89 mengakibatkan kebijakan nasional mengenai pembangunan regional tidak dapat
langsung diterapkan di perdesaan. Dalam rangka penanganan pembangunan di wilayah perbatasan,
paradigma pembangunan yang orientasinya lebih dominan ke wilayah perkotaan perlu dirubah dengan cara menyeimbangkan pembangunan wilayah perdesaan
di perbatasan dengan wilayah perkotaan. Salah satu konsep pembangunan desa–kota berimbang yang diharapkan dapat mengangkat kualitas
kesejahteraan masyarakat dan kemajuan wilayah perdesaan termasuk wilayah perbatasan yang didasarkan pada potensi lokal wilayah dengan memberdayakan
masyarakat setempat dan tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan adalah pengembangan kawasan agropolitan sebagaimana dicanangkan pemerintah
pada tahun 2002. Dalam rangak penetapan suatu wilayah untuk pengembangan kawasan agropolitan, sebaiknya terlebih dahulu dikaji selauhmana tingkat
perkembangan wilayah tersebut sehingga dapat diketahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang untuk pengembangan kawasan agropolitan.
6.2. Metode Analisis Kajian Tingkat Perkembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang
a. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan yang berkaitan dengan analisis tingkat
perkembangan wilayah kawasan agropolitan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan berupa data persepsi masyarakat dan
pendapat pakar berkaitan alternatif pengembangan kawasan agropolitan, sedangkan data sekunder yang diperlukan berupa data jumlah dan tingkat
kepadatan penduduk, jumlah kepala keluarga KK, jumlah keluarga pra sejahtera, banyak desa terpencil, jarak desa ke kecamatan dan kabupaten,
sarana dan prasarana umum, sarana dan prasarana pertanian, luas kawasan agropolitan, luas tanam dan panen, komoditas unggulan, produksi pertanian,
tingkat pendidikan, keberadaan kelembagaan pertanian, kelembagaan sosial, dan regulasi atau peraturan-peraturan yang ada. Data primer diperoleh dari hasil
wawancara dari para stakeholder yang berperan dalam menyusun strategi pengembangan agropolitan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil studi
kepustakaan pada berbagai instansi yang terkait.
90
b. Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari hasil wawancara, diskusi, kuisioner, dan survey lapangan dengan responden di wilayah studi, sedangkan data sekunder
diperoleh dari beberapa sumber kepustakaan dan dokumen dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian.
c. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam mengkaji tingkat perkembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang terdiri atas analisis
tipologi, analisis skalogram, Analisis Hierarkhi Proses AHP, dan analisis Interpretatif Stuktural Modeling ISM.
c.1 Analisis Tipologi Kawasan
Analisis tipologi kawasan diperlukan untuk mengidentifikasi berbagai karakteristik dari masing-masing kawasan. Dalam analisis tipologi kawasan ini
digunakan analisis berstrata, analisis komponen utana Principal Component AnalysisPCA, dan analisis cluster. Pada analisis strata, kawasan dibagi atas
tiga strata yaitu Pra Kawasan Agropolitan I, Pra Kawasan Agropolitan II dan Kawasan Agropolitan. Dalam analisis strata, Departemen Pertanian 2002,
membagi wilayah untuk pengembangan kawasan agropolitan atas tiga strata yaitu strata Pra Kawasan Agropolitan I, strata Pra Kawasan Agropolitan II, dan
strata Kawasan Agropolitan. Ada lima variabel penciri yang digunakan sebagai indikator penilaian yaitu komoditas unggulan yang dikembangkan, kelembagaan
pasar, kelembagaan petani, kelembagaan Balai Penyuluh Pertanian BPP dan kelengkapan sarana dan prasarana wilayah yang dimiliki.
Dalam analisis komponen utama digunakan untuk menentukan peubah-peubah yang paling dominan mempengaruhi strata kawasan agropolitan.
Penggunaan analisis komponen utama dimaksudkan untuk mendapatkan variabel baru dalam jumlah lebih kecil dari sejumlah variabel yang dianalisis
dimana variabel baru tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan strata kawasan. Variabel yang lebih kecil dapat 2 atau 3 atau lebih
tergantung subjektivitas analis, tetapi menurut Iriawan dan Astuti 2006, bahwa apabila total variasi populasi sekitar 80 – 90 untuk jumlah variabel yang besar
dapat diterangkan oleh 2 atau 3 komponen utama Principal Component, maka kedua atau ketiga komponen dapat menggantikan variabel semula tanpa
91 menghilangkan banyak informasi dan multikolinearitas hubungan korelasi antar
variabel-variabel penjelas. Selanjutnya dilakukan analisis cluster untuk mengelompokkan unit-unit wilayah ke dalam kelompok yang labih homogen
berdasarkan kemiripan yang dimiliki. analisis komponen utama dan analisis cluster dilakukan dengan menggunakan software Minitab 14.
c.2 Analisis Skalogram