2.2.3.1 Tema
Menurut Kusmayadi
2010:19 istilah
tema sering
disamakan pengertiannya dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki pengertian yang
berbeda. Topik dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema adalah gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan
melalui karya fiksi. Hampir sama dengan pendapat Kusmayadi, Baribin 1985:59 menyampaikan bahwa tema merupakan suatu gagasan sentral yang menjadi dasar
tolak penyusunan karangan dan sekaligus menjadi sasaran dari karangan tersebut.Sedangkan menurut Laverty dalam Tarigan 2001:160 tema adalah
gagasan utama atau pikiran pokok. Tema suatu karya satra imajinatif merupakan pikiran yang akan ditemui oleh setiap pembaca yang cermat sebagai akibat
membaca karya tersebut. Tema biasanya merupakan suatu komentar mengenai kehidupan atau orang-orang.Tema haruslah dibedakan dari tesis yang merupakan
gagasan logis yang mendasari setiap esai yang baik, jadi tema harus dibedakan dari motif, subyek, atau topik. Tema digunakan untuk memberi nama bagi suatu
pernyataan atau pikiran mengenai sesuatu subyek, motif, atau topik. Tema sering disebut juga dasar cerita, yakni pokok permasalahan yang
mendominasi karya sastra, Ia terasa dan mewarnai karya sastra tersebut dari halaman pertama hingga terakhir Suharianto 2005:17. Keberadaan tema
menempati keseluruhan karya sastra. Sependapat dengan pernyataan tersebut, Nurgiyantoro 2009:68 menjelaskan bahwa tema sebuah karya sastra
disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian - bagian tertentu cerita. Tema walau sulit ditentukan secara pasti, bukanlah makna yang
“disembunyikan”, walau belum tentu juga dilukiskan secara eksplisit. Tema
sebagai makna pokok sebuah karya sastra fiksi tidak secara sengaja disembunyikan karena justru hal inilah yang ditawarkan kepada pembaca. Namun,
tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan “tersembunyi” dibalik cerita yang mendukungnya.
Tema suatu cerita biasanya bersifat tersirat tersembunyi dan dapat dipahami setelah membaca keseluruhan cerita Kusmayadi 2010:19. Melengkapi
penjelasan tersebut, Suharianto 2005:17 menyampaikan bahwa tema karya sastra dapat tersurat dan dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut
dengan jelas dinyatakan oleh pengarangnya. Disebut tersirat apabila tidak secara tegas dinyatakan, tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang.
Kusmayadi 2010:19-20 membedakan tema fiksi cerpen menjadi lima yaitu: 1
Tema jasmaniah merupakan tema yang cenderung berkaitan dengan keadaan jasmani seorang manusia. Tema jenis ini berfokus pada kenyataan
diri manusia sebagai jasad jasmani. 2
Tema organik diterjemahkan sebagai tema tentang „moral‟ karena sekelompok tema ini mencakup hal
– hal yang berhubungan dengan moral manusia. Hubungan ini diwujudkan dalam bentuk tolong menolong, saling
menghargai dan saling berbagi sesama teman. 3
Tema sosial meliputi hal – hal yang berada diluar masalah pribadi, misalnya masalah pendidikan, masalah anak
– anak putus sekolah. 4
Tema egoik merupakan tema yang menyangkut reaksi – reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial.
5 Tema ketuhanan merupakan tema yang berkaitan dengan kondisi dan
situasi manusia sebagai makhlik ciptaan Tuhan.
Sama seperti yang diungkapkan oleh Kusmayadi, Sayuti 2000:193-194 mengklasifikasikan tema menjadi lima jenis yaitu tema physical
„jasmaniah‟, organic
„moral‟, social „sosial‟, „egoik‟, dan devine „ketuhanan‟ Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti simpulkan bahwa tema adalah
gagasan sentral yang mewarnai keseluruhan cerita yang dapat ditemukan secara tersurat ataupun tersirat dan jenisnya terdiri atas tema jasmaniah, moral, sosial,
egoik, dan ketuhanan.Tema adalah ide atau pokok permasalahan yang mendasari suatu karya sastra.
2.2.3.2 Latar