Penyelewengan Kekuasaan dalam Pengadilan

58 Baru, pembungkaman media memang benar-benar terjadi. Ketika media tersebut menyiarkan berita yang merugikan penguasa, maka mereka akan dianggap mengganggu stabilitas bangsa dan dipaksa untuk menggulung tikar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media massa tidak hanya menjadi properti penguasa untuk menyuarakan kekuasaannya, tetapi juga sebagai kelas subordinat yang menerima tekanan dari penguasa.

3.4.2 Penyelewengan Kekuasaan dalam Pengadilan

Dalam drama ini, salah satu pihak yang termasuk kelas atas adalah mereka yang duduk dan berkuasa di birokrasi, seperti Lelaki III. Mereka digambarkan sebagai sosok-sosok yang melakukan praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme. Dengan kedudukan yang mereka miliki, mereka berusaha mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dalam MNdBT, pihak-pihak yang berkuasa itu menggunakan kekuasaannya dalam pengadilan untuk menang. Dalam drama MNdBT contoh utama kasus yang digunakan adalah kasus Marsinah, yang pengadilannya tidak pernah jelas penyelesaiannya, meski sudah ada para terdakwa dan bukti-bukti kekerasan atas diri Marsinah. Situasi pengadilan Marsinah tersebut kerap disinggung oleh Tokoh. Pada dasarnya, pengadilan adalah tempat keadilan ditegakkan. Hakim memiliki yurisdiksi untuk memberikan keputusan akhir atas pelaku kejahatan. Akan tetapi, seperti yang diungkapkan Hakim dalam kutipan 18, tugas tersebut tidak selalu dapat berjalan dengan lancar karena adanya tekanan dari para penguasa. 59 18 HAKIM: Baik. Kalau kamu ingin mencari hati nurani, Lembaga Peradilan bukan tempatnya. Karena di dalam kedudukan kami, di dalam keputusan dan pertimbangan- pertimbangan yang kami buat, hati nurani tidak punya tempat. Itu keberadaan kami. Itu satu-satunya kebenaran yang kami mengerti. Jadi jangan pernah berpikir lembaga peradilan adalah segalanya. Tidak Lembaga peradilan bukan segalanya Menarik napas panjang, berat. Ada kekuatan lain di sana… Sarumpaet, 1997:44 Dalam kutipan tersebut, Hakim, meski di satu sisi adalah tokoh yang berada di pihak Lelaki III, menyadari bahwa ada penyelewengan kekuasaan tersebut. Akan tetapi, sejak awal ia mengetahui bahwa meski terdapat banyak aksi dan suara yang diberikan untuk masyarakat kelas bawah yang tidak atau belum terbela, hal itu sia- sia ketika ada kekuasaan yang menekan. Hal tersebut diungkapkan dalam kutipan 44. 44 HAKIM: Tapi apa dengan membangunkan setiap orang seperti ini, memaksa mereka mengorek kembali luka-luka lama mereka, perempuan ini lantas berhenti meratap? TOKOH: Mereka terjaga karena suara itu terdengar memang. Mereka jadi gelisah karenanya, tentu karena mereka masih punya kesadaran. HAKIM: Tapi menangis pun kita sekuat-kuatnya, meratap kita sepuas-puasnya, apa yang kita lakukan sekarang ini adalah pekerjaan sia-sia. Sarumpaet, 1997:6 60

3.4.3 Pembungkaman Perlawanan Masyarakat Kelas Bawah