Gaya Bahasa Unsur Intrinsik Cerita Pendek

perasaan tokoh, 6 perbuatan tokoh, 7 sikap tokoh, 8 pandangan seorang atau banyak tokoh terhadap tokoh tertentu, 9 pelukisan fisik, dan 10 pelukisan latar Sayuti dalam 2009:31-32 Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memahami watak pelaku, yaitu dengan menelusurinya lewat 1 tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya, 2 gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian, 3 menunjukkan bagaimana perilakunya, 4 melihat bagaimana jalan pikirannya, 6 melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya, 8 melihat bagaimana tokoh – tokoh yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya, dan 9 melihat bagaimana tokoh itu dalam mereakasi tokoh yang lain Aminudin 2010:80-81. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan atau gambaran yang jelas tentang tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita, baik keadaan lahirnya dan tingkah lakunya, keyakinannya, dan sebagainya. Secara sederhana penokohan dibedakan menjadi dua macam yaitu tokoh utama dan tokoh sampingan atau tambahan. Secara segi karakter yaitu antagonis dan protagonis. Protagonis adalah tokoh yang baik sedangkan antagonis adalah tokoh penentang protagonis.

2.2.3.6 Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah teknik pengolahan oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya satra yang hidup dan indah. Pengolahan gaya bahasa harus didukung oleh pilihan kata diksi yang tepat Kusmayadi 2010:27. Menurut Baribin 1985:64 gaya bahasa adalah tingkah laku yang dilakukan pengarang dalam menggunakan bahasa. Tingkah laku berbahasa ini merupakan suatu sarana sastra yang amat penting. Tanpa bahasa, tanpa gaya bahasa, sastra tidak ada. Menurut Suharianto 2005:26 bahasa dalam karya satra mempunyai fungsi ganda, ia bukan hanya sebagai alat penyampai maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampai perasaanya. Suharianto 1985:65 menjelaskan bahwa secara definit tidak ada perbedaan antara bahasa yang biasa digunakan oleh pengarang cerita rekaan dengan bahasa yang biasa kita gunakan. Letak perbedaannya hanyalah pada efek yang ditimbulkannya. Bahasa cerita rekaan mampu sambil menyampaikan informasi melantunkan tusukan – tusukan halus ke dalam perasaan pembaca sehingga setiap pembaca cerita rekaan disamping tahu apa yang diinformasikan pengarang, ia juga dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pelaku cerita bersangkutan. Hal itu dimungkinkan karena dalam pengarang dalam menggunakan kata dan menyusunnya dalam kalimat – kalimat disamping memperhitungkan maknanya juga memperhitungkan rasanya. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam menuliskan karya sastra, tidak jarang menggunakan cara – cara yang lain dari apa yang biasa di temui dalam bahasa sehari – hari. Suharianto 2005:26 menyampaikan cara – cara tersebut misalnya menggunakan perbandingan – perbandingan, menghidupkan benda – benda mati, melukiskan sesuatu dengan lukisan yang tak sewajarnya dan sebagainya, karena itulah dalam karya – karya sastra sering dijumpai pemakaian kalimat – kalimat khusus yang biasa dikenal pigura – pigura bahasa dengan aneka jenisnya, seperti metafoa, metominia, hiperbola, litotes, pleonasme, dan lain – lain. Dalam sebuah fiksi, analisis gaya bahasa perbandingan sudah cukup mengembangkan pengertian Kroeber dalam Sukada 2013:104 yang menyatakan bahwa sebuah style, akan mencerminkan tiga dasar utama, yaitu karakteristiknya, kekhususannya, dan polanya. Dirumuskan kembali semua pendapat di atas, maka selengkapnya adalah sebagai berikut a. gaya bahasa tidak lain dari bahasa itu sendiri; b. yang dipilih berdasarkan struktur tertentu; c. yang berjalan dalam jalan yang lazim; d. tetapi dalam tekanan perseorangan; e. hingga memberi pengertian bahwa ada kepribadian seniman; f. tumbuhnya karena perasaan yang hidup dalam hati penulis; g. dan sengaja untuk menimbulkan suatu perasaan efek tertentu dalam hati pembaca; h. fungsinya, untuk secara tertentu tetapi sadar, memberitahukan suatu pokok persoalan dalam satu bahasa, berdasarkan kemampuan intelektualitas dan emosionalitas pengarang; i. yang dicapai sebagai hasil rencana mempersatukan antara keindahan dan kebenaran; j. diungkapkan dengan penuh kejujuran, kesungguhan hati dalam penggunaaan bahasa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara pengarang memilih dan menggunakan bahasa tersebut untuk menyampaikan cerita yang dibuatnya kepada pembaca.

2.2.3.7 Amanat

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MENGGUNAKAN MEDIA FEATURE PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 1 KARANGKOBAR BANJARNEGARA

0 3 194

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN MELALUI MEDIA ACARA TELEVISI “JIKA AKU MENJADI” DENGAN TEKNIK IMAJINASI SISWA KELAS X 1 SMA N 1

1 28 176

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE EDUTAINMENT DENGAN MEDIA KARTU Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Melalui Metode Edutainment Dengan Media Kartu Pada Siswa Kelas VC SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta Tahun A

0 2 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE EDUTAINMENT DENGAN MEDIA KARTU Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Melalui Metode Edutainment Dengan Media Kartu Pada Siswa Kelas VC SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta T

1 3 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TRANSFORMASI NASKAH DRAMA.

1 15 41

Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas X SMA Yatpi Godong Kabupaten Grobogan berdasarkan Pengalaman Orang Lain Melalui Teknik Rangsang Visual.

0 2 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS X-8 SMA ISLAM SULTAN AGUNG I SEMARANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS X-8 SMA ISLAM SULTAN AGUNG I SEMARANG.

2 6 182

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN PADA SISWA KELAS X SMA.

0 2 155

PENINGKATAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA

1 1 14