Metode 1. Waktu dan Tempat Penelitian

Basarang, Kapuas Timur, Kapuas Murung, Kapuas Barat, Selat, Kapuas Kuala, Kapuas Tengah, Pasak Talawang dan Timpah 4.2.2. Pengumpulan Data Data yang digunakan untuk membangun model Indeks Kerawanan Kebakaran berupa peta digital; sebaran titik panas hotspot tahun 2009 dari satelit Terra Aqua MODIS, batas administrasi Kabupaten Kapuas, peta tutupan lahan tahun 2009 Kemenhut 2010, peta jaringan jalan, peta jaringan sungai, peta sebaran pusat desa, peta sebaran gambut dan peta sistem lahan RePPProt. Peta sebaran titik panas hotspot Terra Aqua MODIS diperoleh dari NASA National Aero Space Administration yang dapat diakses di situs Fire Information for Resource Management System FIRMS yang bisa diakses secara gratis pada tautan https:earthdata.nasa.govdatanear-real-time-datafirmsactive- fire-data . Peta batas administrasi kecamatan diperoleh dari hasil digitasi peta batas administrasi Kabupaten Kapuas dari Badan Perencanaan dan Pembagunan Daerah Kabupaten Kapuas Bappeda Kapuas dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Peta jaringan jalan, jaringan sungai dan pusat desa diperoleh dari Badan Perencanaan dan Pembangungan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Bappeda Kalteng sedangkan Peta Sebaran gambut diperoleh dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Kalimantan Tengah BKSDA Kalteng.

4.3. Metode Penelitian

Metode penentuan tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan menggunakan Analisis Pemetaan Komposit Composite Mapping AnalysisCMA dengan modifikasi dari yang dikembangkan oleh Jaya et al 2008. Langkah-langkah penentuan Tingkat Kerawanan Kebakaran adalah sebagai berikut :

4.2.1. Pengkelasan masing ‐masing

Masing ‐masing faktor yang akan digunakan dalam penyusunan model, dibagi ke dalam beberapa kelas seperti tercantum pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Pengkelasan faktor yang akan digunakan dalam menyusun model Peubah Faktor Kelas X1 TutupanPenggunaan Lahan Hutan Lahan Kering Sekunder Pertambangan Pertanian Lahan Kering Campur Semak Semak Belukar Pertanian Lahan Kering Tubuh Air Sawah Hutan Rawa Sekunder Pemukiman Rawa Tanah Terbuka Semak Belukar Rawa X2 Jarak terhadap sungai Buffer dengan interval 1000 m 1km X3 Jarak terhadap jalan Buffer dengan interval 1000 m 1km X4 Jarak terhadap pusat desa Buffer dengan interval 1000 m 1km X5 Tingkat Ketebalan Gambut Non-gambut Sangat Dangkal Dangkal Sedang Dalam Sangat Dalam Sangat Dalam Sekali X6 Sistem Lahan Mountains MOU Tidal mangrove and nipah TMN Steep volcanic plugs SVP Undulating plains with several wide valleys UPV Hillocky plain HP Steep hills SHI Rolling plain and sandy remnants RPS Terrace remnant TER Hillocky plains with cuesta-shaped ridges HPC Dissected dip slopes odf cuestas DDS Hills with moderately steep dip and steep scarp slopes HMS Undulating sandy terraces UST Meander belts within very wide river floodplains MBW Permanently waterlogged plains PWP Steep narrow ridges SNR Alluvial floodplains between swamps AFS Swampy floodplains mainly within terraces SFM Peat basin margins PBM Peat-covered sandy terraces PCS Peat basins or domes PBD 4.2.2. Penentuan bobot Penentuan bobot suatu spasial yang dilakukan secara empiris adalah dengan metode Analisis Pemetaan Komposit Composite Mapping AnalysisCMA Jaya et al 2008. Dalam kasus ini hubungan antara jumlah hotspot per km 2 kepadatan