Konsep Dasar Model Linear Terampat

yang diketahui, sedang j  adalah parameter, yang nilainya tidak diketahui melalui suatu fungsi hubung: . Walaupun setiap pengamatan mungkin mempunyai fungsi penghubung yang berbeda, tetapi hal ini sangatlah jarang sehingga indeks i dalam fungsi g i dapat dihilangkan atau tereduksi menjadi . Tabel 2.1 menyajikan beberapa fungsi hubung kanonik dan sifat hubungannya. Pendugaan parameter j  dalam vektor β dilakukan melalui prosedur iterasi regresi linear terboboti dari fungsi hubung yang terlinearisasi dan dikenakan kepada pengamatan y pada peubah penjelas x . Fungsi hubung terlinearisasi atau fungsi hubung yang disesuaikan atau dalam GLIM dikenal dengan sebutan working variate, z, mempunyai bentuk μ η μ y η z      atau        i i i i y g z McChullagh Nelder 1989, van Eeuwijk 1995, de Falguerolles 1996. Setiap pengamatan juga mempunyai pembobot awal prior weight 1 ] [   i i z Var w , atau 2 μ η μ w V    . Pada setiap putaran iterasi nilai x dan z akan diperbaharui. Metode ini dikenal dengan Iterative Reweighted Least Square disingkat IRLS. Tabel 2.1 Fungsi hubung kanonik dalam model linear terampat SEBARAN RESPON NAMA SIFAT HUBUNGAN Normal Identitas Poisson Log log      g Binomial Logit Binomial Negatif Log Gamma Kebalikan Secara umum, model linear terampat mempunyai karakteristik: 1. Peubah respon, Y , mempunyai sebaran dalam keluarga sebaran eksponensial. 2. Komponen linear atau sistematik yang menghubungkan prediktor linear η ke perkalian antara matriks rancangan X dan parameter β , X β η  .      g              1 log g          k g     log    1    g 19 3. Fungsi penghubung link function  g –yang mengaitkan prediktor linear dengan nilai-nilai dugaan model fitted values – mempunyai sifat monotonik dan diferensiabel.  g ini mendeskripsikan bagaimana rataan respon yang diharapkan dihubungkan dengan η , misalnya X β η  dan 1 Y η μ E g    . 4. Peubah respon boleh mempunyai ragam tidak konstan yang nilainya berubah dengan berubahnya nilai rataannya, 2 i i f    .

2.6 Model AMMI Terampat Generalized AMMI model

Dalam suatu percobaan, respon yang diamati terkadang berupa data kategorik. Hal ini mengakibatkan pendekatan model AMMI menjadi tidak relevan sehingga perlu dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan lain. Untuk kasus ini, metode AMMI juga telah dikembangkan untuk menangani kasus-kasus yang lebih general. Model pendekatannya dikenal dengan nama model Generalized AMMI disingkat GAMMI van Eeuwijk 1995 atau Generalized Bilinear Models disingkat GBM de Falguerolles 1996, Gabriel 1998. Model GAMMI dapat dituliskan sebagai berikut: ∑ √ Model AMMI adalah model GAMMI dengan link identitas dan ragam konstan. Dengan menetapkan nilai  j dan  kj mereduksi model menjadi GLM sepanjang baris, sedang menetapkan nilai  i dan  ki menjadi GLM sepanjang kolom. Karakteristik dari model GAMMI ini dapat menjadi dasar untuk menentukan prosedur pendugaan parameter. Prosedur pendugaan parameter pada GLM lainnya, biasanya menggunakan metode kuadrat terkecil terboboti secara iteratif.

2.6.1 Algoritma Pengepasan Model AMMI Terampat

Pengepasan Model AMMI Terampat dilakukan secara iteratif dengan beberapa tahapan sebagai berikut Van Eeuwijk, 1995: i Menentukan nilai awal untuk pengaruh utama dan interaksi kolom Ketika suatu model GAMMI dengan sumbu K akan disesuaikan dan tidak ada hasil yang didapat dari penyesuaian dengan sumbu M K 1. Modelkan pengaruh utama sebagai berikut:  ij = v +  i +  j 2. Simpan pendugaan j ˆ dari efek utama kolom 3. Pilih skor kolom, kj ˆ , untuk sumbu 1 sampai K skor-skor ini tidak harus sama semua, dan sebaiknya telah distandarisasi dan diortonormalisasi; , ˆ , ˆ 1 1 2 1       J j kj J j kj   untuk k = 1, ..., K, , ˆ ˆ   j k kj   untuk k k ’. Ketika pendugaan parameter dapat digunakan untuk model GAMMI dengan sumbu M K, nilai dari j  ˆ dan kj  ˆ , maka sekarang dengan k mulai dari 1, ..., M, dapat digunakan sebagai nilai awal untuk GLM pada tahap selanjutnya. Untuk nilai kj  ˆ yang dimiliki sumbu M + 1, M + 2, ..., K, nilai dapat dipilih lagi. ii Pendugaan pengaruh utama dan interaksi baris Tentukan j j b  ˆ  dan kj kj d ˆ  , dan modelkan regresi baris       K k kj ki j i ij d b v 1    keterangan: b j diharapkan telah diketahui dan tidak harus diduga d kj menggambarkan peubah pengiring concomitant variable pada faktor kolom. Parameter  i dan  1i ,  2i , ...,  Ki adalah intersep dan slope untuk regresi dari entri baris i pada vektor variabel d 1 , d 2 , ..., d K . Pengaruh utama baris, i  ˆ , tidak perlu dipusatkan dalam proses iterasi, ini mungkin sebaiknya hanya dilakukan setelah konvergen. iii Pemusatan dan pengortogonalan pengaruh interaksi baris    I i ki ˆ 1  , untuk k = 1, ..., K