8
1.6.2 Unsur-Unsur Drama
Effendi 1967:158 berkata bahwa unsur-unsur drama memiliki kesamaan dengan unsur-unsur fiksi, yaitu tokoh dan penokohan, latar, tema, dan alur. Dalam
penelitian ini, unsur-unsur yang dipilih untuk diteliti adalah tokoh dan penokohan, latar, dan alur untuk menganalisis konflik kelas yang ada dalam drama MNdBT.
a. Tokoh dan Penokohan
Dewojati 2010: 169 menjelaskan bahwa tokoh adalah bahan yang paling aktif untuk menggerakkan alur. Dalam sebuah drama, bahkan cerita fiksi secara
keseluruhan, tokoh tidak hanya menggerakkan alur, ia juga membawa tema dan amanat pengarang dalam cerita itu.
Dalam membangun sebuah tokoh diperlukan penokohan atau karakter tokoh. Harymawan dalam Dewojati, 2010:169 menyebutkan bahwa karakter memiliki
sifat multidimensional. Dimensi-dimensi yang dimaksud adalah dimensi fisiologis keadaan fisik tokoh, dimensi sosiologis lingkungan hidup tokoh, dan dimensi
psikologis kejiwaan tokoh. Deskripsi dimensi-dimensi ini dapat diketahui melalui percakapan para tokoh, baik secara eksplisit atau implisit, dan melalui teks samping
drama. Berdasarkan perannya, tokoh dapat dibedakan menjadi beberapa, yaitu tokoh
protagonis, antagonis, deutragonis, tritagonis, dan foil. Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa norma-norma dan nilai-nilai yang ideal bagi kita. Melalui
tokoh protagonis, pembaca akan berempati dan mengidentifikasikan dirinya dengan protagonis. Sebaliknya, tokoh antagonis adalah oposisi tokoh protagonis, secara
9 langsung atau tak langsung, fisik maupun batin. Ia adalah tokoh yang menyebabkan
konflik dalam cerita Altenbernd dan Lewis, dalam Nurgiyantoro, 2012:178-179. Tokoh tritagonis adalah pihak ketiga, yang berpihak pada kedua kubu
protagonis dan antagonis atau tidak di pihak keduanya sama sekali Hamzah, 1985:106. Tokoh tritagonis adalah tokoh penengah yang bertugas menjadi
pendamai atau perantara anatara protagonis dan antagonis. Tokoh foil adalah tokoh yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi, tetapi ia diperlukan
guna menyelesaikan cerita Saptaria dalam Adji, tanpa tahun:13.
b. Alur Plot
Altenbernd dan Lewis dalam Dewojati, 2010:167 membagi struktur drama menjadi lima tahap: exposition eksposisi, exciting forcechallenge kekuatan
penggerak, rising
action komplikasi,
climax klimaks,
dan denounmentresolution penyelesaian.
Eksposisi adalah bagian pembuka plot. Pada bagian eksposisi, pembaca diberikan informasi yang berkenaan dengan jalannya cerita: para tokoh, latar
tempat, latar waktu, dan situasi yang sudah, sedang, danatau akan mereka hadapi. Kekuatan penggerak exciting forcechallenge adalah sumber konflik. Ia
menggerakkan para tokoh untuk menimbulkan konflik. Jalinan konflik yang semakin rumit dan semakin intens ini adalah bagian dari komplikasi rising action.
Komplikasi ini kemudian berujung pada klimaks. Klimaks atau titik balik adalah puncak konflik. Bagian terakhir adalah penyelesaian denouement, resolution yang
“melepaskan ikatan” plot Altenbernd dan Lewis, 1989:17-24. Pada bagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 penyelesaian ini, terdapat rahasia motif para tokoh dan akhir cerita Kernodle dalam
Dewojati, 2010:164.
c. Latar