Analisis BEP harga produksi BEP Produksi

72 yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari hasil perbandingan tersebut.

2. Analisis BEP harga produksi

Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa rataan BEP harga produksi akan tercapai bila rata-rata harga ternak yang dijual dikelompok ternak jaya tani sebesar Rp. 3.307.707, kelompok ternak kabangkitan bangsa sebesar Rp. 4.514.698 dan kelompok ternak melati sebesar Rp. 3.930.239. Agar biaya yang telah dikeluarkan dapat kembali. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan jumlah ternak yang dijual pada tiap kelompok ternak dan perbedaan harga ternak pada tiap daerah kelompok ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sigit, 1979 bahwa BEP break event point adalah kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi dan disebut titik impas, sedang menurut pendapat Cahyono 2002 BEP Harga Produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan. Apabila harga ditingkat petani lebih rendah dari pada harga BEP, maka usaha tani akan mengalami kerugian.

3. BEP Produksi

Break even poin volume produksi memberikan gambaran tentang total produksi yang harus dicapai dalam usaha dengan harga jual ternak yang telah ditentukan agar biaya yang dikeluarkan dapat kembali. Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa titik modal akan tercapai jika jumlah ternak yang dihasilkan pada kelompok ternak melati sebesar 58,0 ekor, pada kelompok jaya tani sebesar 29,57 ekor dan kelompok ternak kebangkitan bangsa sebesar 32,18 ekor. Perbedaan nilai BEP produksi pada tiap kelompok ternak disebabkan perbedaan harga ternak sapi pada tiap kelompok ternak dan perbedaan biaya pemeliharaan ternak. Hasil ini didukung oleh pernyataan Cahyono 2002 bahwa dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian, karena BEP Volume Produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan, agar usaha tani tidak mengalami kerugian. www.nitropdf.com UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SIMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 73

4. BC rasio