Tujuan Kerangka Pemikiran Kebaruan Penelitian novelty

5 Beberapa masalah dalam pemodelan Poisson muncul akibat kekhususan sebaran Poisson yang memiliki nilai tengah dan ragam yang sama. Akibat kekhususan ini adanya nilai ekstrim pada pengamatan cacahan akan menyebabkan penyimpangan dari sebaran Poisson yang murni. Nilai ekstrim ini termasuk pengamatan dengan nilai nol. Sebaran Poisson dengan rataan besar selalu diikuti dengan keragaman yang besar pula. Sebaliknya Poisson dengan nilai tengah yang rendah akan menghadapi masalah pada banyaknya pengamatan dengan nilai nol.

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada pemodelan IGL, pada disertasi ini penulis memfokuskan tujuan pada pengembangan kekekaran model AMMI terutama terhadap 1 pengamatan pencilan, dan 2 data cacahan dengan masalah nilai nol.

1.4 Kerangka Pemikiran

Permasalahan pokok yang dikaji dalam penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa model AMMI menghadapai masalah ketaknormalan. Dalam kerangka pikir disertasi ini ketaknormalan dipandang dalam dua perspektif yaitu ketaknormalan karena terdapatnya pengamatan pencilan atau ketaknormalan oleh sebaran data itu sendiri, termasuk di dalamnya pencatatan kualitatifkategorik. Pada masalah pertama, pencilan akan ditangani dengan mengembangkan model AMMI yang kekar pencilan, melalui model Faktor Analitik dengan pendekatan regresi kekar. Sedangkan pada masalah kedua, disertasi ini mengkhususkan pada data kategorik yang bersifat cacahan atau yang menyebar Poisson. Masalah data Poisson pada model AMMI ini telah dipelajari sebelumnya dan pengembangannnya akan menemui masalah nilai nol. Penanganan masalah nilai nol ini dilakukan melalui pendekatan regresi reduksi dimensi. Gambar 1.1 menunjukkan kerangka pikir penelitian disertasi ini. Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

1.5 Kebaruan Penelitian novelty

Hasil pengembangan kekekaran model AMMI pada pengaruh pencilan dan masalah nilai nol data cacahan diharapkan menjadi kebaruan dalam penelitian. Setidaknya dapat disebutkan dua kebaruan dalam disertasi ini yaitu: 1. Penanganan pencilan dalam kajian IGL menggunakan model Faktor Analitik yang kekar pencilan, melalui pendekatan regresi bolak-balik yang kekar. Meskipun telah dikenal sebelumnya pada analisis peubah ganda berdimensi besar namun pengembangan pada analisis interaksi, khususnya IGL, baru diperkenalkan pada penelitian ini. Model AMMI yang kekar terhadap pencilan Model GAMMI Poisson Zero Inflated Poisson Kajian Teori Ketaknormalan Akibat Pengamatan Pencilan Pengamatan Data Cacahan Pengembangan Model Aditif- Multiplikatif Ketaknormalan pada Model AMMI Model Faktor Analitik, Regresi Kekar Pencilan L1 Regression Projection Pursuit Model Umum Interaksi Baris Kolom RCAM, Model Regresi RRVGLM Model GAMMI Masalah Pencilan pada Sebaran Normal Masalah Nilai Nol pada Sebaran POISSON Penerapan Pemodelan pada Data Riil Implementasi Komputasi Pendugaan parameter logit, pengepasan model Uji Diagnostik Kesesuaian Model Identifikasi pencilan, downweighting, pengepasan Model 7 2. Penanganan masalah nilai nol pada data cacahan sebaran Poisson untuk analisis interaksi menggunakan model GAMMI Zero-Inflated Poisson yang dikembangkan melalui pendekatan RR-VGLM menjadi satu hal yang baru. Sebuah penjelasan keterkaitan di antara kedua pengembangan ini bermuara pada sebuah algoritma regresi bolak-balik dengan perbedaan pada kriteria fungsi tujuan regresi dan fungsi pembatas kendalakonstrain yang digunakan. Penjelasan ini memperkaya khasanah pengajaran teori model linear. 9

BAB II. REVIEW PEMODELAN INTERAKSI DAN TOPIK TERKAIT

2.1 Pengantar

Fenotipe dari suatu individu ditentukan oleh genotipe dan lingkungan, kedua pengaruh ini tidak selalu didapati dalam bentuk aditif. Hal ini menunjukkan adanya Interaksi Genotipe × Lingkungan IGL. Adanya IGL membuat keragaan dua atau beberapa genotipe tidak konsisten antar lingkungan yang berbeda. Pengaruh IGL yang signifikan ditunjukkan oleh perubahan pada perbedaan pengaruh magnitude antara dua atau beberapa genotipe pada dua atau beberapa lingkungan yang berbeda Falconer 1952. IGL membuat kesulitan pada pemilihan genotipe terbaik dan paling stabil. Kesulitan oleh adanya IGL ini menjadi perhatian penting pada bidang pemuliaan tanaman terutama untuk menduga dan menyeleksi genotipe-genotipe yang berpenampilan stabil pada berbagai lingkungan berbeda atau beradaptasi spesifik pada lingkungan tertentu.

2.2 Konsep Dasar Stabitilitas Genotipe

Dalam pemuliaan tanaman, konsep stabilitas meliputi dua pengertian, yaitu stabilitas biologis dan stabilitas agronomis Romagosa Fox 1993. Lin et al. 1986 mengidentifikasi tiga konsep ketabilan, yaitu: Tipe 1: Suatu genotipe dikatakan stabil bila memiliki ragam antar lingkungan yang rendah. Kestabilan ini disebut juga stabilitas statis atau stabilitas biologis. Genotipe yang stabil memiliki keragaan yang tidak berubah meskipun ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda. Konsep ini berguna bagi sifat kualitatif qualitative traits, ketahanan penyakit diasese resistance, atau pun untuk karakter cekaman. Statistik yang umum digunakan pada stabilitas tipe ini adalah koefisien keragaman Coefficient of Variation untuk setiap genotipe dan ragam genotipe antar lingkungan . Tipe 2: Suatu genotipe dikatakan stabil bila ia memiliki respon lingkungan yang paralel terhadap rataan respon semua genotipe dalam percobaan. Stabilitas ini disebut stabilitas dinamis atau stabilitas agronomis. Genotipe yang stabil tidak memiliki respon yang menyimpang dari respon semua genotipe secara umum sehingga mengikuti prediksi respon pada lingkungan. Tipe 3: Genotipe dikatakan stabil bila ia memiliki sisaan yang kecil dalam model regresi pada indeks lingkungan. Indeks lingkungan diperoleh dari rataan dari genotipe pada masing-masing genotipe dikurangi rataan umum semua genotipe pada semua lingkungan. Tipe 3 ini merupakan bagian dari stabilitas dinamis atau agronomis.

2.3 Model AMMI

Model AMMI merupakan model yang digunakan sebagai teknik analisis data bagi percobaan dua faktor perlakuan dengan pengaruh utama perlakuan bersifat aditif sedangkan pengaruh interaksi dimodelkan dengan model bilinear. Model multiplikatif bilinear menjembatani kesenjangan antara model pengaruh utama pada ANOVA dan model interaksi lengkap dengan parameter interaksi untuk tiap-tiap sel dalam tabel dua arah. Model AMMI biasa digunakan untuk menganalisis percobaan multi lokasi. Pada dasarnya analisis AMMI menggabungkan analisis ragam aditif bagi pengaruh utama dengan analisis komponen utama ganda dengan pemodelan bilinear bagi pengaruh interaksi yang memanfaatkan SVD pada matriks interaksi Mattjik 2005. Model AMMI merepresentasikan observasi ke dalam komponen sistematik yang terdiri dari pengaruh utama main effect dan pengaruh interaksi melalui suku-suku multiplikatif multiplicative interactions, di samping komponen acak sisaan atau galat. Model AMMI adalah model dengan galat yang normal dengan ragam yang konstan. Model AMMI telah banyak digunakan seiring dengan penerapannya dalam konteks model tetap Crossa et al. 1990. Dalam modelnya, AMMI mengkombinasikan komponen aditif untuk pengaruh utama Genotipe dan Lingkungan dan komponen multiplikatif untuk pengaruh interaksi IGL. Model AMMI menggunakan teknik peubah tunggal, ANOVA, untuk efek utama dan teknik peubah ganda, PCA, untuk efek IGL. Teknik peubah ganda untuk analisis IGL ini menggunakan pemodelan bilinear dengan SVD terhadap matriks interaksi Mattjik Sumertajaya 2006, Mattjik 2005. Crossa et al. 1990 menyatakan