Sub Model Pengembangan Lahan Agropolitan

198

a. Sub Model Pengembangan Lahan Agropolitan

Pada sub model penembangan lahan agropolitan terlihat hubungan komponen-komponen seperti lahan budidaya, lahan permukiman, lahan fasilitas, dan lahan hutanhutan lindung. Adapun pengaruh dari setiap komponen- komponen tersebut seperti digambarkan dalam bentuk stock flow diagram SFD seperti pada Gambar 52 Konst_Imigrasi F_Emigrasi Imigrasi_ Laju_Permukiman Laju_Konversi_Kws_Lindung Laju_Keb_Kws_Lindung Fraksi_Keb_Kws_Lindung Fraksi_Konversi Fraksi_Permukiman F_Kelahiran F_Kematian Faktor_Pengali_Lhn_Permukiman PDDK Lahan_Agropolitan Fraksi_Kebu_Lhn_Agropolitan Faktor_Pengali_Lhn_Fasilitas L_Kwsn_Lindung Laju_Fasilitas F_Fasilitas FLBud Faktor_pengurangLahan_Budidaya LLhn_Bud Emigrasi_ Laju_Keb_Lahan_Agropolitan L_Budidaya L_Permukiman L_Fasilitas Laju_Peng_Pddk Laju_Pertamb_Pddk Gambar 52. Struktur Model Dinamik Untuk Sub Model Pengembangan Lahan Agropolitan Simulasi model dinamik alokasi penggunaan lahan seperti pada Gambar 52 berawal dari luas lahan agropolitan yang luasnya mencapai 233.830 ha di empat kecamatan yang merupakan lokasi studi. Lahan agropolitan dialokasikan pada dua jenis penggunaan yaitu lahan untuk budidaya dan lahan untuk hutankawasan lindung denga alokasi masing-masing 70,0 atau 163.681 ha untuk lahan budidaya dan 30,0 70.149 ha untuk lahan hutan. Karena keterbatasan data, maka pemanfataan lahan budidaya berdasarkan kondisi eksisting diperkirakan baru dimanfaatkan sekitar 70.000 ha 30 dari luas lahan budidaya. Lahan budidaya diasumsikan dimanfaatkan selain untuk pengembangan beberapa komoditas pertanian, juga dimanfaatkan untul lahan permukiman dan lahan fasilitas dengan alokasi masing-masing sekitar 5,0 . Berdasarkan asumsi-asumsi ini dihasilkan simulasi model penggunaan lahan di kawasan agropolitan seperti pada Tabel 40. 199 Tabel 40. Simulasi Perkembangan Pemanfaatan Lahan Agropolitan Ha di Wilayah Perbatasan Kabupaten Bengkayang. Tahun 2.005 2.007 2.009 2.011 2.013 2.015 2.017 2.019 2.021 2.023 2.025 2.027 2.029 2.031 2.033 2.035 L_Budidaya L_Permukiman L_Fasilitas L_Kwsn_Lindung 70.000,00 7.014,90 7.014,90 70.000,00 72.800,00 7.224,90 7.154,90 68.600,01 75.600,00 7.443,30 7.300,50 67.228,02 78.400,00 7.670,10 7.451,70 65.883,47 81.200,00 7.905,30 7.608,50 64.565,81 84.000,00 8.148,90 7.770,90 63.274,50 86.800,00 8.400,90 7.938,90 62.009,02 89.600,00 8.661,30 8.112,50 60.768,85 92.400,00 8.930,10 8.291,70 59.553,48 95.200,00 9.207,30 8.476,50 58.362,42 98.000,00 9.492,90 8.666,90 57.195,18 100.800,00 9.786,90 8.862,90 56.051,29 103.600,00 10.089,30 9.064,50 54.930,27 106.400,00 10.400,10 9.271,70 53.831,68 109.200,00 10.719,30 9.484,50 52.755,05 112.000,00 11.046,90 9.702,90 51.699,96 Pada Tabel 40 terlihat alokasi penggunaan lahan di kawasan agropolitan untuk lahan budidaya dan lahan hutankawasan lindung. Pada lahan budidaya, terjadi pertambahan luas dari 70.000 ha pada tahun 2005 menjadi 112.000,00 ha pada tahun 2035 dengan rata pertambahan luas lahan sebesar 2,0 pertahun. Demikian pula peningkatan luas lahan permukiman dan lahan fasilitas memperlihatkan peningkatan penggunaan lahan yang cukup tajam. Dari luas lahan permukiman dan fasilitas sekitar 7.014,90 ha pada tahun 2005 naik menjadi 11.046,90 ha untuk lahan permukiman dan 9.702,90 ha untuk lahan fasilitas pada tahun 2035 dengan laju pertumbuhan lahan masing-masing 1,5 dan 1 per tahun. Sementara luas lahan hutankawasan hutan lindung terjadi penurunan dari 70.000 ha pada tahun 2005 menjadi 51.699, 96 ha pada tahun 2035 atau terjadi penurunan seluas 18.300,02 ha selama 30 tahun. Dengan asumsi pertambahan pemanfaatan lahan budidaya 2,0 pertahun, maka pada tahun 2035 pemanfaatan lahan budidaya belum terpakai secara keseluruhan dari alokasi penggunaan sebesar 70 atau seluas 163.681 ha. Hal ini memungkinkan untuk dilakukannya kegiatan ekstensifikasi dalam rangka meningkatkan produksi pertanian di wilayah ini. 200 Dari Tabel 40 di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan luas lahan budidaya, permukiman, dan fasilitas seperti pada tabel di atas disebabkan oleh peningkatan kebutuhan lahan sebagai akibat dari pertumbuhan pendduduk. Pertumbuhan luas lahan ini membentuk kecenderungan kurva pertumbuhan positif reinforcing . Namun demikian, peningkatan ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan balancing lahan hutankawasan lindung sebagai akibat dari pemanfaatan kawasan hutan ini untuk tujuan pemanfaatan lainnya.

b. Sub Model Budidaya Pertanian di kawasan Agropolitan