Status Keberlanjutan Dimensi Infrastruktur dan Teknologi

162 mesin pertanian alsintan, serta sarana untuk menggerakkan anggota dalam kegiatan kegotongroyongan. Aspek lain yang juga sensitif berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan pada dimensi sosial-budaya di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang adalah jarak permukiman ke kawasan usahatani. Hal ini terlihat dari dekatnya lahan usahatani mereka dengan tempat bermukim. Ini tercipta dari masyarakat lokal yang pada awalnya melakukan usahatani ladang berpindah dengan membuka hutan kemudian menetap dan membentuk permukiman baru disekitar lahan yang sudah dibuka. Dekatnya lahan usahatani dengan permukiman penduduk, memberikan waktu yang lebih banyak kepada petani dalam kegiatan budidaya, pemeliharaan, dan pengawasan tanaman yang dibudidayakannya, sehingga tanaman pertanian yang dibudidayakannya dapat terkontrol dengan baik.

d. Status Keberlanjutan Dimensi Infrastruktur dan Teknologi

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi infrastruktur dan teknologi terdiri dari sembilan atribut, antara lain 1 ketersediaan basis data pertanian, 2 tingkat penguasaan teknologi pertanian, 3 dukungan sarana dan prasarana umum, 4 dukungan sarana dan prasarana jalan, 5 standarisasi mutu produk pertanian, 6 tingkat penggunaan alat dan mesin pertanian Alsintan, 7 ketersediaan industri pengolahan hasil pertanian, 8 ketersediaan teknologi informasi, dan 9 penerapan sertifikasi produk pertanian. Berdasarkan hasil analisis Laverage diperoleh lima atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi yaitu 1 standarisasi mutu produk pertanian, 2 tingkat penggunaan alat dan mesin pertanian, 3 ketersediaan teknologi informasi, 4 dukungan sarana dan prasarana umum, dan 5 dukungan sarana dan prasarana jalan. Atribut-atribut tersebut perlu dikelola dengan baik agar nilai indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi ini meningkat dimasa yang akan datang. Pengelolaan atribut dilakukan dengan cara meningkatkan peran setiap atribut yang memberikan dampak positif dan menekan setiap atribut yang dapat berdampak negatif terhadap indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Hasil analisis Laverage dapat dilihat seperti Gambar 46. 163 Nilai RMS Hasil Analisis Laverage 1.04 4.76 2.95 6.64 6.66 3.59 3.67 3.42 2.78 1 2 3 4 5 6 7 Penguasaan Teknologi Pertanian Ketersediaan Teknologi Informasi Ketersediaan Induustri Pengolahan Hasil Tingkat Penggunaan Alsintan Standarisasi Mutu Produk Pertanian Dukungan Sapras Jalan Dukungan Sapras Umum Ketersediaan Basis Data Pertanian Penerapan Sertifikasi Produk Pertanian At ri b u t Gambar 46. Peran Masing-masing Atribut Aspek Infrastruktur dan Teknologi yang Dinyatakan dalam Bentuk Nilai RMS Root Mean Square. Penerapan standarisasi mutu produk pertanian di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang pada dasarnya belum diterapkan oleh pemerintah setempat. Hal ini terkait dengan produk pertanian yang dihasilkan masih lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri. Melihat posisi strategis Kabupaten Bengkayang yang berbatasan darat langsung dengan negara tetangga Malaysia serta merupakan daerah yang dilalui dalam arus perdagangan dan jasa melalui jalur transportasi air dari dan ke negara lain, maka produk-produk pertanian yang dihasilkan di wilayah ini memiliki peluang yang besar untuk dipasarkan di pasar global. Dalam rangka memenangkan persaingan ekonomi global terhadap produk-produk pertanian, maka salah satu syarat yang perlu dipenuhi adalah produk yang akan dipasarkan tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu kedepan, perlu diterapkan standarisasi mutu terhadap produk-produk pertanian yang dihasilkan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang. Dalam pengembangan kawasan agropolitan, dukungan sarana dan prasarana agribisnis merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Dukungan sarana dan prasarana agribisnis yang memadai diharapkan produk- produk pertanian serta hasil olahannya dapat memberikan nilai tambah added value yang tinggi kepada petani, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan hasil penelitian di wilayah studi, menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis masih sangat minim bahkan belum tersedia 164 sama sekali, baik sarana dan prasarana agribisnis hulu seperti industri alat dan mesin pertanian alsintan, industri sarana produksi pertanian maupun sarana dan prasarana agribisnis hilir seperti pasar agribisnis dan industri pengolahan hasil pertanian baik dalam skala kecil pada tingkat rumah tangga home industry dan industri skala besar yang dikelola oleh perusahaan. Akibat dari minimnya sarana dan prasarana agribisnis terutama sarana agribisnis hulu, menyebabkan tingkat penggunaan alat dan mesin pertanian alsintan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang ini juga masih minim. Dalam kegiatan bertani sehari-hari, masih lebih didominasi penggunaan peralatan pertanian sederhana atau tradisional dibandingkan dengan peralatan yang lebih modern. Penggunaan alat dan mesin pertanian yang lebih modern lebih banyak terlihat di Kecamatan Sanggau Ledo walaupun dalam jumlah yang terbatas. Minimnya penggunaan alat dan mesin pertanian yang didukung rendahnya kualitas sumberdaya manusia di wilayah ini menyebabkan produktivitas pertanian juga masih tergolong cukup rendah baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sehingga produk-produk pertanian yang ada tidak mampu memenuhi permintaan dari negara tetangga Malaysia yang membutuhkan produk pertanian seperti komoditas jagung dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang terjamin. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan pasar dari luar negeri terutama Malaysia, upaya-upaya peningkatan produktivitas pertanian ini perlu terus dilalukan. Tentunya harus didukung oleh kebijakan penerapan standarisasi mutu produk pertanian, sehingga produk pertanian yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, adalah ketersediaan teknologi informasi pertanian. Hal ini penting sebagai sarana penyebaran informasi-informasi pertanian kepada masyarakat terutama masyarakat yang bermukim pada wilayah-wilayah terpencil dan sulit dijangkau dengan menyediakan data dan informasi pertanian yang up to date berkaitan dengan perkembangan pertanian. Ketersediaan teknologi informasi di wilayah pebatasan Kabupaten Bengkayang dengan sistem komputerisasi masih sangat terbatas dan hanya terdapat pada kantor-kantor Balai Penyuluhan Pertanian BPP yang ada dengan akses yang sangat terbatas kepada masyarakat umum, sedangkan penyampaian informasi-informasi pertanian kepada masyarakat, hanya dilakukan melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan oleh tenaga penyuluh 165 yang ada. Untuk mempercepat penyampaian informasi perkembangan pertanian kepada masyarakat, perlu disediakan teknologi informasi yang berbasis komputerisasi yang mudah diakses oleh masyarakat di wilayah ini. Kondisi sarana dan prasarana jalan dan sarana dan prasarana umum, termasuk sarana dan prasarana pendukung agribisnis di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang secara umum dapat dikategorikan kurang memadai. Untuk mendukun pengembangan kawasan agropolitan di wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang, maka dukungan sarana dan prasarana jalan dan umum ini perlu ditingkatkan dengan membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Kondisi sarana dan prasarana jalan dan umum yang tidak memadai ini terlihat pada beberapa desa yang jauh dari ibukota kecamatan terutama di Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Siding, seperti ketiadaan sarana dan prasarana penghubung berupa jalan darat, sarana dan prasarana telekomunikasi, sarana dan prasarana kesehatan, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sarana dan prasarana umum lainnya seperti sarana dan prasarana agribisnis.

e. Status Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan