200 Dari Tabel 40 di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan luas
lahan budidaya, permukiman, dan fasilitas seperti pada tabel di atas disebabkan oleh peningkatan kebutuhan lahan sebagai akibat dari pertumbuhan pendduduk.
Pertumbuhan luas lahan ini membentuk kecenderungan kurva pertumbuhan positif
reinforcing
. Namun demikian, peningkatan ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan
balancing
lahan hutankawasan lindung sebagai akibat dari pemanfaatan kawasan hutan ini untuk tujuan pemanfaatan lainnya.
b. Sub Model Budidaya Pertanian di kawasan Agropolitan
S
tock flow diagram
SFD sub model budidaya pertanian yang menggambarkan hubungan beberapa komponen seperti jumlah penduduk
sebagai komponen utama dan selanjutnya diikuti oleh komponen lainnya seperti luas lahan budidaya, produksi agropolitan dan keuntungan usahatani disajikan
pada Gambar 53.
Laju_Pertamb_Pddk Laju_Peng_Pddk
Degradasi_Lahan F_Koreksi_TK
F_Koreksi_Kerling
SDM Emigrasi_
Imigrasi_ P_Kerusakan_Lingk
P_Tenaga_Kerja
Sistem_Tanam F_SDM
Jumlah_Tenaga_Kerja
F_Kelahiran Kerusakan_Lingk
Laju_Keb_Lahan_Agropolitan FKL
PDDK Lahan_Agropolitan
Fraksi_Kebu_Lhn_Agropolitan
Daya_Dukung_Ling
Teknologi Keb_Modal_SApi
Konst_Imigrasi F_Sistem_Tanam
Harga_Prod_Per_kg Prod_Jagung_Per_Hektar
Luas_Panen_Jagung FLProd
Laju_Prod F_Pert_Prod
F_Koreksi_Laju_Prod F_Teknologi
Teknologi Input_Prod
F_Koreksi_Modal
Input_Prod Keb_Modal_Kelapa_Sawit
Teknologi Laju_Prod_PS
Laju_Prod_Sapi F_Koreksi_Modal_Sapi
L_Budidaya Keb_Modal
F_Koreksi_Laju_Prod F_Prod_Kelapa_sawit
Daya_Dukung_Ling
F_Koreksi_Modal_KS F_Koreksi_Laju_Prod
Prod_Jagung
Prod_Sapi Prod_Kelapa_Sawit
F_Pert_Prod_Sapi F_Pert_Prod_Kelapa_Sawit
PDRB Harga_Jagung_Perton
Harga_Sapi_perekor Harga_Kelapa_Sawit_perton
Input_Prod Daya_Dukung_Ling
F_Koreksi_Input
L_Budidaya F_Prod_Sapi
Faktor_pengurangLahan_Budidaya L_Budidaya
FLBud F_Kematian
F_Emigrasi Biaya_Prod_JG
F_Koreksi_Deg_lahan Penerimaan_usahatani
F_Konversi_Produksi LLhn_Bud
Laju_Biaya_Prod_JG Keuntungan_usahatani
F_Biaya_Prod_JG
Gambar 53. Struktur Model Dinamik Untuk Sub model Budidaya Pertanian di Kawasan agropolitan.
201 Jumlah penduduk dipengaruhi oleh pertambahan penduduk secara
alami yaitu kelahiran dan kematian, serta jumlah penduduk yang migrasi imigrasi dan emigrasi. Tingkat emigrasi penduduk di wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang lebih besar dibandingkan dengan tingkat imigrasi. Faktor pendorong terjadinya emigrasi di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang adalah
rendahnya pendapatan masyarakat dari mata pencaharian yang digelutinya sehingga mendorong mereka untuk migrasi ke perkotaan dan ke negara
tetangga untuk mencari sumber mata pencaharian baru. Selain itu sarana pendidikan tingkat lanjut yang tersedia masih sangat terbatas sehingga untuk
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, mereka harus pindah ke daerah lain seperti perkotaan yang menyediakan fasilitas pendidikan yang
diinginkan. Walaupun tingkat emigrasi lebih besar dari tingkat imigrasi, namun
kurva pertumbuhan penduduk memperlihatkan kecenderungan pertumbuhan positif
positive growth
naik mengikuti kurva eksponensial pada tahun simulasi 2005 sampai 2035 30 tahun yang akan datang. Ini disebabkan laju tingkat
kelahiran lebih besar dibandingkan dengan laju tingkat kematian. Namun demikian, laju pertambahan penduduk ini akan diimbangi oleh adanya kematian
dan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan negatif
negative growth
apabila tingkat kematian penduduk jauh lebih besar dari tingkat kelahiran. Pada tahun 2005, penduduk wilayah perbatasan Kabupaten
Bengkayang berjumlah 50.124 jiwa dan meningkat menjadi 198.478,47 jiwa pada tahun 2035 dengan laju kelahiran penduduk sebesar 4,9 dan kematian 0,15
pertahun. Laju pertumbuhan penduduk ini sangat mempengaruhi kebutuhan lahan untuk pengunaan tertentu seperti, lahan untuk permukiman, lahan
budidaya pertanian, lahan fasilitas, dan peruntukan lahan untuk kawasan lindung. Melihat laju pertumbuhan penduduk dan tingkat kebutuhan penggunaan lahan
yang semakin meningkat setiap tahun, mengindikasikan bahwa pada suatu saat, laju pertumbuhan tersebut akan menuju pada suatu titik keseimbangan tertentu
stable equilibrium
dan selanjutnya mengalami penurunan. Fenomena model ini dapat disebut mengikuti pola dasar
archetype “Limit to Growth
dalam sistem dinamik.
Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan pertambahan kebutuhan penggunaan lahan. Dalam hal ini terjadi hubungan timbal balik positif
positive feedback
antara pertumbuhan penduduk dan kebutuhan lahan melalui proses
202
reinforcing
. Namun karena keterbatasan luas lahan menyebabkan pertambahan luas lahan pada suatu waktu tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan
penduduk sehingga ketersediaan lahan untuk suatu penggunaan tertentu dapat ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk, namun ketersediaan lahan
untuk penggunaan lainnya mengalami penurunan sebagai akibat terjadinya konversi lahan. Ini terlihat pada hasil simulasi model dimana pertambahan luas
lahan untuk kebutuhan lahan permukiman, lahan fasilitas dan lahan budidaya menyebabkan penurunan ketersediaan lahan untuk kawasan lindung. Fenomena
ini memperlihatkan adanya hubungan timbal balik negatif
negative feedback
melalui proses
balancing
. Dalam hal ini komponen daya dukung lingkungan akan menjadi faktor pembatas yang dapat menekan laju peningkatan kebutuhan lahan.
Hasil simulasi pertumbuhan penduduk seperti pada Gambar 54.
45000 55000
65000 75000
85000 95000
105000 115000
125000 135000
145000 155000
165000 175000
185000 195000
200 5
200 7
200 9
201 1
201 3
201 5
201 7
201 9
202 1
202 3
202 5
202 7
202 9
203 1
203 3
203 5
Tahun P
er tum
b uhan P
e ndudu
k J
iw a
Gambar 54. Simulasi Jumlah Pertumbuhan Penduduk Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun 2005 – 2035.
Peningkatan jumlah penduduk akan memberikan tekanan terhadap lingkungan yaitu terjadinya peningkatan kebutuhan lahan untuk tujuan
penggunan lahan untuk permukiman, lahan fasilitas dan lahan budidaya dan pemanfaatan lainnya. Hal ini akan berdampak terhadap penurunan daya dukung
lingkungan dan peningkatan kerusakan lingkungan. Hubungan ini merupakan hubungan timbal balik negatif
negative feedback
melalui proses
balancing
. Terjadinya kerusakan lingkungan akan berpengaruh terhadap penurunan
produksi pertanian. Hasil simulasi model dinamik penurunan daya dukung lingkungan dan peningkatan kerusakan lingkungan seperti pada Tabel 41.
203 Tabel 41. Simulasi Kondisi Daya Dukung Lingkungan dan Tingkat Kerusakan
Lingkungan Akibat Tekanan Penggunaan Lahan Agropolitan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang
TAHUN 2,005
2,007 2,009
2,011 2,013
2,015 2,017
2,019 2,021
2,023 2,025
2,027 2,029
2,031 2,033
2,035 Daya_Dukung_Ling
Kerusakan_Lingk 0.995
0.005 0.993
0.00667 0.942
0.0576 0.905
0.095 0.889
0.111 0.872
0.128 0.853
0.147 0.824
0.176 0.802
0.198 0.786
0.214 0.774
0.226 0.763
0.238 0.753
0.247 0.734
0.266 0.709
0.291 0.677
0.323
Peningkatan luas lahan khususnya lahan budidaya pertanian akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi pertanian. Dalam hal
ini, peningkatan luas lahan untuk budidaya pertanian akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi pertanian. Produksi pertanian meningkat akan
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani. Hubungan antar komponen ini merupakan hubungan timbal balik positif
positive feedback
melalui proses
reinforcing
. Tabel 42, memperlihatkan peningkatan produksi usahatani di kawasan
agropolitan periode tahun 2005 – 2035. Dengan laju pertumbuhan produksi jagung 3 pertahun, maka akan mengalami peningkatan sebesar 251.933,26
ton pada tahun 2035 dari 95.532,00 ton pada 2005. Hal yang sama ditunjukkan oleh komoditas kelapa sawit dan ternak sapi. Dengan rata-rata pertumbuhan
kelapa sawit dan sapi sebesar 3,0 dan 3,5 pertahun, maka produksi kelapa sawit naik menjadi 134.172,34 ton pada tahun 2035 dari 43.560,00 ton pada
tahun 2005 dan ternak sapi menjadi 12.988,02 ekor dari 4.925,00 ekor pada tahun 2005. Dari produksi tiga komoditas tersebut, selanjutnya dapat dihitung
terhadap sumbangannya pada Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Bengkayang. Nilai PDRB ini dihitung berdasarkan harga berlaku
terhadap tiga komoditas unggulan yaitu jagung, kelapa sawit dan ternak sapi.
204 Dengan
harga jagung
sebesar Rp.
2.200.000,0ton, kelapa
sawit Rp
1.000.000,00ton Tandan
Buah SegarTBS,
dan ternak
Sapi Rp. 8.000.000,00ekor, akan memberikan sumbangan pada PDRB Kabupaten
Bengkayang sebesar Rp. 293.130.400,00 pada tahun 2005 dan naik menjadi Rp. 792.329.650.782,00 pada tahun 2035.
Pada tabel 42 tersebut jika digambarkan dalam bentuk grafik, memperlihatkan peningkatan produksi mengikuti pola pertumbuhan kurva
sigmoid
sigmoid curve
. Ini berarti bahwa peningkatan produksi pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang mengalami peningkatan yang cukup
tajam. Namun suatu saat peningkatan produksi usahatani tersebut akan menuju suatu titik keseimbangan
stable equilibrium
yang disebabkan oleh keterbatasan lahan budidaya akibat tekanan penduduk.
Tabel 42. Simulasi Produksi Jagung, Kelapa Sawit ton, dan Produksi Ternak Sapi Ekor, serta Sumbangan terhadap PDRB di kawasan
Agropolitan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun 2005 – 2035.
Tahun 2.005
2.007 2.009
2.011 2.013
2.015 2.017
2.019 2.021
2.023 2.025
2.027 2.029
2.031 2.033
2.035 Prod_Jagung Prod_Kelapa_Sawit Prod_Sapi
PDRB 95.532,00
43.560,00 4.925,00
293.130.400.000 99.348,80
45.590,42 5.121,77
305.131.920.758 108.057,67
50.252,92 5.570,74
332.545.718.345 117.413,87
55.329,28 6.053,08
362.064.476.041 127.418,62
60.829,61 6.568,86
393.701.472.433 138.603,00
67.058,93 7.145,46
429.149.195.952 150.618,59
73.841,22 7.764,90
467.321.335.346 162.178,19
80.452,87 8.360,84
504.131.600.984 174.346,08
87.495,11 8.988,13
542.961.563.300 186.936,47
94.866,64 9.637,21
583.224.565.463 199.757,54
102.457,49 10.298,18
624.309.542.202 211.545,34
109.511,24 10.905,88
662.158.053.484 222.999,26
116.428,85 11.496,37
698.998.180.192 233.926,87
123.085,09 12.059,73
734.202.026.561 243.715,37
129.093,90 12.564,36
765.782.578.027 251.933,26
134.172,34 12.988,02
792.329.650.728
Peningkatan produksi usahatani ini akan berdampak terhadap peningkatan keuntungan usahatani yang diterima oleh petani. Penghitungan
keuntungan usahatani hanya dibatasi pada komoditas jagung. Hasil simulasi model dinamik mengenai peningkatan keuntungan usahatani jagung juga
memperlihatkan peningkatan keuntungan yang mengikuti pertumbuhan yang cukup tajam dan membentuk pola pertumbuhan mengikuti kurva sigmoid. Pada
tahun 2005, petani akan memperoleh pendapatanpenerimaan usahatani
205 sebesar Rp. 9.137.843,48ha. Dengan pengeluaran sebesar Rp. 4.200.000,00ha,
maka petani akan memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 4.937.843,48ha. Melalui peningkatan input produksi, maka berdasarkan hasil simulasi
diperkirakan penerimaan dan keuntungan usahatani jagung akan mengalami peningkatan sebesar Rp. 24.097.964,04ha dan Rp. 15.366.465,67ha dengan
biaya produksi sebesar Rp. 8.731.498,35ha pada tahun 2035. Adapun hasil simulasi penerimaan, pengeluaran biaya produksi dan kuntungan usahatani
jagung seperti pada Tabel 43. Tabel 43. Simulasi Penerimaan, Biaya Produksi, dan keuntungan Usahatani
Jagung Rp di kawasan Agropolitan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang Tahun 2005 – 2035.
Tahun 2.005
2.007 2.009
2.011 2.013
2.015 2.017
2.019 2.021
2.023 2.025
2.027 2.029
2.031 2.033
2.035 Penerimaan_Jagung Biaya_Prod_Jagung Keuntungan_Jagung
9.137.843,48 4.200.000,00
4.937.843,48 9.502.928,44
4.410.000,00 5.092.928,44
10.335.950,82 4.630.500,00
5.705.450,82 11.230.892,00
4.862.025,00 6.368.867,00
12.187.867,67 5.105.126,25
7.082.741,42 13.257.678,59
5.360.382,56 7.897.296,03
14.406.995,95 5.628.401,69
8.778.594,26 15.512.696,87
5.909.821,78 9.602.875,10
16.676.581,71 6.205.312,86
10.471.268,84 17.880.879,75
6.515.578,51 11.365.301,24
19.107.243,32 6.841.357,43
12.265.885,89 20.234.771,75
7.183.425,30 13.051.346,45
21.330.363,58 7.542.596,57
13.787.767,01 22.375.613,75
7.919.726,40 14.455.887,35
23.311.905,05 8.315.712,72
14.996.192,33 24.097.964,02
8.731.498,35 15.366.465,67
c. Sub Model Pengembangan Industri Penglolahan Hasil