56 dosa kita, lalu merayakannya dengan air mata kita sebagai
saksinya. Kita dosa membiarkan orang-orang mengira mereka bisa berbuat sesukanya. Kita dosa tidak
mempertahankan hak kita atas tanah yang diberikan para leluhur kita pada kita. Kita dosa membiarkan tanah ini, yang
diperoleh dari tangan Penjajah dengan keringat dan darah, dikangkangi Penjajah-penjajah baru…
Sarumpaet, 1997:50
Dalam kutipan tersebut, tercermin suatu kondisi bahwa uang dan tanah milik masyarakat kelas bawah tidak diakui oleh kelas atas. Penggusuran yang disebutkan
oleh Lelaki II dilakukan atas nama pembangunan negara, seperti yang disebutkan oleh Tokoh. Hal tersebut menyiratkan klaim masyarakat kelas atas akan tanah dan
uang masyarakat kelas bawah.
3.4 Analisis Sebab-Sebab Konflik Kelas: Perspektif Dahrendorf
Dahrendorf memandang bahwa konflik kelas terjadi karena penggunaan kekuasaan oleh para penguasa dalam masyarakat kekuasaan ini disebut sebagai
wewenang. Pihak yang menguasai adalah kelas superordinat, dan pihak yang dikuasai adalah kelas subordinat. Dalam drama MNdBT, terdapat konflik-konflik
yang disebabkan oleh karena adanya penggunaan wewenang atas kelas subordinat. Sebab-sebab konflik-konflik itu adalah 1 Penggunaan kekuasaan atas media
massa, 2 Penyelewengan kekuasaan dalam pengadilan, 3 Pembungkaman perlawanan kelas bawah, dan 4 Kekerasan verbal dan nonverbal atas para buruh.
3.4.1 Penggunaan Kekuasaan Atas Media Massa
Dalam MNdBT, terdapat penggunaan kekuasaan atas media massa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57 Penggunaan kekuasaan tersebut terjadi dalam bentuk informasi yang ditutup-tutupi
atau tidak disiarkan. Dalam drama MNdBT, Tokoh mempertanyakan mengenai kebenaran media dalam penyampaian kebenaran. Ia merasa bahwa apa yang
disampaikan dalam media masih perlu diragukan, terutama karena ada kepentingan-kepentingan tertentu yang melatarbelakangi informasi yang disiarkan.
43 TOKOH:
Kenapa Berita Acara diterima sebagai sesuatu yang mutlak, sementara sebuah hasil pemeriksaan bukan
mustahil diselusupi oleh kepentingan-kepentingan tertentu. HAKIM:
Kepentingan-kepentingan apa? TOKOH:
Penyalahgunaan wewenang misalnya. Atau penyuapan. Kenapa kamu pikir yang membahas dan
mengatur-atur masalah buruh-buruh itu tadi orang-orang yang duduk di kursi empuk, yang tidak pernah benar-benar
tahu bagaimana rasanya lapar? Sarumpaet, 1997:40
Dalam kutipan 43, Tokoh membicarakan mengenai kasus-kasus yang tidak jelas penyelesaiannya, seperti kasus Marsinah. Ia menyebut bahwa ada kebenaran
yang ditutup-tutupi yang disiarkan di media massa. Pemeriksaan atas kasus yang tidak menyeluruh dan ditutup-tutupi tersebut berimbas pada penyiarannya di media.
Idealnya, media memiliki peran sebagai penyampai informasi dan pembentuk opini publik. Akan tetapi, media massa harus tunduk oleh orang-orang yang memiliki
kekuasaan tersebut. Terkait dengan latar waktu dan peristiwa drama ini, yaitu pada masa Orde
58 Baru, pembungkaman media memang benar-benar terjadi. Ketika media tersebut
menyiarkan berita yang merugikan penguasa, maka mereka akan dianggap mengganggu stabilitas bangsa dan dipaksa untuk menggulung tikar. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa media massa tidak hanya menjadi properti penguasa untuk menyuarakan kekuasaannya, tetapi juga sebagai kelas subordinat yang
menerima tekanan dari penguasa.
3.4.2 Penyelewengan Kekuasaan dalam Pengadilan