51
sehingga menyebabkan pedagangtoke dengan leluasa dapat mempermainkan dalam menetapkan harga sapi potongnya.
Ketergantungan peternak terhadap pedagang lokaltoke dalam memasarkan ternaknya cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya : a skala usaha yang relatif kecil, sehingga biaya angkutan ke pasar tidak efisien; b transaksi didasarkan pada taksiran pembeli karena tidak ada
patokan yang jelas dalam penentuan harga serta kurangnya pengetahuan peternak dalam menaksir berat badan ternaknya; c adanya sistim ijon sehingga peternak
mau tidak mau harus menjualnya kepada pedagang tersebut
c. Analisis Pesaing dan Peluang Pasar
Usaha ternak sapi potong dilihat dari pesaing usaha dapat dikatakan cukup tinggi. Hal ini tercermin dari jumlah peternakan sapi potong yang cukup banyak.
Informasi ini mengindikasikan tingginya minat peternak untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong, akan tetapi jumlah peternak yang cukup banyak tersebut
tidak menimbulkan persaingan yang terlalu ketat. Persaingan yang terjadi bersifat sehat dan saling melengkapi. Artinya sesama pelaku usaha sapi potong saling
menginformasikan jika ada yang disesuaikan dengan daya beli konsumen. Usaha ternak sapi potong masih memiliki prospek yang cukup
menjanjikan. Dalam negeri sendiri belum dapat terpenuhi kebutuhan dagingnya merupakan pasar regional produk ternak dan tidak dapat dipenuhi oleh Indoensia.
Hasil wawancara dengan kelompok tani ternak , selama masih ada permintaan daging sapi, usaha ini masih sangat menjanjikan keuntungan untuk
dikembangkan. Apalagi melihat pola hidup masyarakat dewasa ini mengarah kepada tingkat hidup yang lebih sejahtera. Selain sapi potong sebagai sumber
pendapatan dapat juga menjual produk lain seperti kotoran ternak yang digunakan sebagai pupuk organik. Hal ini menjadi peluang karena dapat
memberikan potensi pendapatan tambahan.
d.Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran yang diterapkan oleh kelompok tani penerima program dana Bantuan Langsung Masyarakat BLM meliputi price, product, place, dan
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
promotion. Tujuan menerapkan bauran pemasaran diharapkan mengetahui tingkat intensitas persaingan sesama pelaku usaha. sehingga produk yang dihasilkan
ketika dipasarkan dapat ditrima oleh konsumen. Selain itu menguntungkan bagi pelaku usaha yang akan menjalankan suatu usaha.
Pemasaran ternak sapi potong membentuk jaringan tataniaga yang sangat komplek. Jaringan tataniaga ini terbentuk mulai tingkat desa
peternak sampai konsumen. Yang berperan langsung adalah pedagang pengumpul atau Agen.
Dalam mendistribusikan produk yang dihasilkan, pihak Dinas Pertanian ikut serta membantu pemasaran ternak kelompok tani khususnya pada hari hari
besar islam Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha. Mekanisme pemasaran yang terdapat di daerah penelitian seperti
terlihat pada Gambar 3 berikut ini.
Pedagang
Gambar 3. Mekanisme pemasaran sapi potong didaerah penelitian
Petani dalam melakukan penjualan ternak biasa dilakukan di kandang masing – masing. Pedagang pengumpul agen diundang atau datang sendiri
untuk melakukan penawaran, bila tidak terjadi kesepakatan maka petani mengundang pedagang pengumpul yang lain sebagai pembanding. Cara
pembayaran yang disepakati bisa kontan atau dengan uang muka, sisa dibayarkan setelah sapi diambil diangkat dari kandang. Ternak sapi potong yang dipasarkan
oleh petani dibedakan atas jenis ternak ternak hasil persilangan lebih tinggi dibanding dengan ternak lokal, jenis kelamin, umur dan kondisi ternak. Sapi
induk segmen pasarnya adalah petani pedesaan. Bakalan jantan segmen pasarnya adalah peternak dan pengusaha penggemukan.
Peternak Pedagang
Pengumpul Agen
Pedagang Besar
Konsumen
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
Tabel 20. Sistem Pemasaran di Tingkat Kelompok Petani BLM
No Nama
Kelompok Sistim Pemasaran
Jumlah Responden
Persenta se
1 Jaya Tani
Dijual langsung ke pasar Dijual kepada pedagang
pengumpul Agen Dibeli oleh pedagang besar
- 15
5 -
75.00 15.00
Total 20
100.00 2
Kebangkitan Bangsa
Dijual langsung ke pasar Dijual kepada pedagang
pengumpul Agen Dibeli oleh pedagang besar
- 20
- 100.00
Total 20
100.00 3
Melati Dijual langsung ke pasar
Dijual kepada pedagang pengumpul Agen
Dibeli oleh pedagang besar 4
25 2
12.91 80.64
6.45
Total 31
100.00
Sumber: Hasil pengolahan data primer,2011.
Berdasarkan tabel 20 di atas terlihat bahwa sebagaian besar peternak kelompok tani jaya tani menjual ternak sapi miliknya kepada pedagang
pengumpul agen yakni sebanyak 20 responden 100,00 dan hanya 4 responden 12.50 yang menjual langsung ke konsumen penjual daging yang
terdapat pada kelompok Melati.
Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa pengusahaan ternak sapi potong yang dilakukan oleh kelompok tani ternak penerima program
BLM tidak ada masalah terkait dengan aspek pasar yang dapat menghambat jalannya usaha peternakan sapi potong ini, sehingga dapat dikatakan layak untuk
dijalankan. Adannya informasi tentang kekurangan daging sapi dalam negeri yang
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
belum terpenuhi menurut masing-masing ketua kelompok tani ternak kedepannya sebagai peluang usaha, mengingat masyarakat tidak hanya terfokus
terhadap usaha ternak sapi saja. Faktor modal dapat dijadikan sebagai hambatan bagi para pelaku usaha yang bergerak pada usaha peternakan sapi potong,
sehingga persaingan sesama produsen sapi potong kedepannya masih relatif kecil.
Tidak tercapainya pemasaran yang efisien yang salah satunya ditunjukkan oleh rendahnya margin keuntungan yang diterima peternak dapat dipandang
sebagai indikator adanya permasalahan dalam kelembagaan pemasaran baik menyangkut pasar input maupun pasar output. Kadar permasalahan kelembagaan
pasar tersebut dampaknya bagi peternak sangat dipengaruhi oleh jenis ternak yang dipelihara.
Hasil pengamatan di lapangan telah teridentifikasi beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kinerja kelembagaan pemasaran dalam usaha ternak yang
secara garis besar dikelompokkan ke dalam dua kelompok yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Aspek internal yang diduga mempengaruhi kinerja kelembagaan pasar input dan output di lokasi penelitian antara lain: a kurangnya akses kepada
permodalan,b rendahnya penguasaan asset, c aksesibilias wilayah, pengalaman anggota, penguasaan pasar, akses informasi pasar.
Kondisi internal yang melekat pada petani ternak ini pada akhirnya sering menjadikan ternak sebagai satu-satunya asset yang dipertaruhkan untuk
menambah modal atau bahkan untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Ditinjau dari lingkungan ekternal, faktor yang mempengaruhi kinerja
kelembagaan antar lain adanya dukungan kebijaksanaan pemerintah setempat terhadap pengembangan usaha ternak yang kondusif dan kondisi konsumen cukup
baik. Kebijakan pemerintah bisa berdampak positip dalam arti menciptakan pasar yang kondusif, akan tetapi bisa juga berdampak negatif terutama ditinjau dari
posisi peternak seperti misalnya yang menyangkut harga input dan output, masalah eksternal lainnya yang berpengaruh terhadap kinerja kelembagaan pasar
input dan output adalah kondisi sosial politik dan keamanan.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Aspek Teknis
Aspek ini berhubungan dengan input dan output atau tahap-tahap produksi yang digunakan dalam usaha ternak Sapi potong pada kelompok penerima
program BLM di Kabupaten Deli Serdang, fasilitas, bahan baku, dan tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi.
Perlu diketahui bahwa program BLM tidak hanya mengalokasikan ternak, tetapi juga melengkapi dengan hal-hal yang sifatnya menunjang, seperti vaksinasi,
inseminasi buatan, pemberian pakan tambahan, perkandangan, penyediaan hijauan pakan ternak
Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang sudah mempunyai paket khusus untuk melengkapi program BLM ini. Masing-masing di lokasi kelompok ternak,
pelaksanaan fasilitasi adalah petugas peternakan, seperti PPL, petugas kesehatan hewan Mantri Hewan Paramedis dan inseminator. Mereka ini secara khusus
ditugaskan sebagai pendamping kelompok BLM tersebut.
1 Lokasi Proyek
Lokasi proyek adalah salah satu penyebab lancar tidaknya suatu usaha Peternakan seperti usaha kelompok tani yang mengelola usaha sapi potong yang
harus dibangun jauh dari pemukiman tetapi kelompok tani membangun lokasi kandangnya dekat dengan rumah hal ini untuk menghindari dari pencurian ternak.
Lokasi kelompok tani telah didukung dengan ketersediaan air bersih yang memadai, pakan yang mudah dijangkau serta mencukupi dan ketersediaan sarana
penunjang lainnya seperti listrik, jalan dan jaringan telekomunikasi juga salah satu faktor dalam menentukan suatu lokasi usaha dibidang peternakan.
Setiap lokasi kelompok tani telah tersedia sarana transportasi umum yang menjangkau setiap daerah tersebut seperti angkutan umum dan ojek motor
sehingga untuk mencapai lokasi Kelompok tani ternak penerima program BLM ini mudah dijangkau oleh pihak pembeli ternak dan konsumen akhir.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
2 Tahap Pembuatan Kandang Ternak
Luas kandang pada setiap kelompok berbeda beda tergantung daripada jumlah ternak sapi yang dipelihara, Luas kandang pada kelompok tani Jaya Tani
adalah 300 m² dengan ukuran panjang 30 m, lebar 10 m. Kandang ini dibangun di atas lahan seluas 600 m². Kapasitas dari kandang ini sendiri mampu menampung
50 ekor ternak Sapi , dengan rincian untuk setiap sekat kandang dapat menampung 1 ekor sapi dengan ukuran 1 x 1,5 m dan di tengah-tengah kandang
sendiri terdapat jalan dengan lebar 1,5 m yang digunakan untuk jalan bagi para peternak untuk memberikan makan dengan kereta sorong atau sepeda.
Tabel 21. Luas Kandang Kelompok penerima Program BLM di Kabupaten Deli Serdang
No Nama Kelompok Tani
Luas Kandang m Jumlah
Luas m²
Jumlah Unit
Panjang Lebar
1 2
3 Jaya Tani
Kebangkitan Bangsa Melati
30 44
40 10
8 10
300 352
400 1
1 1
Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2011.
Sistem pemeliharaan ternak sapi potong dilakukan secara semi intensif Artinya aktifitas sapi mulai dari makan yang digembalakan dan di kandang hingga
perkawinan dengan Inseminasi Buatan. Bangunan kandang membujur dari barat ke timur. Kandang dibuat dengan
sistem ganda berderet stall dimana ternak berderet memanjang dalam dua baris yang saling berhadapan head to head dan dibatasi oleh dinding yang rendah
sebagai tempat pakan dan minum. Lantai kandang dibuat dari semen yang dipadatkan dengan kemiringan 2º dan mengarah ke saluran pembuangan kotoran
selokan. Seluruh aliran selokan akan bermuara pada tempat penampungan kotoran yang nantinya akan diproses lebih lanjut untuk dijadikan pupuk.
Sistem kandang terbuka memungkinkan sirkulasi udara berjalan lancar. Posisi kandang yang membujur kearah barat timur menyebabkan ternak tidak
mendapat sinar matahari pada pagi dan sore hari. Posisi kandang untuk sapi
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
potong sebaiknya kearah utara selatan karena memungkinkan ternak mendapat sinar matahari pada pagi dan sore hari, begitu juga kandang akan cepat kering
setelah dibersihkan pada pagi hari. Sinar matahari sangat berarti bagi ternak terutama sinar matahari pagi dapat membantu proses pembentukan vitamin D di
dalam tubuh, unsur ultraviolet berfungsi sebagai desinfektan dan pembasmi bibit penyakit, serta mempercepat proses pengeringan kandang yang basah akibat air
kencing ataupun kotoran lainnya Sugeng, 2003. Tabe 22. Tatalaksana Pemeliharaan dan Bangunan Kandang
No Kelompok
Sistim Pemeliharaan Bangunan Kandang
Intensif Semi Intensif
Lantai Tiang Tempat Pakan
Atap
1 2
3 Jaya Tani
Kebangkitan Bangsa Melati
Semi Intensif Semi Intensif
Semi Intensif Kayu
Kayu Kayu
Kelapa Kelapa
Kelapa Papan
Papan Papan
Rumbia Rumbia
Rumbia
Sumber : Hasil pengolahan data primer ,2011
.
3 Tahap Pengadaan Bakalan
Bakalan ternak sapi ini langsung dibeli kelompok tani dari pemilik ternak yang ada di daerah Kabupaten Deli Serdang maupun daerah sekitarnya. Bakalan
yang dipilih adalah sapi potong dengan usia 15-19 bulan, memiliki penampakan yang bersih dan yang pasti tidak memiliki penyakit ataupun cacat secara fisik.
Proses pembelian dilakukan dengan langsung datang ke pemilik ternak sapi yang ada dan mengangkutnya dengan kendaraan pribadi milik salah satu
anggota kelompok atau yang disewa dan biaya transportasi dibayar oleh penjual.
4.Ketersediaan Bantuan dan Bibit ternak
Pada setiap kelompok jumlah bantuan berbeda-beda sehingga sangat berpengaruh terhadap jumlah awal ternak, luas kandang dan lain lain yang akan
diusahakan Sehingga kebutuhan akan bibit bisa dipenuhi sendiri dengan cara memanfaatkan anak yang lahir nantinya Jumlah ternak awal dapat kita lihat pada
tabel dibawah ini.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
Tabel 23.Bantuan Langsung Masyarakat BLM di Kabupaten Deli Serdang
No
Karakteristik Bantuan yang diberikan
Kelompok Tahun
Anggota Total Nilai
Bantuan Rp
Jumlah Awal
Ternak ekor
Periode pengemba
lian ternak thn
1 Jaya Tani 2004
20 200.000.000
40 3
2 Kebangkitan Bangsa
2005 20
225.000.000 40
3
3 Melati 2001
31 305.000.000
62 3
Sumber: Dinas Pertanian kabupaten Deli Serdang 2011
5 Tahap Pemeliharaan a.Pakan Ternak
Pakan yang diberikan pada ternak sapi umumnya berupa pakan hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan pada ternak sapi umumnya berasal dari
rumput lapangan dan rumput unggul rumput Raja yang ditanam diareal kebun rumput milik peternak dan lahan marginal seperti pematang sawah. Hijauan yang
diberikan oleh peternak sebanyak satu kali di dalam kandang hari, pemberian selanjutnya dilakukan dengan pengembalaan pada waktu pagi pukul 10.00 WIB.
Sekali-kali peternak juga memberikan sisa hasil petanian berupa jerami padi, batang jagung, jerami kacang tanah, daun ubi jalar sebagai pengganti sebagian
hijauan pada musim panen. Sebagian besar peternak tidak memberikan konsentrat pada ternaknya
80,5 dengan alasan faktor keuangan, ada juga peternak yang memberikan konsentrat 15 yang diberikan berupa dedak dan ampas ubi jumlah pemberian
berkisar antara 1 – 2 kgekorhari.
Manajemen pemberian pakan penting bagi kelangsungan ternak sapi kelompok selain yang biayanya mendominasi dalam usaha peternakan sapi
potong, pakan merupakan biaya yang cukup besar mendominasi kedua untuk perkembangan ternak sapi potong pada kelompok tani.
www.nitropdf.com
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Pakan yang diberikan adalah Hijauan berupa rumput Raja yang diperoleh dari lahan sendiri yang terletak disekeliling kandang dan yang ditanam oleh
masing-masing anggota kelompok yang memiliki lahan kosong. Luas lahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 24. Jenis dan luas tanaman rumput unggul pada setiap kelompok tani ternak penerima program BLM Kabupaten Deli Serdang.
No Nama Kelompok
Jenis Rumput Jumlah
Responden orang
Luas Tanaman
1 2
3 Melati
Tani Jaya Kebangkitan Bangsa
Rumput Raja Rumput Raja
Rumput Raja 31
20 20
2,1 Ha 2,6 Ha
1,9Ha
Jumlah 71
6,6 Ha
Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2011
. Pemotongan rumput raja dilakukan pada umur 40 hari atau 35-60 hari
tergantung kondisi musim saat pemotongan dengan sisa pemotongan kurang lebih 10 cm. Sistem rotasi digunakan dalam proses pemotogan, untuk menjaga
ketersediaan hijauan sepanjang waktu. Rumput raja mampu beradaptasi dengan jenis tanah yang kering dan tanaman ini agak toleran terhadap tanah yang agak
bebatuan dan tidak mengalami genangan air, biasanya tumbuh di ketinggian 0- 3000 m, dataran rendah sampai tinggi, curah hujan cukup yaitu sekitar 1000
mmtahun atau lebih.
b. Sistim Perkawinan Ternak