191
c.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam pengembangan agropolitan. Berdasarkan kajian
pustaka, stakeholder yang terlibat dalam pengembangan kawasan agropolitan ini adalah seperti dalam Tabel 39.
Tabel 39. Analisis Kebutuhan Aktor dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang.
No. AktorStakeholder
Kebutuhan
1. Masyarakat Petani
1.1 Terbukanya lapangan pekerjaan 1.2 Produksi pertanian meningkat
1.3 Tersedianya modal usaha tani 1.4 Pemasaran yang baik dan tinggi
1.5 Peningkatan pendapatan petani 1.6 Tersedianya sarana produksi
1.7 Harga jual yang tinggi 1.8 Tersedianya sarana informasi
2. Pemerintah
2.1 Kebijakan kawasan agropolitan 2.2 Pendapatan daerah meningkat
2.3 Peningkatan kesejahteraan masyarakat 2.4 Pengembangan potensi unggulan
2.5 Pengembangan wilayah 2.6 Kemitraan petani dengan pihak terkait
3. Lembaga Keuangan
3.1 Profitabilitas usaha 3.2 pengembalian pinjaman modal tepat
waktu 4.
Pedagang pengumpul dan pedagang besar
4.1 Kualitas hasil pertanian terjamin 4.2 Harga beli yang rasional
4.3 Kontuinitas hasil pertanian 4.4 Margin keuntungan tinggi
4.5 Akses modal yang mudah 4.6 Jaringan pemasaran yang kondusif
5. Industri pengolahan
5.1 Kontuinitas produksi dan mutu yang terjamin
5.2 Harga beli rasional 5.3 Terjaminnya persediaan bahan baku
5.4 Keamanan berusaha
6. LSM
6.1 Lingkungan sehat 6.2 Tidak terjadi konflik sosial
6.3 Transparansi 6.4 Good governance
9. Perguruan Tinggi
7.1 Kemitraan dengan perguruan tinggi 7.2 Hasil kajian yang aplikatif
7.3 Kualitas dan kuantitas hasil pertanian terjamin
192
c.2 Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan masalah yang harus dipecahkan
dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Tujuan identifikasi sistem adalah untuk memberikan gambaran tentang hubungan antra faktor-faktor yang saling
mempengaruhi dalam kaitannya dengan pembentukan suatu sistem. Hubungan antar faktor digambarkan dalam bentuk diagram lingkar
sebab-akibat causal loop, kemudian dilanjutkan dengan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap black box. Dalam menyusun kota gelap,
jenis informasi dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu peubah input, peubah output, dan parameter-param
eter yang membatasi struktur sistem. Diagram lingkar sebab-akibat dan diagram kotak gelap dapat dilihat pada Gambar 49
dan 50.
Lahan Agropolitan
Penduduk Lahan
Budidaya
- +
+
Sistem Penanaman
+
Tenaga Kerja
+ +
Lahan Fasilitas
Hutan Lindung
+ -
Produksi Agropolitan
Teknologi
+ +
+
Degradasi Lahan
+
Kerusakan Lingkungan
+
Daya Dukung Lingkungan
-
Input Produksi
+ -
Modal
+
+
Pendapatan
+ +
Pendidikan
+
Peningkatan SDM
+
Keuntungan Usahatani
+ +
- -
Industri Agropolitan
+ -
Tenaga Kerja
+
Limbah
- -
+ +
+ +
+
Pakan
+
+
Kelemba gaan
+
Biaya Produksi
+
Keuntungan Pemasaran
+ +
Pendapatan
- +
+ PDRB
+
+
Lahan Permukiman
+ -
+ -
Gambar 49. Diagram Lingkar Sebab-Akibat causal loop Pengembangan Kawasan Agropolitan di Wilayah Perbatasan
193
I nput Lingkungan
:
-
UU No. 26 2007
-
Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan
Kawasan Agropolitan
I nput Tak Terkontrol
:
-
Kondisi iklim dan cuaca
-
Kondisi lahan pertanian
-
Kondisi sosial budaya
Output yang dikehendaki
-
Kelestarian lingkungan
-
Masyarakat sejahtera
-
Peningkatan lapangan kerja
-
Peningkatan PAD
-
Kontuinitas produksi
-
Produktivitas nilai tambah
-
Kualitas hasil terjamin
-
Lahan tercukupi
Model Pengembangan Kaw asan Agropolitan
Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan
Kab. Bengkayang Output yang Tak
dikehendaki
-
Konflik antara masyarakat di wilayah perbatasan
-
Masyarakat menjadi miskin
-
Kerusakan lingkungan
-
Over produksi
-
Ketimpangan pendapatan
I nput Terkontrol
:
-
Ketersediaan teknologi
-
Sarana dan prasarana, modal serta SDM
-
Harga produk
-
Kualitas dan kuantitas produksi
-
Kelembagaan
-
Sumberdaya manusia
-
Sarasa Produksi Pertanian
-
Jumlah Penduduk
Menajemen Pengemdalian
dan Pengembangan
Agropolitan Berkelanjutan
Gambar 50. Diagram Input-Output Black Box Pengembangan Kawasan Agropolitan Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan
c.3 Simulasi Model