Hakikat Cerita Pendek Landasan Teori

tahapan menulis cerita pendek, teknik melanjutkan cerita, media tayangan kehidupan sosial orang-orang pinggiran.

2.2.1 Hakikat Cerita Pendek

Pada hakikatnya cerpen adalah cerita fiksi atau cerita rekaan. Seorang sastrawan kenamaan Amerika bernama Edgar Allan Poe dalam Stanton 2007:79 mengatakan bahwa cerita pendek adalah sebuah cerita yang dibaca selesai sekali duduk sehingga efek „kebersatuan‟-nya akan lebih terasa oleh pembaca. Secara etimologis fiksi atau rekaan berasal dari bahasa Inggris, yakni fiction Kleden 1998: 13-15 menyatakan bahwa dalam bahasa Inggris, perkataan fictive atau fictious mengandung pengertian nonreal. Dengan demikian, fictio berarti “suatu yang dikonstruksikan, dibuat- buat atau dibuat” jadi, kalaupun ada unsur khayal maka khayalan disana tidak menekankan segi nonrealnya tetapi segi konstruktif, segi inventif, dan segi kreatifnya. Secara etimologis cerpen pada dasarnya adalah karya fiksi atau “sesuatu yang dikonstruksikan, ditemukan, dibuat atau dibuat- buat”. Hal itu berarti bahwa cerpen tidak terlepas dari fakta. Fiksi yang merujuk pada pengertian rekaan atau konstruksi dalam cerpen terdapat dalam unsur fisiknya. Sementara fakta yang merujuk pada realitas dalam cerpen terkandung dalam temanya. Dengan demikian, cerpen dapat disusun berdasarkan fakta yang dialami atau dirasakan oleh penulisnya. Banyak definisi tentang cerpen. Salah satu definisi yang relatif lengkap menyatakan bahwa cerpen adalah kisahan pendek kurang dari 10.000 kata dimaksudkan memberikan kesan tunggal yang dominan‟, cerita pendek memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi pada satu ketika. Persyaratan ini tidak terpenuhi, cerita pendek tetap memperlihatkan kepaduan sebagai patokan. Cerita pendek yang efektif terdiri dari tokoh atau sekelompok tokoh yang lewat laku lahir dan batin terlibat dalam satu situasi. Tikaian dramatik, yaitu merupakan perbenturan antara kekuatan yang berlawanan, merupakan inti cerita pendek” Sudjiman Ed. 1984: 15. Predikat “pendek” pada cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang terdapat dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Cerita pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek, jika ruang lingkup permasalahan yang diungkapkannya tidak memenuhi persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek. Menurut Kosasih 2014:34 bahwa cerpen juga memiliki ciri- ciri di antaranya: 1 alur lebih sederhana, 2 tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang, 3 latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkup yang relatif terbatas. Dari sudut bentuk dapat dilihat bahwa ada cerpen yang ditulis hanya satu bahkan setengah halaman folio, tetapi ada juga yang ditulis sampai tiga puluh halaman folio, yang berarti ada cerpen yang bentuknya memang betul-betul pendek dan ada cerpen yang panjang. Cerpen yang pendek termasuk dalam term short short-story cerita pendek yang pendek. Contoh dari cerpen yang termasuk term ini adalah cerpen-cerpen seperti pada umumnya, yang terdapat dalam majalah-majalah maupun surat-surat kabar. Cerpen yang panjang termasuk dalam term long short-story cerita pendek yang panjang. Contohnya dalam sastra Indonesia ialah cerpen “Sri Sumarah” dan “Bawuk” karangan Umar Kayam Ditilik dari nilai nilai literernya cerpen dapat digolongkan menjadi dua. Pertama, cerpen yang termasuk golongan yang biasa disebut quality stories atau cerita yang memiliki nilai atau bobot kesastraan, dan kedua adalah golongan commercial craft stories, yaitu cerita yang kurang atau tidak memiliki nilai atau bobot kesastraan. Golongan yang kedua tersebut adalah cerita yang pada umumnya tidak terpancang pada nilai-nilai kesastraan karena cerita itu dibuat dengan maksud untuk dijual dan mencari uang sehingga yang diutamakan adalah segi komersialnyaatau segi pemasarannya. Cerpen-cerpen yang dibuat dalam majalah-majalah hiburan pada umumnya termasuk ke dalam golongan ini Selain itu, cerpen juga dapat digolongkan menurut unsur-unsur fiksi yang ditekankannya. Dari penggolongan ini muncul cerpen watak, cerpen plot, cerpen tematis, cerpen suasana, dan cerpen setting. Cerpen watak ialah cerpen yang mengutamakan perwatakan tokoh- tokohnya terutama tokoh intinya. Contoh cerita pendek jenis ini adalah cerpen ”Asran” oleh Tresno Sumardjo, yang melukiskan sikap tidak pedulian seorang pelukis. Cerpen plot ialah cerpen yang menekankan urutan terjadinya peristiwa atau plotnya. Contoh cerpen jenis ini amat banyak dalam sastra Indonesia, seperti cerpen-cerpen Trisno Yuwono dalam bukunya Laki-laki dan Mesin. Cerpen tematis ialah cerpen yang menekankan pada unsur tema atau permasalahan. Contohnya adalah cerpen “Icih” karya Ali Audah. Cerpen suasana ialah cerpen yang menekankan atau mengutamakan suasana yang terjadi di dalamnya. Contohnya adalah cerpen”Seribu Kunang-kunang di Manhattan” karya Umar Kayam. Cerpen setting ialah cerpen yang menekankan atau mengutamakan setting atau tempat kejadian peristiwa. Contohnya adalah cerpen “Terang Bulan Terang di Kali” karangan SM Ardan yang melukiskan wilayah pinggiran Jakarta, cerpen “Berpeluh” karangan Bur Rasuanto yang melukiskan daerah wilayah buruh Sumardjo 1984:32-33. Dari pendapat tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup permasalahannya menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal.

2.2.2 Struktur Teks Cerita Pendek

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MENGGUNAKAN MEDIA FEATURE PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 1 KARANGKOBAR BANJARNEGARA

0 3 194

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN MELALUI MEDIA ACARA TELEVISI “JIKA AKU MENJADI” DENGAN TEKNIK IMAJINASI SISWA KELAS X 1 SMA N 1

1 28 176

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE EDUTAINMENT DENGAN MEDIA KARTU Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Melalui Metode Edutainment Dengan Media Kartu Pada Siswa Kelas VC SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta Tahun A

0 2 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI METODE EDUTAINMENT DENGAN MEDIA KARTU Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Melalui Metode Edutainment Dengan Media Kartu Pada Siswa Kelas VC SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta T

1 3 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TRANSFORMASI NASKAH DRAMA.

1 15 41

Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas X SMA Yatpi Godong Kabupaten Grobogan berdasarkan Pengalaman Orang Lain Melalui Teknik Rangsang Visual.

0 2 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS X-8 SMA ISLAM SULTAN AGUNG I SEMARANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN CERITA RAKYAT PADA SISWA KELAS X-8 SMA ISLAM SULTAN AGUNG I SEMARANG.

2 6 182

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN PADA SISWA KELAS X SMA.

0 2 155

PENINGKATAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA

1 1 14