4 PENENTUAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KABUPATEN KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
4.1. Pendahuluan
Upaya strategis yang sangat penting dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah pencegahan. Pencegahan yang bersinergi dengan upaya
pemadaman dan tindakan pasca kebakaran merupakan aspek yang akan mendukung keberhasilan pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Salah satu
usaha untuk melakukan pencegahan kebakaran hutan diantaranya adalah melalui sistem peringatan dini.
Sistem peringatan dini merupakan terminologi yang umum dipakai dalam manajemen risiko bencana. Menurut UNISDR 2009, sistem peringatan dini
merupakan serangkaian kapasitas yang diperlukan untuk menghasilkan dan menyebarkan informasi peringatan yang bermakna tepat pada waktunya untuk
memungkinkan orang-perorangan, masyarakat dan organisasi yang terancam ancaman bahaya untuk bersiap dan mengambil tindakan secara tepat dan dalam
waktu yang memadai untuk mengurangi kemungkinan kerugian atau kehilangan. Definisi ini mencakup berbagai faktor yang diperlukan untuk mewujudkan respon
yang efektif terhadap peringatan. Sistem peringatan dini berbasis pada masyarakat adalah sistem yang berpusat pada masyarakat yang terdiri dari empat elemen
kunci: pengetahuan tentang risiko, pemantauan, analisis dan peramalan ancaman bahaya, komunikasi atau penyebaran pesan siaga dan peringatan, dan kemampuan
setempat untuk merespons pada peringatan yang diterima. Ungkapan sistem peringatan dari hulu ke hilir juga digunakan untuk memberi penekanan pada
sistem-sistem peringatan dini yang perlu mencakup semua tahapan mulai dari deteksi ancaman bahaya hingga respons masyarakat.
Salah satu instrumen sistem peringatan dini dalam pengendalian kebakaran hutan dalan lahan yang digunakan adalah peta tingkat kerawanan kebakaran hutan
dan lahan. Dalam peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan, terdapat informasi penting tentang luas dan sebaran wilayah sesuai tingkat kerawanannya. Peta
kerawanan kebakaran juga merupakan alat yang bisa membantu kegiatan pemantauan kondisi wilayah dan aktifitas masyarakat di daerah rawan. Penentuan
wilayah rawan kebakaran sangat penting untuk penerapan sistem peringatan dini yang lebih tepat di wilayah yang lebih mendesak untuk diterapkan. Selain itu peta
tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan bisa dijadikan instrumen untuk menduga faktor-faktor kunci yang menyebabkan terjadinya kebakaran di suatu
wlayah tertentu dengan mempertimbangkan berbagai faktor.
Tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan dapat dibuat dengan menggunakan pemodelan hubungan antara kejadian kebakaran hutan dan lahan
dengan faktor ‐faktor yang mempengaruhinya. Faktor‐faktor tersebut sebagian
besar bereferensi keruangan sehingga pemodelan ini dapat didekati dan dibangun dalam suatu sistem informasi geografi.
Saat ini sudah berkembang penelitian tentang penentuan daerah rawan kebakaran kebakaran hutan dan lahan dengan memakai berbagai macam peta yang
dilengkapi dengan tingkat kerawanan bahaya kebakaran. Penelitian Jaya et al. 2008 tentang model spapsial tingkat kerawanan kebakaran hutan di Kalimantan
Tengah menemukan dengan metode Composite Mapping Analysis CMA
menemukan bahwa sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah berada pada kelas kerawanan sangat tinggi sampai ekstrem. Dalam penelitian tersebut juga
dijelaskan bahwa faktor yang diwakili oleh jarak dari desa dan jarak dari jalan merupakan faktor yang berkontribusi sebesar 52 dalam model dibandingkan
faktor biofisik yaitu tutupan lahan yaitu sebesar 48.
Penelitian tekait penentuan tingkat kerawanan kebakaran secara spasial juga ditunjukkan oleh beberapa penelitian. Soewarso 2003 yang membuat model
prediksi pencegahan kebakaran gambut di Sumatera Selatan menemukan bahwa jarak dari sungai dan jara dari lahan pertanian berperan significan dalam tingkat
kerawanan kebakaran gambut. Demikian pula yang ditemukan oleh Jaya et al. 2007 dimana menyebutkan bahwa faktor aktivitas manusia seperti jarak, dari
sungai sungai dan penggunaan lahan merupakan faktor penting yang menjelaskan aktivitas kebakaran.
Penentuan areal kebakaran hutan dan lahan juga merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Kebijakan
pemerintah yang terkait kebakaran hutan dan lahan salah satunya dimuat pada Peraturan Menteri Kehutanan Permenhut No. 12 Tahun 2009 tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan. Permenhut No. 12 2009 ini memaparkan tentang ruang Lingkup pengendalian kebakaan hutan mencakup pencegahan, pemadaman
dan penanganan pasca. Terkait sistem pringatan dini kebakaran hutan, dalam pasal 5 disebutkan bahwa kegiatan pencegahan kebakaran hutan pada tingkat
nasional yang meliputi; a membuat peta kerawanan kebakaran hutan, b mengembangkan sistem informasi kebakaran hutan, c kemitraan dengan
masyarakat, d menyusun standar peralatan pengendalian kebakaran hutan, e menyusun program penyuluhan dan kampanye pengendalian kebakaran hutan dan
f menyusun pola pelatihan pencegahan kebakaran hutan.
Kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah saat ini cukup mendapat perhatian baik pada skala lokal, nasional maupun
internasional. Seperti yang dilaporkan oleh Wetland International bahwa Kebakaran di tahun 2002, 2007, 2009 dan 2011 WIIP, 2007 dan Kemenhut,
2011 di areal Eks PLG mengganggu aktifitas masyarakat dan memperparah kerusakan ekosistem lahan gambut. Jaya et al. 2008 menyebutkan bahwa
kabupaten Kapuas merupakan daerah yang termasuk dalam kelas resiko atau kerawanan kebakaran sangat tinggi extremly risk di Kalimantan Tengah.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan varibel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan, menentukan
model spasial tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan serta menentukan sebaran areal kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kapuas Provinsi
Kalimantan Tengah.
4.2. Metode 4.2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah pada bulan April 2012
– September 2012. Pengumpulan data lapangan untuk groundcheck dilakukan pada 11 kecamatan tersebut yaitu Mantangai, Dadahup,