22
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada hasil belajar ranah kognitif dan afektif.
Ranah kognitif berupa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi sumber daya alam, serta ranah afektif berupa penilaian minat siswa
terhadap mata pelajaran IPA.
2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Berdasarkan ciri-cirinya, siswa sekolah dasar termasuk dalam akhir masa kanak-kanak. Ciri akhir masa anak-anak menurut Hurlock 2008: 146
diantaranya yaitu sebagai berikut: 2.1.5.1
Label yang digunakan para pendidik 1
Usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan penting tertentu. 2
Periode kritis dalam dorongan berprestasi. Masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Perilaku
berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.
2.1.5.2 Label yang digunakan ahli psikologi
1 Usia berkelompok. Masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan
diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya.
2 Usia penyesuaian diri. Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui
kelompok.
23
3 Usia kreatif. Suatu masa dalam rentang kehidupan di mana akan ditentukan
apakah anak-anak menjadi pencipta karya yang baru atau orisinal. 4
Usia bermain. Alasannya adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain, bukan karena banyaknya waktu mereka untuk bermain.
Menurut Kurniawan 2007 karakteristik dari anak usia sekolah dasar ada 4 empat. Karakteristik pertama anak SD yaitu suka bermain. Karakteristik ini
menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan. Kedua yaitu senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-jam,
sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Ketiga yaitu senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan
kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar
tidak tergantung pada diterimanya di lingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat sportif. Hal ini
berimplikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.
Kempat yaitu senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD
memasuki tahap operasional konkret. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya
dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya
24
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Selain itu Sapriati dkk 2008: 2.5 menjelaskan bahwa siswa SD pada umumnya berada dalam usia yang masih senang bermain, senang melakukan
kegiatan, memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka tertarik untuk melakukan penggalian, melakukan kegiatan, melakukan permainan, mendapatkan
pengalaman yang bervariasi, memenuhi rasa keingintahuannya.
2.1.6 Pembelajaran Konvensional