Pertemuan Ketiga Penerapan Model Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa siswa menjawab air untuk menentukan volume kotak karena air dapat memenuhi kotak. Dari jawaban siswa ini sebenarnya siswa sudah mendapatkan konteks bahwa untuk menghitung volume suatu benda ruang, harus digunakan suatu benda lain yang harus dapat memenuhi benda ruang tersebut. Setelah siswa menjawab, guru melemparkan pertanyaan yang membimbing seperti pada cuplikan transkrip berikut ini: G : “Tapi banyaknya air itu bisa diukur pakai apa?” SS : “Volume..” G : “Pakai takaran kan? Jadi kita nggak bisa hitung volume ini dari air soalnya kan dibutuhkan alat ukur yang baru...” SS : “Iyaaa...” Pada cuplikan transkrip di atas terlihat bahwa ketika guru bertanya apa yang digunakan untuk menghitung banyaknya air, siswa justru menjawab dengan menggunakan volume. Tanpa disadari siswa justru mengulang pertanyaan yang disampaikan guru di awal, namun guru tidak mengklarifikasi jawaban siswa melainkan langsung menjawab sendiri bahwa dibutuhkan alat ukur baru untuk menghitung volume air terlebih dahulu. Lalu guru langsung menyimpulkan sendiri bahwa air tidak dapat digunakan untuk menghitung volume kotak dan siswa langsung setuju dengan kesimpulan guru. Terlihat memang siswa sudah mendapatkan konteks tentang bagaimana cara untuk menentukan volume suatu benda, namun penarikan kesimpulan secara sepihak dapat menghambat siswa untuk berpikir kritis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan cenderung malas mengikuti pelajaran karena siswa berpikir bahwa pada akhirnya guru akan memberikan jawaban akhir. Selanjutnya guru melanjutkan proses pemberian konteks dengan menanyakan bagaimana jika digunakan tabung satuan, bola satuan, dan kubus satuan untuk menentukan volume kotak. Hal ini terlihat pada cuplikan transkrip berikut ini: G : “Nah sekarang kalau misalnya kita mengukur banyaknya volume dari kotak ini dengan tabung-tabung...Nah pertanyaannya ya..apakah tabung-tabung ini bisa memenuhi semua daerah di dalam sini?” [sambil memasukkan tabung satuan ke kotak kubus] G : “Nah sekarang coba pakai bola-bola ini ya...apakah bola- bola satuan ini dapat digunakan untuk menghitung volume kotak?” [sambil memasukkan bola ke kotak] G : “Nah sekarang kalau kubus bagaimana bisa nggak?” Dari cuplikan transkrip di atas terlihat bahwa guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbimbing untuk membentuk konsep siswa tentang bagaimana cara untuk menentukan volume kotak. Siswa menjawab dengan cepat pertanyaan-pertanyaan guru di atas. Jawaban-jawaban siswa dapat dilhat dari cuplikan transkrip berikut ini: G : “..apakah tabung-tabung ini bisa memenuhi semua daerah di dalam sini?” SS : “Nggak bisa...” SS : “Karena masih ada yang bolong-bolong..enggak penuh...” G : “Jadi bisa tidak tabung satuan digunakan untuk menghitung volume kotak?” SS : “Enggak bisa...” G : “Nah sekarang coba pakai bola-bola ini ya...apakah bola- bola satuan ini dapat digunakan untuk menghitung volume kotak?” [sambil memasukkan bola ke kotak] SS : “Tidak bisaa...” SS : “Karena tidak dapat memenuhi kotak..” G : “Iya jadi bola-bola satuan ini juga sama ya kaya tabung tadi..ia tidak dapat memenuhi kotak..masih ada celah-celah yang tidak dapat dipenu hi..” G : “Nah sekarang kalau kubus bagaimana bisa nggak?” SS : “Bisa Kak..” SS : “Soalnya kubusnya bisa memenuhi kotak..” G : “Nah betul...jadi kesimpulannya apa?” SS : “Kubus dapat memenuhi kotak...” G : “Iya terus kalau sudah dapat memenuhi kotak gimana?” S36 : “Ya jadinya kubusnya bisa untuk menghitung volume kotaknya Kak...” Dari cuplikan transkrip di atas terlihat bahwa siswa dengan sangat lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan guru bahwa tabung dan bola satuan tidak dapat digunakan untuk menentukan volume kotak karena tabung dan bola tidak dapat memenuhi ruang kotak. Siswa akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa kubus satuan digunakan untuk menentukan volume bangun ruang dalam hal ini adalah kotak berbentuk kubus. Selanjutnya untuk memastikan pemahaman siswa, guru mendorong siswa untuk mengungkapkan pendapatnya kembali secara tertulis dalam LAS 3 yang telah dibagikan secara berkelompok.Siswa mengungkapkan pendapatnya dengan menyertakan ilustrasi gambar seperti salah satu contoh jawaban kelompok di bawah ini: Gambar 4.24 Salah satu ungkapan pendapat siswa dalam mendapatkan konteks untuk menentukan volume suatu benda ruang Dari jawaban siswa di atas terlihat bahwa siswa mampu mengungkapkan idenya kembali, artinya selama pembahasan yang dilakukan bersama-sama siswa memikirkannya dengan serius, benar-benar paham, dan benar-benar mendapatkan konteks. Guru juga mempersilakan siswa jika ingin melakukan simulasi dalam kelompok masing-masing untuk melihat bahwa tabung dan bola satuan tidak dapat untuk menentukan volume kotak ataupun jika siswa ingin menjelaskan kembali pada teman kelompoknya yang belum paham. Berikut ini adalah salah satu gambar siswa saat melakukan simulasi sendiri dalam kelompok: Gambar 4.25 Siswa melakukan simulasi dalam kelompok b Penggunaan model model of dan model for Penggunaan model yang dilakukan siswa pada pertemuan 3 dimulai dari saat guru mendorong penggunaan alat peraga untuk mendapatkan konteks seperti telah dijelaskan di awal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hal ini terlihat dari keterangan-keterangan cuplikan transkrip berikut ini: 56. [Lalu siswa mengerjakan LAS selama kurang lebih 7 menit lalu setelah itu suasana menjadi gaduh. Siswa mempraktikkan kembali dengan menuang bola maupun tabung satuan ke kotak dan menjelaska kembali pada teman kelompoknya yang belum jelas mengenai penggunaan kubus satuan untuk menghitung volume] Penggunaan model selanjutnya terlihat saat siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang tertuang dalam LAS 3 pada kegiatan 2. Siswa diminta untuk menyusun kubus-kubus satuan menjadi sebuah kubus besar. Berikut ini merupakan permasalahan tersebut beserta salah satu contoh jawaban siswa: Gambar 4.26 kegiatan 2 LAS 3 Gambar 4.27 Salah satu penyelesaian kelompok LAS 3 kegiatan 2 Dari gambar di atas terlihat bahwa siswa menjawab permasalahan dengan menggunakan pengetahuan mereka saat diminta untuk menentukan volume sebuah kotak pada saat kegiatan penggalian konteks. Hal ini didukung oleh cuplikan transkrip berikut ini: [Siswa menggunakan alat peraga kubus satuan yang telah disediakan oleh guru untuk menyelesaikan permasalahan kegiatan 2] S34 : “Kak ini maksudnya alas balok atau kubus tidak boleh hanya terdiri dari satu kotak kado itu gimana?” G : “Ya maksudnya kalian nggak bisa kalo nyusunnya ke atas gini atau ke samping gini..kan ini berarti alasnya cuma satu kan...terus ini juga kan” [sambil mempraktikkan dengan kubus satuan] S34 : “Oh gitu Kak...O ya brarti ya kaya yang tadi kan Kak .”[seperti saat eksperimen dengan guru] G : “Ya gituuu..coba ditata pake ini, ini kamu ambil aja 27 terus kamu tata..pokoknya supaya seefisien mungkin...” S34 : “Maksudnya efisien berarti kan yang padet to Kak nggak bolong- bolong tengahnya...” G : “Iya yang penting hemat tempat, ya kaya tadi lah..” [Lalu siswa mempraktikkan cara penyusunan menggunakan kubus satuan] Dari cuplikan transkrip di atas terlihat bahwa siswa bertanya pada guru maksud dari soal yang mengatakan bahwa alas kubus yang disusun tidak boleh terdiri dari satu kubus, lalu guru menjelaskan dengan bantuan kubus satuan. Setelah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mendengarkan penjelasan guru, siswa langsung paham dengan maksud soal dimana kubus yang disusun tidak boleh menyisakan ruang-ruang kosong. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa menggunakan pengetahuan bahwa dalam menentukan volume bangun ruang kubus, kubus satuan yang menyusunnya tidak boleh menyisakan ruang-ruang, sebagai model of. Di sisi lain masih terdapat siswa yang menggunakan alat peraga untuk menentukan susunan kubus seperti terlihat pada gambar di bawah ini: Gambar 4.28 Siswa menggunakan alat peraga kubus satuan Siswa yang masih menggunakan alat peraga untuk menentukan susunan kubus satuan agar lebih efisien mengindikasikan bahwa siswa tersebut belum mampu membentuk model of dari pemaparan guru tentang konsep volume di awal. Selain itu model for juga digunakan siswa untuk melakukan penyelesaian soal. Soal tersebut tersaji pada kegiatan 1 dalam LAS 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.29 kegiatan 1 LAS 3 Dari gambar di atas terlihat diketahui 2 kardus besar dengan ukuran yang berbeda namun volumenya sama, permasalahannya adalah siswa diminta untuk menentukan kardus yang lebih efisien untuk mengangkut 45 buah kardus snack. Ada beberapa strategi penyelesaian siswa yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 4.30 Penyelesaian kelompok untuk kegiatan 1 LAS 3 Dari gambar di atas terlihat bahwa siswa telah mampu menentukan volume kardus A dan B dan mendapati bahwa volume kedua kardus tersebut sama sehingga siswa memutuskan untuk melakukan identifikasi terhadap ukuran kardus dan siswa mendapatkan bahwa ukuran kardus A merupakan kelipatan kardus snack sehingga siswa memilih kardus A sebagai kardus yang lebih efisien untuk mengangkut 45 kardus snack. Siswa telah menggunakan model for untuk menyelesaikan permasalahan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Berikut ini adalah cara penyelesaian lain yang diberikan siswa : Gambar 4.31 Penyelesaian kelompok untuk kegiatan 3 LAS 3 c Penggunaan kontribusi siswa Guru mendorong siswa untuk menyampaikan ide penyelesaiannya terhadap permasalahan yang tertuang dalam LAS 3. Hal ini terlihat pada cuplikan transkrip berikut ini: G : “Yang kegiatan 3 jadinya rumus volume kubus apa? Coba kelompok Rampa..” G : “Sekarang kita akan bahas ya penyelesaian soal yang selanjutnya...kelompok siapa nih yang mau mempresentasikan jawabannya” Pada cuplikan di atas terlihat guru langsung menunjuk kelompok untuk mengungkapkan ide penyelesaiannya, tapi pada transkrip kedua guru menawarkan kelompok mana yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bersedia untuk mempresentasikan jawabannya. Guru langsung menunjuk kelompok karena guru mengetahui bahwa sebagian besar kelompok telah mampu untuk menentukan rumus volume kubus. Saat guru menawarkan kelompok untuk mmpresentasikan jawabannya, artinya guru tahu bahwa terdapat lebih dari 1 cara siswa dalam menjawab soal. Sebagian besar siswa di kelas VIIIF adalah siswa yang sangat aktif dan percaya diri. Jika mereka telah menyelesaiakan soal-soal, maka mereka akan mengajukan diri untuk menyampaikan penyelesaiannya. Hal ini terlihat pada cuplikan transkrip berikut ini: G : “Jadi gimana itu penyelesaian kegiatan 2 nya, kelompok mana yang sudah selesai?” [Salah satu anak dalam kelompok menjawab namun suasana masih belum kondusif] S21 : “Jadinya kubus Kak, 3 ke samping, 3 ke atas, terus ke belakang juga 3.” G : “Nah iya trimakasih Kevin, yang lainnya gimana?” Permasalahan yang dibicarakan pada cuplikan transkrip di atas adalah saat siswa diminta untuk menyusun 27 kubus satuan. Guru telah membahasnya di awal sehingga siswa tidak kesulitan dalam menyusun kubus, oleh sebab itu pembahasan dilakukan dengan singkat, meski begitu guru tetap mengonfirmasi apakah siswa lain telah mendapatkan jawaban yang tepat atau belum. Berikut ini merupakan contoh lain saat siswa berkontribusi dalam pemecahan salah satu masalah: G : “Jadi karena ukuran kardus A merupakan kelipatan ukuran kardus snack ya Yo...” S31 : “Iya Kak kan kalau yang kardus B itu tinggi ama panjangnya bukan kelipatan kardus snack..” G : “Oke bagus Yo, tepuk tangan buat Ario..” [Lalu siswa bertepuk tangan dan kelompok kembali duduk] Cuplikan di atas memperihatkan saat siswa mengungkapkan ide penyelesaian pada masalah yang tertuang pada kegiatan 2 LAS 3 dimana siswa diminta untuk menentukan kardus besar mana yang lebih efisien untuk mengangkut kardus-kardus snack. Siswa mengungkapkan bahwa kardus A merupakan kardus besar yang efisien untuk mengangkut kardus-kardus snack karena ukuran kardus A merupakan kelipatan ukuran kardus snack. Dari kedua cuplikan transkrip di atas, sama-sama terlihat bahwa guru selalu mengapresiasi pendapat siswa dengan memberikan tepuk tangan dan ucapan terimakasih. Hal ini membuat siswa merasa dihargai dan merasa bahwa kontribusinya dibutuhkan dalam pembelajaran sehingga siswa yang sudah aktif menjadi lebih aktif dan siswa yang belum aktif menjadi aktif. d Penggunaan format interaktif Interaktivitas Guru memfasilitasi terjadinya interaksi dan negosiasi antar siswa dengan mendorong siswa untuk mengomentari, menambahkan, atau memperbaiki pendapat temannya, selain itu guru juga mendorong siswa untuk bekerja dan berdiskusi dalam kelompok. Hal ini salah satumya terlihat pada cuplikan transkrip dan keterangannya berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI G : “Gimana yang lainnya setuju?” G : “Hahaha oke coba sekarang kalian selesaikan kegiatan 3 dan latihan mand irinya dalam kelompok ya...” [Lalu siswa berdiskusi dalam kelompok, suara tidak jelas] [suasana kembali riuh, siswa menjelaskan pada teman kelompoknya, suara tidak jelas] Guru memfasilitasi terjadinya interaksi dan negosiasi antara guru siswa dengan aktif berkeliling kelas mengamati aktivitas siswa dan bertanya apakah siswa mengamati kesulitan. Aktivitas tersebut terlihat pada cuplikan transkrip berikut ini: [Lalu siswa mengerjakan dalam kelompok, guru dan observer berkeliling untuk mengamati aktivitas siswa.] G : “Masih ada pertanyaan nggak?” Dengan aktif berkeliling kelas, siswa akan merasa lebih dekat dengan guru dan tidak akan malu untuk berdiskusi dengan guru. Interaktivitas juga dapat dibina dengan menerapkan pembelajaran yang santun yang dapat dilihat dari cuplikan transkrip berkut ini: G : “Coba yang lain diam dulu..ini saya sedang menjelaskan.” [suasana kelas yang tadinya riuh menjadi agak tenang] G : “Oke sekarang semua dengarkan...ini ada pertanyaan bagaimana kita menghitung volume kotak apabila kubus satuannya tidak dapat memenuhi kotak” [Suasana kelas menjadi senyap] Dari penggalan transkrip dan penjelasan situasi di atas terlihat bahwa guru meminta siswa untuk tenang karena guru sedang berbicara. Hal ini sesuai dengan kontrak belajar yang sudah disepakati di awal pertemuan, bahwa jika ada seseorang yang sedang berbicara atau menyampaikan pendapat, maka yang lainnya perlu menghargai dan memperhatikan. Dari penjelasan situasi juga dapat dilihat bahwa setelah guru memperingatkan siswa, suasana kelas menjadi lebih tenang. Ini artinya bahwa siswa juga telah berusaha untuk menghargai guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Dari hal-hal ini dapat dilihat bahwa guru telah memupuk budaya memanusiakan manusia yang merupakan ciri khas pembelajaran PMRI. e Keterkaitan Intertwinning Saat guru akan menjelaskan tentang volume suatu kubus melalui suatu masalah kontekstual dimana siswa diminta untuk menyusun 27 kubus-kubus satuan, guru mengaitkannya terlebih dahulu dengan konsep perkalian. Guru menanyakan bagaimana jika siswa ingin menghitung banyaknya meja yang ada di kelas dengan cepat, lalu siswa menjawab yaitu dengan mengalikan meja bagian depan dengan meja bagian belakang, dimana yang lebih tepat adalah dengan mengalikan jumlah baris dengan jumlah kolom. Hal ini terlihat pada cuplikan transkrip berikut ini: G : “Ya tepat 27 satuan volume ya...Nah itu gimana cara kalian ngitungnya” SS : “Dikali...” G : “Misalnya kalian mau menghitung jumlah meja yang ada di kelas ini ya..ini kan rata jumlah mejanya nggak ada yang bolong di tengah...gimana cara kalian ngitungnya? Selain ngitung satu-satu ...” S24 : “Dikali Kak meja bagian depan sama meja bagian samping...” Selain itu untuk mengajarkan konsep volume pada siswa guru juga mengaitkannya terlebih dahulu dengan proses pencarian luas sebuah meja. Guru bertanya bagaimana cara kita menentukan luas sebuah meja, lalu siswa menjawab dengan menggunakan rumus � � . Guru membenarkan jawaban siswa tersebut lalu meminta siswa untuk menggambarkan sebuah persegi panjang yang ukurannya tertentu, yaitu � � � . Setelah siswa menggambar, guru bertanya berapa luas persegi panjang tersebut, lalu siswa menjawab � yang didapatkan dengan rumus � � .. Selanjutnya guru meminta siswa untuk membagi persegi panjang tersebut menjadi persegi-persegi yang panjang rusuknya � , seperti pada ilustrasi berikut ini: 3 cm 4 cm Selanjutnya siswa diminta untuk menghitung banyaknya persegi satuan yang menyusun persegi panjang tersebut, siswa menjawab bahwa ada 12 persegi yang menyusun persegi panjang tersebut. Dari aktivitas tersebut siswa seperti tersadar bahwa luas persegi panjang dan persegi didapatkan dengan membagi persegi atau persegi panjang tersebut dalam persegi- persegi satuan. Peristiwa ini tidak terekam karena guru menjelaskan secara personal pada siswa yang bertanya untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dibagikan dalam kelompoknya. Seharusnya siswa menggunakan keterkaitan ini dan disampaikan di depan kelas. Dengan pengetahuan ini siswa dapat menjadi lebih siap dalam memahami konsep bahwa dalam menghitung sebuah bangun ruang digunakan kubus-kubus satuan. 3 Kegiatan Akhir Pembelajaran Pembelajaran ketiga diakhiri dengan penarikan kesimpulan, pemberian motivasi, dan ucapan salam. Guru juga mengingatkan siswa untuk mengerjakan latihan-latihan soal dan belajar giat karena pertemuan selanjutnya akan diadakan posttest. Penarikan kesimpulan yang dilakukan guru bersama siswa dapat dilihat dari cuplikan transkrip berikut ini: G : “Jadi apa saja yang telah kita dapatkan hari ini?” SS : “Volume kubus dan balok..” G : “Tadi di awal kita belajar apa?” SS : “Bola satuan, tabung satuan, kubus satuan...” G : “Dari kegiatan awal tadi kita dapat menarik kesimpulan apa?” SS : “Menghitung volume kotak pakai kubus satuan..” G : “Ya tepat jadi kita menggunakan kubus satuan untuk menentukan volume kubus ya..bukan pakai tabung,bola. Terus apa lagi?” SS : “Volume kubus volume balok � � � ..” Dari cuplikan transkrip di atas terlihat bahwa siswa mampu menyimpulkan pembelajaran yang telah terjadi pada hari ini. Selanjutnya guru mengucapkan terimmakasih dan salam penutup.

2. Kemampuan Literasi Matematis Siswa

Pada subbab sebelumnya data jawaban pretest dan posttest siswa telah dianalisis sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan soal level 2 dan level 3 tampak pada lampiran C.5 dan tabel 4.11 sampai tabel 4.18. Indikator bahwa siswa telah menguasai kompetensi matematika dalam soal level 2 adalah jika siswa mampu memilah informasi yang relevan dari sumber tunggal dan menggunakan cara representasi tunggal, jika siswa mampu mengerjakan algoritma dasar dan menggunakan rumus, jika siswa mampu melaksanakan prosedur atau konvensi sederhana, dan jika siswa mampu memberikan alasan secara langsung dan melakukan penafsiran harafiah. Sedangkan indikator bahwa siswa telah menguasai kompetensi matematika dalam soal level 3 adalah jika siswa dapat memilah informasi dari sumber yang berbeda-beda, jika siswa dapat melaksanakan prosedur yang memerlukan keputusan secara berurutan, jika siswa dapat memilih strategi pemecahan masalah yang sederhana, dan jika siswa dapat mengemukakan alasan dan mengomunikasikan hasil penyelesaian masalah. a. Kemampuan Literasi Matematis Siswa pada Penyelesaian Pretest Soal pretest terdiri dari 3 nomor dimana nomor 1 dan nomor 2 merupakan soal level 2 dan nomor 3 merupakan soal level 3. Alokasi waktu untuk menyelesaikan soal pretest adalah 80 menit. 1 Pretest Nomor 1 Soal nomor 1 adalah soal level 2 dan tergolong mudah karena siswa dapat langsung memilah informasi dari soal tersebut. Terlihat bahwa kebanyakan siswa menuliskan hal yang diketahui dan ditanyakan, namun dalam menuliskan hal yang diketahui terdapat siswa yang mengalami miskonsepsi dalam menuliskan ukuran kertas kado. Siswa menuliskan ukuran kertas kado sebagai luas kertas kado atau hanya menuliskannya sebagai kertas kado. Bagi siswa yang menuliskan ‘ukuran kertas kado’ sebagai ‘kertas kado’ saja kemungkinan paham bahwa hal tersebut memang kurang tepat namun mungkin siswa tidak berpikir bahwa ketidaklengkapan penulisan tersebut menjadikan langkah penyelesaiannya kurang jelas. Sedangkan bagi siswa yang menuliskan ‘ukuran kertas kado’ sebagai ‘luas kertas kado’ kemungkinan memang belum paham dengan perbedaan arti kedua istilah tersebut. Hal ini memang tidak akan mempengaruhi penyelesaian terutama di bagian perhitungan, namun akan berdampak besar pada pemahaman konsep siswa. Sedangkan dalam menuliskan hal yang ditanyakan, sebagian besar siswa sudah tepat bahwa hal yang ditanyakan adalah sisa kertas kado, namun di soal yang ditan yakan adalah ‘Apakah kertas kado tersebut sisa? Jika ya, berapa sisanya?’ Meski siswa diminta terlebih dahulu untuk melakukan identifikasi apakah kertas kado tersebut sisa, namun siswa sudah menganggap bahwa kertas kado tersebut memang akan sisa sehingga s iswa menuliskan ‘sisa kertas kado’ sebagai hal yang ditanyakan. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi saat menuliskan hal- hal yang diketahui : Gambar 4.32 Contoh penyelesaian pretest nomor 1 oleh S10 Gambar 4.33 Contoh penyelesaian pretest nomor 1 oleh S26 Gambar 4.34 Contoh penyelesaian pretest nomor 1 oleh S31 Soal ini dapat diselesaikan dengan 4 langkah, yang pertama siswa menentukan luas permukaan kubus, lalu siswa menentukan luas kertas kado, kemudian siswa membandingkan luas permukaan kubus dan luas kertas kado, yang terakhir adalah siswa mencari sisa kertas kado. Langkah-langkah yang dimaksud selain yang sudah dipaparkan di atas juga mencakup penulisan rumus dan penggunaan satuan. Sebagian besar siswa mampu untuk melakukan langkah- langkah penyelesaian dengan konsep yang benar, namun secara teknis sebagian siswa masih mengalami miskonsepsi dalam menyebutkan istilah ‘rusuk’ menjadi ‘sisi’ sehingga rumus luas permukaan kubus ditulis ‘ ’ sedangkan dalam penulisan satuan, siswa sering tidak konsisten dalam menuliskan satuan, pada bagian awal siswa menuliskan satuan sedangkan pada bagian akhir tidak, lalu masih terdapat juga siswa yang salah dalam menuliskan satuan seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Dokumen yang terkait

analisis kesulitan beleaar dalam mengerjakan soal-soal akutansi pokok bahasan laporan keuangan pad siswa kelas 1.3 cawu 1 man 2 jember tahun ajaran 2000/2001

0 12 64

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan malalui pendekatan palkam pada siswa SD

1 10 200

Pengaruh strategi pembelajaran PQ4R terhadap kemampuan koneksi Matematika siswa

6 45 149

Pengaruh pendekatan reciprocal teaching terhadap kemampuan berfikir kritis siswa dalam belajar Matematika (studi eksperimen SMP Al-Hasra Depok)

1 6 140

Pengaruh pendekatan pembelajaran Matematika realistik terhadap kemampuan komunikasi Matematika siswi SMP (penelitian eksperimen di SMP Nusantara Plus Pisangan Ciputat)

1 6 25

Komparasi pembelajaran SAVI dan REACT pada kemampuan pemecahan masalah siswa kelas-viii materi kubus dan balok

0 1 19

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar siswa melalui pokok bahasan pesawat sederhana di SMP Negeri-4 kelas VIII semester II Palangka Raya tahun ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 185