Sebaran Hotspot menurut Jarak dari Sungai di Kabupaten Kapuas

Gambar 3.7. Kepadatan hotspot menurut Jarak dari Sungai di Kabupaten Kapuas Tahun 2001-2011 Gambar 3.8. Jumlah Hotspot menurut Jarak dari Sungai di Kabupaten Kapuas Tahun 2001-2011 0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 K K e padat an H ot spot HS km 2 Tahun 1 km 2 km 3 km 4 km 5 km 6 km 7 km 8 km 9 km 10 km 11 km 12 km 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Ju m lah Hot sp o t Tahun 1 km 2 km 3 km 4 km 5 km 6 km 7 km 8 km 9 km 10 km 11 km 12 km Menurut Hecker 2005 dan Hoojier et al. 2008 lebih dari 4000 km kanal telah dibangun di areal lahan gambut di Eks PLG yang menyediakan akses yang memungkinkan banyak aktivitas masyarakat bisa dilakukan. Pembuatan kanal menyebabkan areal lahan gambut di sekitarnya lebih kering dari sebelumnya dan sangat rawan terbakar. Penelitian Soewarso 2003 di hutan rawa gambut di Sungai Sugihan juga menemukan bahwa semakin dekat sungai dan kanal semakin tinggi peluang terjadi kebakaran

3.3.3.4. Sebaran Hotspot menurut Jarak dari Jalan di Kabupaten Kapuas

Jarak dari jalan diperoleh dengan membuat buffer jalan setiap dengan lebar 1 km per buffer. Berdasarkan Gambar 3.9 dan 3.10, kepadatan dan jumlah hotspot semakin tinggi dengan makin dekatnya dengan jalan. Semakin dekat dengan jalan semakin tinggi kepadatan dan banyak jumlah hotspot. Sebaliknya, semakin jauh dari jalan, semakin rendah kepadatan dan sedikit jumlah hotspot. Jalan menyediakan akses bagi masyarakat dan perusahaan untuk melakukan beragam aktivitas yang menyebabkan rawannya lahan terbakar. Aktivitas yang menyebabkan lahan terbakar berdasarkan survei lapangan dan wawancara yaitu aktivitas merokok, pembakaran laan untuk pembukaan ladang atau kebun serta pembakaran lahan untuk klaim penguasaan lahan. Analisis Boer et al. 2007 juga menunjukkan bahwa dalam porsi yang signifikan kebakaran di Kalimantan Tengah terjadi dekat dengan jaringan jalan, yang juga bisa menduga penyebab penting dari kebakaran Hasil analisa spasial juga menemukan bahwa pada tahun-tahun dimana curah hujan tinggi dan hotspot terpantau lebih sedikit, kebakaran terjauh terjadi pada lokasi 5-6 km. Seperti yang terjadi pada tahun 2008 dan tahun 2010, dimana jumlah hotspot relatif sangat rendah, hotspot hanya terpantau paling jauh pada jarak 4-6 km dari jalan. Namun pada tahun 2011 terlihat bahwa kepadatan hotspot tertinggi sedikit ke arak 2 km dari jalan. Hal ini diduga lahan-lahan yang paling dekat dengan jalan sudah banyak yang terbakar sehingga aktivitas yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan bergeser ke jarak sedikit jauh dari jalan. Gambar 3.9. Kepadatan Hotspot menurut Jarak dari Jalan di Kabupaten Kapuas Tahun 2001-2011 0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 K ep adat an H ot spo t H S k m 2 Tahun 1 km 2 km 3 km 4 km 5 km 6 km 7 km 8 km Gambar 3.10. Jumlah Hotspot menurut Jarak dari Jalan di Kabupaten Kapuas Tahun 2001-2011 3.3.3.5. Sebaran hotspot menurut jarak dari pusat Desa di Kabupaten Kapuas Kebakaran hutan dan lahan yang diindikasikan dari kepadatan dan jumlah hotspot juga menghasilkan sebaran berdasarkan jarak dari pusat desa. Jarak dari pusat desa dibuat berdasarkan buffer dari titik koordinat pusat desa tiap 1 km. Jarak terjauh dari pusat desa adalah 32 km seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.11 dan Gambar 3.12. Berdasarkan Gambar 3.11 dan Gambar 3.12 terlihat bahwa kepadatan dan jumlah hotspot tertinggi berada pada jarak yang agak jauh dari pusat desa yaitu 3- 5 km. Pada tahun dimana kejadian kebakaran tinggi yaitu tahun 2002, 2006 dan 2009, hotspot dengan jumlah terbanyak terdapat di area 5 km dari pusat desa. Demikian pula pada kepadatan hotspot, pada ketiga tahun tersebut,kepadatan tertinggi terdapat di area agak jauh dari pusat desa yaitu 6-10 km. Namun pada tahun 2011, kepadatan hotspot tertinggi bergeser ke jarak yang agak dekat dengan pusat desa. Jumlah hotspot pada jarak terdekat, yaitu 1 km dari pusat desa yaitu antara 3-58 hotspot dari tahun 2001- 2011 dengan kepadatan 0.0052 – 0.1022 hotspotkm2. Pada Jarak 21 - 32 km dari pusat desa, hotspot yang terdeteksi pada tahun 2001-2011 yaitu sebanyak 0-59 hotspot. Hal ini menandakan bahwa jumlah hotspot yang sangat dekat dan yang sangat jauh dari pemukiman atau desa memiliki kisaran jumlah yang tidak berbeda jauh. Hal ini diduga karena pada lokasi dekat dengan pusat desa, masyarakat merawat dan memonitor lahannya dari bahaya kebakaran hutan dan lahan. Adapun lahan yang jauh dari pusat desa yang tidak banyak ditemukan hotspot diduga disebabkan oleh jarak yang menyulitkan untuk melakukan kegiatan yang bisa dipantau. Perkembangan berikutnya tahun 2011, hotspot terpadat mulai mendekat jaraknya dengan pusat desa. Hal ini diduga karena luas areal desa baik itu lahan pemukiman maupun 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Ju m lah Hot sp o t Tahun 1 km 2 km 3 km 4 km 5 km 6 km 7 km 8 km 9 km 10 km