mental menggambarkan sistem melalui penjelasan secara deskriptif atau persamaan matematis. 2. Model deskrptif dan numerik. Model deskriptif menjelaskan sistem tanpa menggunakan hubungan kuantitatif, umumnya menggunakan diagram atau berupa konsep. Sedangkan model numerik menggunakan persamaan matematis sehingga mempunyai kemampuan prediksi. 3. Model empirik dan model mekanistik. Model empirik juga disebut model statistik, yang mengandalkan hubungan kausal berdasarkan pengamatan empirik hubungan input-output. Model ini kadang disebut ‘black box’ karena tidak menjelaskan mekanisme proses yang terjadi. Sedangkan Model mekanistik menjelaskan mekanisme proses yang terjadi, namun tergantung pada level model tersebut. 4. Model statis dan model dinamik. Model statis tidak memperhitungkan waktu yang selalu berubah tidak ada fungsi waktu. Sedangkan model dinamik memperhitungkan waktu sebagai variabel. Dalam model dinamis, variabel yang tidak berubah dengan waktu disebut ‘parameter’ atau ‘konstanta’. 5. Model deterministik dan model stokastik. Model deterministik menghasilkan keluaran output yang pasti determined atau tunggal dan tidak memperhitungkan berbagai kemungkinan lain akibat ketidak-pastian berbagai faktor eksternal. Sedangkan model stokastik dengan masukan input yang sama dapat memiliki berbagai kemungkinan. Pada model semacam ini, 36 biasanya digunakan perhitungan peluang probability dari keluaran output model. Model-model tersebut digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan lintas disiplin, sehingga permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan secara komprehensif Dalam melakukan suatu pemodelan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan struktur model yang akan memberikan gambaran bentuk dan perilaku sistem dimana perilaku tersebut dibentuk oleh kombinasi perilaku simpal umpan balik causal loop yang menyusun struktur model. Struktur model suatu sistem dapat dijelaskan dengan jalan menentukan pengaruh yang akan memberikan hubungan sebab akibat antara faktor-faktor yang ada. Hubungan sebab akbiat ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan positif adalah hubungan sebab akibat dimana makin besar nilai faktor penyebab akan makin besar pula nilai faktor akibatnya. Sedangkan hubungan negatif adalah hubungan sebab akibat dimana makin besar nilai fakor penyebab akan makin kecil nilai faktor akibat. Akibat yang ada dapat juga mempengaruhi balik penyebab sehingga terdapat hubungan sebab akibat yang memiliki arah yang berlawanan dengan hubungan sebab akibat yang lain atau dikenal dengan feed back. Pemodelan dengan sistem dinamik dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Powersim Constructor versi 2,5. Kelebihannya adalah mudah menghubungkan suatu sistem yang lain sepanjang ada hubungan matematis atau asumsi-asumsi yang dapat menghubungkan berbagai sistem tersebut, sedangkan kelemahan pemodelan dengan sistem dinamik terletak pada pendefenisian dan penggunaan asumsi-asumsi, penentuan hubungan variabel dengan variabel yang lain Eryatno dan Sofyar, 2007. Tahapan yang dilakukan dalam pendekatan sistem dinamik meliputi : 1. Analisis kebutuhan yang merupakan permulaan pengkajian suatu sistem. Pada tahap ini dicari kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing aktor dalam kaitannya dengan tujuan sistem. Tujuan analisis kebutuhan ini adalah untuk mendefenisikan kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam suatu kegiatan, di mana dalam hal ini adalah pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan. 2. Formulasi masalah merupakan rincian dari kebutuhan aktor yang saling bertentangan yang memerlukan solusi pemecahan. Munculnya pertentangan 37 dapat disebabkan oleh adanya konflik kepentingan dari para stakeholder dan keterbatasan sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan yang menimbulkan masalah dalam sistem. 3. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan masalah yang harus dipecahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Identifikasi sistem ini bertujuan untuk mencari pemecahan terbaik dari permasalahan yang dihadapi. Identifikasi sistem dapat digambarkan dalam bentuk diagram input-output black box dan diagram lingkar sebab akibat causal loop. 4. Pemodelan sistem merupakan simplikasi dari sistem yang dihadapi. Model dapat juga didefenisikan sebagai suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata riil yang akan bertindak seperti dunia nyata terhadap aspek- aspek tertentu. 5. Simulasi model adalah peniruan perilaku suatu gejala atau proses. Simulasi bertujuan untuk memahami gejala atau proses tersebut, membuat analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses dimasa depan. Untuk membuat simulasi diperlukan tahapan berikut a penyusunan konsep, b pembuatan model, c simulasi, dan d validasi hasil simulasi 6. Validasi model merupakan salah satu kriteria penilaian keobjektifan dari suatu pekerjaan ilmiah. Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Dalam validasi model dapat dilakukan dua pengujian yaitu uji validasi struktur dan uji validasi kinerja. Uji validasi struktur lebih menekankan pada keyakinan pada pemeriksaan kebenaran logika pemikiran, sedangkan uji validasi kinerja lebih menekankan pemeriksaan kebenaran yang taat data empiris. Model yang baik adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut yaitu logis-empiris logico- empirical.

III. METODE PENELITIAN