24
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Selain itu Sapriati dkk 2008: 2.5 menjelaskan bahwa siswa SD pada umumnya berada dalam usia yang masih senang bermain, senang melakukan
kegiatan, memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka tertarik untuk melakukan penggalian, melakukan kegiatan, melakukan permainan, mendapatkan
pengalaman yang bervariasi, memenuhi rasa keingintahuannya.
2.1.6 Pembelajaran Konvensional
Ujang Sukandi dalam Sunarto 2009 menyatakan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang
konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih
banyak mendengarkan. Dari penjelasan tersebut pada pendekatan pembelajaran konvensional terlihat dalam proses pembelajaran yang lebih banyak mendominasi
yaitu gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.
Menurut Brooks dan Brooks 1993 dalam Warpala 2009 penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan
pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pembelajaran konvensional dapat dimaknai sebagai
pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah
25
dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep bukan kompetensi Sunarto 2009.
Sesuai dengan pendapat Sunarto 2009 bahwa pembelajaran konvensional dipandang efektif, terutama apabila digunakan untuk:
1 Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.
2 Menyampaikan informasi dengan cepat.
3 Membangkitkan minat akan informasi.
4 Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.
Sunarto 2009 menjelaskan beberapa kelemahan dari pembelajaran konvensional yaitu sebagai berikut:
1 Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.
2 Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa
yang dipelajari. 3
Pembelajaran konvensional cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis.
4 Pembelajaran konvensional mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu
sama dan tidak bersifat pribadi. Selain beberapa kelemahan dari pembelajaran konvensional seperti yang
sudah dijelaskan di atas, Gulo 2008: 140-141 juga berpendapat mengenai kelemahan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah yaitu diantaranya
ceramah cenderung pada pola stratei eskpositori yang berpusat pada guru. Pola komunikasi cenderung satu arah sehingga sukar bagi guru untuk mengetahui
dengan pasti sejauh mana siswa dapat memahami informasi yang telah disampaikan. Metode ceramah cenderung menempatkan siswa pada posisi sebagai
26
pendengar dan pencatat. Dilihat dari taksonomi tujuan pengajaran, ceramah hanya mampun mengembangkan kemampuan siswa pada tingkat pengetahuan sampai
dengan pemahaman.
2.1.7 Strategi, Model, Metode dan Teknik Pembelajaran