VI. TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN BENGKAYANG
Abstrak
Pelaksanaan pembangunan wilayah di era desentralisasi dan otonomi daerah, pemerintah menempatkan pembangunan wilayah perbatasan sebagai
prioritas dalam pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keseimbangan pembangunan wilayah perbatasan dengan wilayah perkotaan di
sekitarnya. Salah satu konsep pembangunan desa-kota berimbang yang dapat dilakukan adalah pengembangan kawasan agropolitan. Penelitian bertujuan
untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan. Metode analisis
data yang digunakan meliputi analisis tipologi, skalogram, AHP, dan ISM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang
termasuk dalam strata prakawasan agropolitan II dengan 2 desa termasuk desa maju, 11 desa berkembang sedang, dan 16 desa tertinggal. Jenis agropolitan
yang perlu dikembangkan adalah agropolitan terpadu perkebunan-tanaman pangan-peternakan dimana peran pemerintah sangat dibutuhkan terutama
kebijakannya dalam pengembangan kawasan agropolitan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya infrastruktur
dan rendahnya kualitas SDM sehingga dibutuhkan program peningkatan kualitas SDM dan penyediaan infrastruktur yang memadai.
Kata kunci : perkembangan wilayah, wilayah perbatasan
6.1. Pendahuluan
Percepatan pembangunan wilayah terutama wilayah perbatasan sangat diperlukan keberpihakan pemerintah terhadap pembangunan wilayah di
perbatasan tersebut. Pada prinsipnya, komitmen pemerintah untuk memperpecat pembangunan wilayah perbatasan telah tercermin dalam kebijakan
pembangunan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN sejak tahun 1993 yang masih konsisten dengan GBHN tahun 1999 – 2004. Dalam GBHN
tahun 1999 – 2004 pada Bab IV Butir G dinyatakan bahwa perlu peningkatan pembangunan di seluruh daerah termasuk wilayah perbatasan dengan tetap
berlandaskan pada prinsip desentralisasi dan otonomi daerah. Namun pada kenyataanya, hingga saat ini belum memperlihatkan hasil yang nyata, dimana
masih terjadi ketimpangan pembangunan antara wilayah perbatasan yang didominasi oleh wilayah perdesaan dibandingkan dengan pembangunan wilayah
perkotaan. Teti 2005 menyatakan bahwa keberpihakan pemerintah terhadap pembangunan perdesaan termasuk di wilayah perbatasan, ternyata tidak mudah
dijalankan. Kesulitan ini bermula dari asumsi dasar bekerjanya kebijakan ekonomi, sosial, dan politik bahwa aktifitas tersebut sebagian besar berada di
perkotaan dengan cara kerja formal, terencana, terregulasi, sehingga
89 mengakibatkan kebijakan nasional mengenai pembangunan regional tidak dapat
langsung diterapkan di perdesaan. Dalam rangka penanganan pembangunan di wilayah perbatasan,
paradigma pembangunan yang orientasinya lebih dominan ke wilayah perkotaan perlu dirubah dengan cara menyeimbangkan pembangunan wilayah perdesaan
di perbatasan dengan wilayah perkotaan. Salah satu konsep pembangunan desa–kota berimbang yang diharapkan dapat mengangkat kualitas
kesejahteraan masyarakat dan kemajuan wilayah perdesaan termasuk wilayah perbatasan yang didasarkan pada potensi lokal wilayah dengan memberdayakan
masyarakat setempat dan tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan adalah pengembangan kawasan agropolitan sebagaimana dicanangkan pemerintah
pada tahun 2002. Dalam rangak penetapan suatu wilayah untuk pengembangan kawasan agropolitan, sebaiknya terlebih dahulu dikaji selauhmana tingkat
perkembangan wilayah tersebut sehingga dapat diketahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk pengembangan kawasan agropolitan.
6.2. Metode Analisis Kajian Tingkat Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang