Kelas Atas Identifikasi Kelas Atas dan Kelas Bawah

44 analisis konflik kelas dalam MNdBT. Bab III ini akan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah identifikasi kelas atas dan kelas bawah yang memiliki peran utama dalam konflik kelas. Bagian kedua adalah analisis sebab-sebab konflik kelas menurut pemikiran Marx, yaitu konflik yang dilatarbelakangi oleh kepentingan ekonomi. Kemudian, bagian ketiga adalah analisis sebab-sebab konflik kelas menurut pemikiran Ralf Dahrendorf, yaitu konflik yang dilatarbelakangi oleh adanya kepentingan kekuasaan.

3.2 Identifikasi Kelas Atas dan Kelas Bawah

3.2.1 Kelas Atas

Kelas atas dalam drama ini adalah Corong, Kepala Petugas, Lelaki III, dan Hakim. Meskipun disebut sebagai kelas atas, beberapa dari mereka bukanlah pemilik alat produksi. Mereka memiliki karakteristik utama, yaitu seseorang yang memiliki posisi lebih tinggi daripada kelas bawah. Selain itu, mereka juga orang- orang yang tidak segan melakukan apapun selama mereka akan diuntungkan. Hal tersebut terlihat dalam ucapan Corong kepada Kuneng dalam kutipan 30. 30 CORONG: Jangan takut dulu, goblok Dengan pentungan ini aku bisa menolongmu. Dengan pentungan ini, aku bisa memaksa Kepala Sekolah yang mata duitan itu menerima anakmu, tanpa uang muka yang gila-gilaan itu. Paham? Kamu memang luar biasa… Sarumpaet, 1997:21 Kemudian, Kepala Petugas sendiri adalah orang yang menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 kekuasaannya untuk mendapatkan apa yang ia mau. Meski Corong melakukan kekerasan verbal dan nonverbal kepada buruh, tetapi Kepala Petugas tetap membelanya tanpa mempedulikan para buruh. Hal tersebut tercermin dalam kutipan 31. 31 KEPALA PETUGAS: Perempuan sial kamu Kamu nantang ya? Kamu kira ini main-main? Kamu kira nyawa petugas yang kalian keroyok itu main-main? Kalian hampir saja membunuh seorang petugas. Seorang veteran, yang sepanjang hidupnya mengabdikan dirinya pada nusa dan bangsa. Ke Itut Dan kamu kira lapar bisa membebaskan kamu dari tanggung jawab? Sarumpaet, 1997:27 Hakim sendiri juga tidak jauh berbeda, karena pada saat ia hidup, ia tidak memberikan keputusan yang adil di meja pengadilan. Ia mengaku bahwa ia ditekan oleh penguasa dalam bentuk uang dan kekuasaan. Meski ia tahu bahwa hal itu salah, tetapi ia merasa bahwa hal itu adalah hal yang sewajarnya. Hal tersebut diungkapkan olehnya dalam kutipan 32. 32 HAKIM: Baik.Gagap memang. Ragu-ragu memang… Sudah dari mula aku katakan, hakim, lembaga peradilan, bahkan hukum itu sendiri bukan segalanya… Hukum itu gagap. Lembaga peradilan itu gagap. Kenapa? Karena di atas meja di mana keadilan mestinya ditegakkan, di situlah uang, darah, dan peluru lebih dahulu saling melumuri. Sarumpaet, 1997:60-61 Sementara itu, Lelaki III adalah orang yang memegang kendali atas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 eksploitasi tanah dan uang rakyat. Selain kaya, ia pun adalah orang yang berpengaruh. Meggunakan kekuasaannya, ia juga menekan masyarakat kelas bawah. Hal ini tercermin seperti dalam kutipan 33, 34, dan 35. 33 HAKIM: Kenapa? Di masa hidupnya, hampir semua orang ingin bicara dengannya, karena pentingnya dia. Hampir semua tonggak-tonggak kemajuan dirancang berdasarkan gagasan dan pikiran-pikirannnya. Itulah yang membuatnya jadi sangat penting. Dan saya pikir, kemajuan memang penting. Sarumpaet, 1997:70 34 TOKOH: Sebagai penguasa, sebagai Penentu, kedudukan kalian jauh di atas. Berada di atas seperti itu, aturan dan ketentuan-ketentuan yang kalian buat mustahil bisa selaras dengan apa yang kami rindukan. […] TOKOH: Keputusan-keputusan yang kalian buat seringkali membingungkan kami. Berada di atas, kalian tidak mendengar bagaimana kami mengeluh, bagaimana kami mengeluh… [...] TOKOH: Tetapi berhubung aturan dan ketentutan-ketentuan dibuat demi bangsa, demi kemajuan dan pembangunan bangsa, kami tentu harus patuh. Sebab menolaknya, berarti mengganggu stabilitas Bangsa, dan kami bisa dengan mudah dikecam berkhianat pada bangsa, kami akan dikecam Gerakan Pengacau Keamanan. Sarumpaet, 1997:75-76 35 LELAKI III: Merusak? Pada saat semua orang tersenyum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 menyongsong kemajuan itu; Pada saat orang-orang dengan riang menikmati hasil pembangunan itu, kamu menganggapnya merusak? Kenapa? TOKOH: Karena dia membuat kami merasa tidak aman. Dia membuat kami kebingungan. Dia memasuki kehidupan kami, ibarat pisau yang langsung menghujam ke ulu hati, dan kami tidak mampu berbuat apa-apa untuk menolaknya. Sarumpaet, 1997:81-82 Dalam kutipan 33, ditunjukkan tokoh Hakim yang memihak kepada Lelaki III yang memiliki kekuasaan. Ia menyebutkan monopoli kekuasaan yang dilakukan Lelaki III. Segala bentuk keputusan yang berjalan di negeri ini dicetuskan oleh Lelaki III. Akan tetapi, dalam kutipan 34 dan 35, disebutkan oleh Tokoh bahwa tidak semua keputusan-keputusan yang dicetuskan oleh Lelaki III itu baik. Alasannya, banyak bagian minoritas yang ditekan. Dan dalam kutipan 34, Tokoh menyebutkan bahwa dalam monopoli kekuasaan yang disebut membangun bangsa itu, ketika ada pihak yang menentangnya, mereka akan disebut “mengganggu stabilitas bangsa” dan “dengan mudah dikecam berkhianat pada bangsa”. Hal-hal tersebut menunjukkan betapa berkuasanya Lelaki III dalam banyak hal.

3.2.2 Kelas Bawah