Kepadatan Hotspot dan Skor Komposit Model Z

Bobot tertinggi hingga terendah dari tiga variabel penyusun kebakaran hutan dan lahan dari model Z adalah kedalaman gambut, tutupan lahan dan jarak ari jalan yaitu masing-masing sebesar 73.0, 16.1, 10.9, Kedalaman gambut memiliki bobot tertinggi dibandingkan peubah lain sama seperti pada model Z. Pada model 2 variabel dilihat dari besarnya R 2 hubungan skor komposit variabel penduga model dengan kepadatan hotspot besarnya tidak jauh berbeda dengan model 1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.7. Hubungan antara kepadatan hotspot skor komposit peubah penduga model Z X1, X3 dan X5 ditunjukkan oleh R 2 sebesar 50.3 . Gambar 4.7. Hubungan antara skor komposit variabel model Z X1 X3 X5 dan kepadatan hotspot 4.3.3. Uji Signifikansi Hasil uji signifikansi pada Tabel 4.9 antara kepadatan hotspot aktual hasil obserrvasi dengan kepadatan hotspot model dari model Z didapatkan model tidak memiliki perbedaan nyata karena z hitung lebih kecil dari z kritisnya pada taraf nyata 5. Oleh sebab itu, model Z dapat digunakan untuk menduga tingkat kepadatan hotspot. y = 0.4737x + 0.3041 R² = 0.5032 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 K e p ad atan Hot sp o t M o d e l H o tsp o t K m 2 Kepadatan Hotspot Observasi HotspotKm2 HD_RAD10KM Linear HD_RAD10KM Tabel 4.9. Hasil Uji Z Test two sample for mean untuk model Z Nilai dugaan hotspot hasil observasi Nilai dugaan hotspot hasil model Z Nilai Tengah 0.7038 0.6375 Varian 0.1815 0.0809 Jumlah Pengamatan 10 10 Perbedaan Nilai Tengah hipothesis Z 0.4092 P Z=z one-tail 0.5 Z Critical one-tail 1.6449 P Z=z two-tail 1 Z Critical two-tail 1.9600 Model Z memberikan hasil dugaan kepadatan hotspot yang tidak berbeda dengan kepadata hotspot observasi P = 1 , berdasarkan nilai uji z ‐test two sample mean pada Tabel 4.9. Dengan demikian model tersebut dapat diuji akurasinya dengan menghitung matrik koinsidensinya. 4.3.4. Verifikasi Model dan Uji Akurasi Model Model yang terbangun untuk menduga tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan kemudian dilakukan uji akurasi sehingga dapat diketahui seberapa besar kesesuaian antara model dengan kondisi sebenarnya. Pengkelasan tingkat kerawanan dibuat 2 kelompok pada masing-masing model yaitu 3 kelas dan 5 kelas. Pembagian kelas menggunakan metode natural break pada perangkat pengolah sistem informasi geografis. Kepadatan hotspot tahun 2009 dengan confidence 50 digunakan sebagai referensi untuk uji akurasi dengan menggunakan confusion matrix atau matrik kesalahan dengan cara menampalkan antara poligon area referrensi dengan peta model kebakaran. Hasil uji akurasi menunjukkan bahwa pengkelasan ke dalam tiga kelas meningkatkan akurasi dari 57.7 menjadi 78.8 Tabel 4.10. Tabel 4.10. Matrik koinsidensi model Z dan hotspot hasil observasi Jumlah Kelas Akurasi 5 kelas 57.7 3 kelas 78.8 4.3.5. Model Tingkat Kerawanan Tingkat kerawanan di Kabupaten Kapuas Provinisi Kalimantan Tengah yang dibangun terdiri dari beberapa variabel penyusun dengan bobot tertentu. Berdasarkan Tabel 21 dan Tabel 22 diperoleh persamaan matematis dari bobot varibel tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kapuas sebagai berikut : Model Z = 0.161x 1 + 0.109x 3 + 0.730x 5 dimana, x 1 adalah bobot variabel tutupan lahan x 3 adalah bobot variabel jarak dari jalan x 5 adalah bobot varibabel ketebalan gambut Berdasarkan persamaan matematis di atas maka bobot yang terkait dengan faktor aktifitas manusia dan faktor biofisik dapat ditentukan. Di Kabupaten Kapuas, faktor aktivitas manusia faktor memiliki bobot sebesar 27.0 jarak dari jalan dan tutupan lahan, sedangkan faktor biofisik memiliki bobot sebesar 73.0 ketebalan gambut. Pada permodelan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah seperti yang ditunjukkan oleh studi Jaya et al. 2008, faktor aktivitas manusia seperti jarak, dari sungai sungai dan penggunaan lahan merupakan faktor penting yang menjelaskan aktivitas kebakaran. Berdasarkan model komposit tingkat kerentanan kebakaran hutan dan lahan dengan jumlah tiga variabel dalam menduga aktivitas kebakaran, lahan gambut memegang peran paling penting dalam kebakaran hutan dan lahan dimana memiliki bobot hampir 75. Ini menunjukkan bahwa lahan gambut adalah lahan yang sangat rentan terbakar di Kabupaten Kapuas sehingga menjadi pusat perhatian dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Tutupan lahan dan jarak dari jalan juga menjadi variabel penting untuk pertimbangan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Thoha 2007 juga menemukan bahwa kedalaman gambut merupakan variabel yang berperan penting dalam menentukan peluang kebakaran lahan gambut. Faktor tutupan lahan yang dalam penelitian ini juga berhubungan dengan aktifitas manusia seperti pemukiman, pertambangan, persawahan, pertanian lahan rawa dan pertanian lahan kering. Faktor jalan sangat penting dalam terjadinya kebakaran hutan dan lahan karena berhubungan dengan akses masyarakat dalam memanfaatkan lahan. Antara faktor aktifitas manusia dan faktor biofisik saling berinteraksi satu sama lain. Faktor biofisik hanya menyediakan kondisi ketersediaan bahan bakar dan kemudahan terbakar pada suatu areal. Adapun terbakar atau tidaknya suaru kawasan, sangat ditentukan oleh aktifitas manusia yang dilakukan di atas lahan dengan karakteristik tertentu. Model tingkat dan zona kerawanan kebakaran hutan dan lahan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif empiris dengan metode analisis pemetaan komposit Composite Mapping AnalysisCMA. Model dibangun berdasarkan nilai skor komposit, disusun dengan persamaan statistik yang menggambarkan hubungan antara jumlah hotspot per km2 y dengan skor komposit faktor-faktor penyusunnya x. Adapun model Z yang terbangun adalah sebagai berikut : y = 1.015x 3 - 2.987x 2 + 2.875x - 0.122 yang merupakan model polinomial dengan koefisien determinasi R 2 sebesar 73.8 di mana y merupakan tingkat kepadatan hotspot sedangkan x merupakan skor komposit model Z. Adapun peta tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan untuk model Z disajikan pada Gambar 4.8. Gambar 4.8. Sebaran hotspot kiri serta Peta Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan hasil Model Z dengan 3 tingkat kerawanan tengah dan 5 kelas tingkat kerawanan kanan Berdasarkan perhitungan luas, diperoleh bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Kapuas diliputi oleh areal denga tingkat kerentanan atau kerawanan kebakaran yang rendah untuk 5 kelas dan sedang untuk 3 kelas. Disribusi luas area rawan kebakaran berdasarkan kelas, skor dan kepadatan hotspot di Kabupaten Kapuas yang diperoleh dari model Z disajikan pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12. Tabel 4.11. Luas Kebakaran dengan lima tingkat kerawanan model Z Tingkat Kerawanan Luas ha Skor Komposit Kepadatan Hotspot Prosentase Luas Sangat rendah 433431.6450 10.00 – 19.57 0.082- 0.151 26.49527 Rendah 700498.7810 19.57 – 27.91 0.151-0.291 42.82084 Sedang 248374.4780 27.91 - 42.10 0.291-0.539 15.1829 Tinggi 163970.5580 42.10 – 65.29 0.539-0.929 10.02337 Sangat Tinggi 89607.4460 65.29 - 100.00 0.929-1.678 5.47762 Tabel 4.12. Luas Kebakaran dengan tiga tingkat kerawanan model Z Tingkat Kerawanan Luas ha Skor Komposit Kepadatan Hotspot Prosentase Luas Rendah 1133930.4260 10.00 – 27.91 0.082- 0.0291 69.3161 Sedang 412345.0360 27.91 – 42.10 0.091 – 0.539 25.2063 Tinggi 89607.4460 42.10- 100.00 0.539 – 1.678 5.4776

4.3.6. Sebaran Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan

Berdasarkan nilai akurasi model Z Tabel 4.10, maka dipilih model Z dengan 3 kelas untuk memetakan tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Pemilihan 3 kelas tingkat kerawanan karena secara distribusi sebaran tingkat kerawanan mewakili sebaran hotspot. Pada peta tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan dengan 5 kelas sebaran tingkat kerawanan tidak mengikuti pola kepadatan hotspot khususnya di wilayah utara Kabupaten Kapuas. Gambar 4.14. Penentuan 3 tingkat kerawanan berdasarkan penyatuan peta kerawanan 5 kelas menjadi 3 kelas yaitu kelas sangat rendah dan rendah menjadi rendah, sangat tinggi dan tinggi menjadi tinggi, sedangkan kelas sedang tetap menjadi sedang. Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan Gambar 4.14 sebagian besar wilayah Kabupaten Kapuas memiliki areal dengan tingkat kerawanan rendah sebesar 69.31 dari total luas, sedangkan pada tingkat kerawanan sedang dan tinggi seluas masing-masing 25.21 dan 5.48 dari total luas Kabupaten Kapuas. Sebaran tingkat kerawanan dianalisis menurut sebaran kecamatan, sebaran kedalaman gambut dan sebaran tutupan lahan. Hasil analisis spasial sebaran tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan menurut administrasi kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.9. Tabel 4.13. Luas tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan per kecamatan di Kabupaten Kapuas Kecamatan Luas Tingkat Kerawanan ha Rendah Sedang Tinggi Jumlah Basarang 12770.435 9860.779 22631.214 22631.214 Bataguh 34947.937 10137.506 - 45085.443 Dadahup 5363.907 22425.139 4516.074 32305.12 Kapuas Barat 12823.485 32411.414 - 45234.899 Kapuas Hilir 4305.98 3362.214 - 7668.194 Kapuas Kuala 40055.163 - - 40055.163 Kapuas Murung 20519.525 16396.405 - 36915.93 Kapuas Tengah 172644.052 1101.393 - 173745.445 Kapuas Timur 14566.636 347.028 - 14913.664 Kapuass Hulu 138829.746 38.585 - 138868.331 Mandau Talawang 134069.362 690.169 - 134759.531 Mantangai 266092.829 261003.62 85119.293 612215.742 Pasak Talawang 97818.443 324.263 - 98142.706 Pulau Petak 16324.113 1381.566 - 17705.679 Selat 5002.588 1008.061 - 6010.649 Tamban Catur 8752.912 - - 8752.912 Timpah 148937.389 51841.762 - 200779.151 Total 1133824.502 412329.904 89635.367 1635789.773 Berdasarkan sebaran yang ditunjukkan oleh Tabel 4.13 dan Gambar 4.9 terlihat bahwa wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi terdapat di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Basarang, Dadahup dan Kecamatan Mantangai. Seluruh wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi berada di areal lahan gambut. Kecamatan Mantangai sebagian besar wilayahnya terdapat di lahan gambut bekas areal Eks PLG Pengembangan Lahan Gambut Sejuta Hektar. Demikian juga kecamatan Dadahup yang hampir semua wilayahnya merupakan berada di areal transmigrasi yang berlahan gambut. Kecamatan Basarang juga berada di areal tranmigrasi dengan dominasi lahan pertanian di areal transmigrasi bergambut sedang sampai tipis. Penelitian Sidiyasa 2012 menemukan bahwa wilayah Eks PLG di kecamatan Mantangai khususnya di bagian selatan sebagian besar mengalami kerusakan berat akibat pembuatan kanal untuk mengeringkan lahan gambut. Hampir tiap tahun di areal ini terjadi kebakaran di musim kemarau. Gambar 4.9. Sebaran tingkat kerawanan kebakaran per kecamatan di Kabupaten Kapuas Berdasarkan sebaran luas menurut kedalaman gambut, sebagian besar daerah dengan tingkat kerawanan sangat tinggi dan sangat tinggi sekali berada di kedalaman dangkal dan sangat dalam sekali. Hasil analisis sebaran luas berdasarkan kedalaman gambut disajikan pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.10. 0.000 50000.000 100000.000 150000.000 200000.000 250000.000 300000.000 350000.000 400000.000 Bas ar an g Bat agu h Dad ah u p Kap u as Bara t Kap u as H il ir Kap u as Ku al a K ap u as Mu ru n g Ka p u a s T en ga h Kap u as T im u r Ka p u a ss H u lu Ma n d au T al a w an g Ma n ta n gai Pa sa k T al a w an g Pu lau P e ta k Se lat T amb an C at u r T im p ah L uas H a Kecamatan Sedang