Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi

151

a. Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekologi terdiri dari sepuluh atribut, yaitu 1 status kepemilikan lahan usaha tani, 2 frekuensi kejadian kekeringan, 3 frekuensi kejadian banjir, 4 pencetakan sawah baru oleh pemerintah, 5 intensitas konversi lahan pertanian, 6 kondisi sarana jalan usahatani, 7 kondisi sarana jalan desa, 8 produktivitas usahatani, 9 penggunaan pupuk, dan 10 kegiatan perlandangan berpindah. Untuk melihat atribut-atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indek keberlanjutan dimensi ekologi, dilakukan analisis Laverage. Berdasarkan hasil analisis Laverage diperoleh tiga atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi yaitu 1 intensitas konversi lahan pertanian, 2 pencetakan sawah baru, dan 3 produktivitas usahatani. Hasil analisis Laverage dapat dilihat seperti Gambar 43. 0.15 2.14 2.36 5.40 6.19 0.17 0.46 3.69 1.76 0.14 1 2 3 4 5 6 7 Status Kepemilikan Lahan Kejadian Kekeringan Frekuensi Kejadian Banjir Pencetakan Sawah Baru Intensitas Konversi Lahan Pertanian Kondisi Jalan Usahatani Kondisi Jalan Desa Produktivitas Usahatani Penggunaan Pupuk Kegiatan Perladangan Berpindah At ri b u t Nilai RMS Hasil Analisis Laverage Gambar 43. Peran Masing-masing Atribut Aspek Ekologi yang Dinyatakan dalam Bentuk Nilai RMS Root Mean Square Intensitas konversi lahan pertanian ke non pertanian masih tergolong sangat rendah. Kondisi ini perlu dipertahankan atau ditekan sekecil mungkin terutama pada lahan-lahan yang cukup potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Untuk menekan konversi lahan pertanian ini dibutuhkan dukungan yang kuat berupa kebijakan dari pemerintah seperti membuat lahan abadi pertanian sebagaimana disarankan oleh Menteri Pertanian. Hal ini bertujuan 152 untuk mengantisipasi fenomena terus meningkatnya pengalihan fungsi lahan produktif untuk pembangunan sarana dan fasilitas fisik, seperti jalan, perumahan, dan perkantoran. Rendahnya intensitas konversi lahan pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang disebabkan oleh masih kurangnya penduduk yang bermukim di wilayah ini sehingga kebutuhan penggunaan lahan untuk kegiatan pembangunan sarana perumahan maupun pembangunan sarana lainnya masih sangat minim. Namun demikian, dalam rangka pengembangan wilayah kedepan, termasuk pengembangan kawasan agropolitan yang sudah pasti membutuhkan lahan untuk pengembangan sarana perumahan penduduk dan pembangunan sarana dan parsarana lainnya seperti pembanguann sarana dan prasarana umumn dan agribisnis, perlu diarahkan pada lahan-lahan yang kurang produktif untuk pengembangan komoditas unggulan. Atribut lain yang perlu mendapat perhatian selain produktivitas usahatani dan konversi lahan pertanian adalah pencetakan sawah baru. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa kegiatan pencetakan sawah baru yang dilakukan oleh pemerintah setempat masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai skoring yang diberikan oleh responden terhadap kegiatan pencetakan sawah baru. Oleh karena itu, untuk lebih meningkatkan status keberlanjutan, maka usaha pencetakan lahan sawah baru ini perlu terus ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian masyarakat di daerah ini. Pencetakan sawah baru ini dapat dilakukan pada lahan-lahan potensial yang belum terbuka maupun pada lahan-lahan yang sudah terbuka sebagai akibat dari kegiatan perladangan berpindah ataupun kebakaran hutan. Tentunya disertai dengan teknik konservasi tanah dan air yang baik sehingga produktivitas lahan dapat dipertahankan. Dilihat dari produktivitas usahatani, hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas usahatani pada beberapa komoditas pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang tergolong cukup tinggi seperti komoditas tanaman pangan padi sawah, padi ladang, jagung, dan ubi kayu; komoditas perkebunan karet dan kelapa sawit; dan komoditas peternakan ternak sapi, kambing, dan ayam; namun pada komoditas-komoditas lainnya terlihat masih rendah seperti komoditas sayuran dan komoditas perikanan. Tingginya produktivitas usahatani beberapa komoditas pertanian ini disebabkan oleh kondisi wilayah seperti kondisi iklim dan tanah yang cukup mendukung. Selain itu 153 kebutuhan terhadap produksi komoditas tersebut juga cukup tinggi baik di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Bengkayang sehingga upaya-upaya peningkatan produktivitas usahatani perlu dilakukan. Keadaan produktivitas usahatani beberapa komoditas pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang pada tahun 2005 seperti dalam Tabel 25, 26, dan 27 di bawah ini. Tabel 25. Produktivitas Tanaman Pangan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang tahun 2005. Rata-Rata Produktivitas tonha No. Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ubi Kayu Kacang Tanah 1. Sanggau Ledo 4,146 2,890 4,595 45,679 1,250 2. Seluas 3,562 1,972 3,838 8,640 0,750 3. Jagoi Babang 3,217 1,604 2,183 8,804 0,909 4. Siding 3,040 1,740 2,173 8,788 0,824 Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005 Tabel 26. Produktivitas Tanaman Perkebunan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang tahun 2005. Rata-Rata Produktivitas tonha No. Kecamatan Karet Kelapa Hybrida Kopi Lada Kakao Kelapa Sawit 11. Sanggau Ledo 2,121 0,421 2,109 0,939 0,315 7,306 12. Seluas 2,428 0,406 5,600 0,918 0,460 5,333 13. Jagoi Babang 1,645 0,000 0,000 0,380 0,630 10,780 14. Siding 2,209 0,000 0,000 0,000 0,964 0,000 Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005 Tabel 27. Produktivitas Peternakan di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang tahun 2005. Rata-Rata Produktivitas Ekor No. Kecamatan Sapi Kambing Babi Ayam Itik 1. Sanggau Ledo 4.788 3.095 520 71.591 829 2. Seluas 69 1.821 953 49.875 294 3. Jagoi Babang 32 222 468 6.945 556 4. Siding 36 176 324 3.468 461 Sumber : BPS Kabupaten Bengkayang, 2005 Untuk lebih meningkatkan status keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, maka upaya perbaikan tidak hanya dilakukan terhadap atribut yang sensitif memberikan pengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan 154 dimensi ekologi, namun atribut-atribut lain yang tidak sensitif berdasarkan analisis Laverage juga perlu mendapatkan perhatian yang serius untuk ditangani. Upaya yang pelu dilakukan adalah dengan mempertahankan atau meningkatkan atribut-atribut yang berdampak positif terhadap peningkatan keberlanjutan dimensi ekologi kawasan. Di sisi lain juga berupaya menekan sekecil mungkin atribut-atribut yang dapat memberikan dampak negatif terhadap penurunan tingkat keberlanjutan dimensi ekologi kawasan. Adapun atribut-atribut yang perlu dipertahankan atau ditingkatkan antara lain 1 status kepemilikan lahan sedapat mungkin dipertahankan menjadi lahan milik sendiri masyarakat, 2 frekuensi kejadian kekeringan diupayakan dihindari dengan menyediakan sarana irigasi sehingga lahan usahatani masyarakat tidak mengalami kekeringan, dan 3 kondisi sarana dan prasarana jalan desa dan jalan usahatani, serta 4 peningkatan penggunaan pupuk sesuai dengan kebutuahan optimal. Sementara atribut-atribut yang perlu ditekan agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap penurunan status keberlanjutan kawasan adalah 1 frekuensi kejadian banjir dengan menyediakan sarana pembuangan air seperti saluran drainase yang memadai dan 2 menghindari kegiatan perladangan berpindah melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang perlunya menjaga kelestariuan lingkungan.

b. Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi