Langkah Penerapaan Model GAMMI Poisson
dijelaskan pada subab 2.8. Statistik uji G ini mengikuti sebaran Khi-Kuadrat. Perbandingan cukup dilakukan dengan melihat besarnya nilai Log-likelihood bila
kedua model memiliki derajat bebas yang sama. Dua pendekatan dapat dilakukan dengan forward untuk melihat tambahan suku pada model terhadap model yang
lebih sederhana, atau dengan backward, membandingkan model yang diusulkan dengan model penuh full model yang paling lengkapkompleks. Kelayakan
model diperiksa dengan diagnostik sisaan secara visual, melalui plot sisaan.
Analisis Stabilitas Ketahanan Genotipe.
Informasi tentang stabilitas ketahanan genotipe dapat diperoleh melalui konfigurasi Biplot GAMMI2. Biplot GAMMI2
menyajikan plot skor baris dan kolom dalam hal ini genotipe populasi hama
atau genotipe lokasi secara bersama-sama tumpang tindih. Dengan
memperhatikan Biplot secara keseluruhan, kedekatan antar titik-titik baris kolom menunjukkan interaksi dan ketakbebasan asosiasi di antara keduanya. Parameter
asosiasi ditunjukkan oleh nilai singular tergeneralisasi. Titik baris genotipe tertentu yang berdekatan dengan titik kolom populasi hama atau lokasi tertentu
menunjukkan bahwa genotipe tersebut berasosiasi dengan populasi hama atau lokasi tertentu. Nilai singular yang kecil untuk sumbu GAMMI ke-i menunjukkan
ketidakbermaknaan sumbu tersebut.
4.4.2 Penerapan pada Percobaan dengan Inokulasi: Ketahanan Genotipe Kedelai terhadap Hama Daun
Kajian ketahanan tanaman terhadap hamapenyakit dalam rangkaian upaya mencari genotipe yang memiliki ketahanan tertentu biasanya dimulai dengan
perakitan ketahanan tersebut melalui metode-metode yang ketat dengan berbagai teknik persilangan dan perhitungan genetika yang matang. Kemudian pada tahap
berikutnya dilakukan uji coba pada beberapa genotipe yang prospektif danatau disertai varietas pembanding. Percobaan ini memerlukan inokulasi agar potensi
serangan hamapenyakit itu benar diterima oleh tanaman. Hal ini untuk memastikan ada atau tidaknya sifat tahan pada tanaman tersebut.
Salah satu kasus percobaan dengan cara ini akan digunakan sebagai penerapan model AMMI pada sebaran Poisson untuk data cacahan. Percobaan ini adalah
bagian dari studi ketahanan beberapa genotipe kedelai hasil persilangan Balitkabi
63 - Malang terhadap beberapa jenis hama daun. Percobaan ini melibatkan empat
galurvarietas kedelai tahan hasil persilangan Wilis, IAC-100, IAC-80-596-2 dan W80-2-4-20. Pengamatan berupa data cacahan jumlah hama daun per tanaman
pada umur 14 hari setelah tanam. Tabel 4.1 Populasi lima jenis hama daun pada empat genotipe kedelai
Genotipe Jenis Hama Daun
Bemissia Emproosca Agromyza Lamprosema Longitarsaus
IAC-100 2
7 9
2 7
IAC-80 12
11 4
7 13
W80 14
16 5
8 8
Wilis 16
12 4
7 16
Keempat genotipe kedelai memberikan respon ketahanan daun yang berbeda terhadap lima jenis hama daun. Tabel 4.1 menyajikan populasi kelima
hama yang ditemui pada keempat varietas kedelai pada usia 14 hari setelah tanam. Dengan algoritma bolak-balik Gambar 4.2, pengepasan model GAMMI
dilakukan dengan fungsi hubung logaritma dan sebaran Poisson. Analisis devians disajikan pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rataan residual devians
adalah 0.0134; pada perhitungan sisaan berbasis Khi-kuadrat Pearson sebesar 0.0135. Model GAMMI-2 memenuhi kelayakan, karena rasio rataan devians
sumbu 2 signifikan pada nilai-p0.0541 F-tabel [4,2]. Plot residual devians terhadap nilai dugaan model dan linear prediktor, menunjukkan tidak adanya
kelainan yang berarti. Tabel 4.2 Analisis devians untuk data populasi hama daun
Sumber Derjat
Bebas Devians
Rataan Devians
Rasio Rataan Devians
Nilai-p Hama Daun
4 4.1845
1.0461 78.38
0.0126 Genotipe
3 2.8359
0.9453 70.83
0.0139 GAMMI 1
6 3.6709
0.6118 45.84
0.0215 GAMMI2
4 0.9477
0.2369 17.75
0.0541 Residual
2 0.0267
0.0133 Total
19 11.6656
0.6140
Plot antara working variate terhadap prediktor linear dapat mengindikasikan ketidaktepatan penggunaan fungsi hubung, jika plot ini tidak
linear. Tidak ada penyimpangan pada plot ini Gambar 4.3. Sehingga model GAMMI-2 dengan log-link dan sebaran Poisson tampak mengepas data dengan
baik. Begitu pula dengan uji Log-likelihood, Tabel 4.3 menunjukkan bahwa model aditif pengaruh utama main effects tidak cukup untuk menjelaskan data,
karena model ini masih berbeda dengan full model. Karenanya menggunakan model multiplikatif adalah sebuah keharusan. Model multiplikatif interaki dengan
k suku multiplikatif GAMMI Rank = 2 telah mampu menjelaskan model sama
baiknya dengan full model, sehingga model inilah yang kita pilih untuk menggambarkan interaksi. Biplot GAMMI-2 menyajikan informasi interaksi
genotipe hama. Genotipe
W80
tampak berpeluang untuk menjadi kandidat varietas yang relatif tahan terhadap semua jenis hama daun kecuali pada
Emproasca , itupun hanya jika dibandingkan dengan varietas IAC-100 yang
secara spesifik rentan terhadap Agromyza Gambar 4.4. Nilai singular sumbu 1 dan 2 berturut-turut adalah 1.739, 0.5927.
Tabel 4.3 Uji log-likelihood untuk data populasi hama daun
Model DB
Log-Likelihood G
Khi-kuadrat nilai-p
Status FullModel Rank=3
19 -39.04556
GAMMI Rank=2 17
-39.09895 0.10678
27.58711 1 ns
ok GAMMI Rank=1
13 -40.99432
3.79074 22.36203
0.99322 ns ok
Main EffectsRank=0 7
-48.33612 14.6836
14.06714 0.040276
bad
Gambar 4.3 Plot residual untuk data hama kedelai: plot residual terhadap nilai dugaan model gammi-2 log-link kiri; plot working variate
terhadap prediktor linear kanan
1 2
3 4
-0.1 0.0
0.1
fitted value st
an d
ar d
iz ed
r es
id u
al
1 -1
1
-1 Linear Predictor
w o
rk in
g va
ri at
e
65
Gambar 4.4 Biplot GAMMI-2 dengan fungsi hubung logaritma data serangan hama daun pada kedelai
Biplot interaksi model GAMMI dengan log-link dapat digunakan secara baik untuk menemukan pasangan genotipe kedelai dan pasangan populasi jenis hama
yang mempunyai nilai odds ratio satu atau log odds ratio bernilai nol. Pada Gambar 4.4 kita temui bahwa pasangan tersebut adalah genotipe W80 dan IAC-
80 terhadap hama Bemisia dan Lalat. Garis antar genotipe “hampir” tegak lurus dengan garis antar jenis hama menunjukkan log-odds ratio
“mendekati” nol. Tabel 4.1 dapat memverifikasi bahwa odds ratio antara keduanya mendekati 1.
Artinya W80 dan IAC-80 mempunyai kesamaan, W80 cenderung terserang Bemisia daripada Lalat Kacang Agromyza, demikian pula dengan IAC-80 dalam
skala odds ratio yang sama.
4.4.3 Penerapan pada Percobaan Lapangan Tanpa Inokulasi: Ketahanan Genotipe Kacang Hijau terhadap Penyakit Bercak Daun
Penyakit utama pada tanaman kacang hijau adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamurcendawan seperti bercak daun Cercospora canescens dan
embun tepung Erysiphe polygoni. Penyakit tersebut dapat menurunkan hasil masing-masing 58 dan 40 Hakim 2008. Percobaan multilokasi untuk
pelepasan varietas kacang hijau umumnya menyertakan pengamatan terhadap penyakit ini. Data yang akan digunakan berasal dari percobaan multilokasi oleh
Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Balitkabi di Malang Jawa
IAC -100 Bemisia
IAC -80 Empro
Lampro
Longitarsus Agromyza
W80
Wilis
-1 -0.5
0.5 1
-1 -0.5
0.5 1
Timur. Percobaan ini melibatkan 10 genotipe dan 2 varietas kacang hijau yang ditanam pada 5 lingkungan berbeda yaitu pada kebun percobaan di Probolinggo,
Jombang, Jember, Rasanae, dan Bolo. Percobaan pada petak ukuran 4 × 5 m
2
dengan jarak tanam 40 cm × 10 cm, 2 biji per lubang. Rancangan pada tiap lingkungan adalah acak lengkap, dengan 3 ulangan. Ketahanan terhadap serangan
penyakit bercak daun diamati pada lahan percobaan tanpa diinokulasi. Pencatatan dilakukan dalam persentase serangan, namun kemudian dikalikan dengan total
populasi perpetak ulangan untuk mendapatkan data cacahan bagi keperluan penelitian ini.
Tabel 4.4 Banyaknya tanaman kacang hijau terserang penyakit bercak daun
GENOTIPE LOKASI
PROBOLINGGO JEMBER
JOMBANG BOLO
RASANAE MLG1002
350 175
187 175
140 MLG1004
263 82
117 93
82 MLG1021
263 327
292 268
280 MMC74d-Kp-1
263 198
198 187
210 MMC71d-Kp-2
263 163
163 163
175 MMC157d-Kp-1
348 187
175 198
175 MMC203d-Kp-5
436 280
268 245
257 MMC205e
261 350
292 280
292 MMC100f-Kp-1
393 257
280 292
268 MMC87d-Kp-5
306 303
315 268
303 MURAI
173 152
163 128
152 PERKUTUT
173 350
315 303
315
Tabel 4.5 Uji log-likelihood model GAMMI Poisson untuk data penyakit bercak daun pada kacang hijau
Model Log-Likelihood
G Niliai kritis
db Nilai-p
Status FullModel Rank=4
-217.5668 GAMMI Rank=3
-222.0696 9.00556
15.50731306 8
3.42E-01 ns
ok GAMMI Rank=2
-227.1508 19.16789
28.86929943 18
3.82E-01 ns
ok GAMMI Rank=1
-232.6191 30.10448
43.77297178 30
4.60E-01 ns
ok Main EffectsRank=0
-451.4136 467.69362
60.48088667 44
3.32E-72 bad
Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa penyakit bercak daun merupakan penyakit utama pada kacang hijau. Hampir semua tanaman kacang hijau
berpotensi terserang, sehingga meskipun tanpa inokulasi catatan serangan bercak
67 daun dijumpai pada semua genotipe, termasuk pada varietas pembanding Murai
yang diketahui tahan terhadap bercak daun dan Perkutut yang diketahui agak tahan. Kesepuluh genotipe yang dicobakan memberikan respon yang berbeda
terhadap serangan penyakit bercak daun Tabel 4.4. Penentuan banyaknya suku pada model GAMMI sebaran Poisson untuk
data ketahanan terhadap bercak daun dilakukan dengan uji Log-likelihood, terhadap model penuh Rank=4. Tabel 4.5 menujukkan bahwa model pengaruh
utama aditif tidaklah cukup untuk menjelaskan fenomena ketahanan karena dalam hal ini interaksi sangat menentukan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai-p yang kurang
dari 0.05 baris terakhir Tabel 4.5 artinya model aditif pengaruh utama berbeda dengan model penuh. Dengan demikian model yang seharusnya digunakan adalah
model interaksi multiplikatif. Model interaksi multiplikatif dengan 3 suku, 2 suku atau 1 suku interaksi
dapat menjadi pilihan karena ketiganya memberikan penjelasan yang tidak berbeda secara statistik dengan model penuh. Untuk pertimbangan kesederhanaan
dapat digunakan model GAMMI 1, namun dapat pula digunakan GAMMI 2 dengan pertimbangan kemudahan menggali informasi interaksi melalui Biplot.
Model GAMMI 2 juga memiliki sisaan yang tidak menunjukkan gejala penyimpangan model Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Plot sisaan terhadap nilai dugaan model GAMMI-2 untuk IGL pengamatan penyakit bercak daun pada tanaman kacang hijau
Biplot GAMMI 2 pada Gambar 4.6 memiliki akar ciri 1.3537, 0.2381, 0.2164, 0.1599, 0.0000 dengan total keragaman dari 2 komponen pertama sebesar
80.88. Terlihat bahwa genotipe MLG1004 memilki jarak yang cukup jauh dengan hampir semua Lokasi. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe MLG1004
berpotensi memiliki respon ketahanan yang stabil terhadap serangan bercak daun, kecuali di Probolinggo.
Sementara varietas pembanding Murai yang diketahui memiliki sifat tahan terhadap bercak daun tampak memiliki nilai yang rendah di semua lokasi. Perlu
diperhatikan bahwa yang pertama, angka serangan pada genotipe MLG1004 di lokasi Jember dan Bolo adalah yang paling rendah, lebih rendah dari varietas
Murai yang telah diketahui memiliki sifat tahan. Kedua, pada varietas Murai, angka di Probolinggo dan Jombang relatif tinggi dibanding lokasi lain Tabel 4.4.
Hal ini lah yang menyebabkan posisi Murai pada Biplot lebih dekat ke Jombang, sedangkan MLG1004 terlihat jauh dari semua lokasi.
Gambar 4.6 Biplot GAMMI-2 untuk IGL pengamatan penyakit bercak daun pada tanaman kacang hijau
Secara umum, serangan tampak relatif lebih besar di areal percobaan di Probolinggo secara merata pada semua genotipe, dan justru di sini terlihat bahwa
vairetas Murai dan Perkutut memiliki angka serangan yang rendah. Genotipe di sekitar titik asal justru memilki peluang lebih besar terserang karena jaraknya
relatif merata pada semua lokasi. Genotipe MMC203d-Kp-5 adalah yang memiliki serangan yang hebat hampir pada semua lokasi.
-0.8 -0.6
-0.4 -0.2
0.0 0.2
0.4 -0
.6 -0
.4 -0
.2 .0
.2 .4
.6
KUI 1 K
U I
2 MLG1002
MLG1004 MLG1021
MMC74d-Kp-1 MMC71d-Kp-2
MMC157d-Kp-1
MMC203d-Kp-5 MMC205e
MMC100f-Kp-1
MMC87d-Kp-5 MURAI
PERKUT BOLINGGO
JEMBER
JOMBANG BOLO
RASANAE BOLINGGO
JEMBER
JOMBANG BOLO
RASANAE BOLINGGO
JEMBER
JOMBANG BOLO
RASANAE BOLINGGO
JEMBER
JOMBANG BOLO
RASANAE BOLINGGO
JEMBER
JOMBANG BOLO
RASANAE
69