1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebuah karya sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial Damono, 1979: 1. Kenyataan sosial yang
dimaksud adalah hubungan-hubungan yang terjadi di dalam masyarakat dan individu. Melalui pernyataan ini, kita bisa memahami bahwa karya sastra tidak
semata-mata hanya menjadi ekspresi jiwa pengarang Faruk, 2012:44. Swingewood dalam Damono, 1979:12 menyatakan bahwa sastra adalah cermin
masyarakat. Sastra diciptakan pengarang dengan menggunakan seperangkat peralatan tertentu. Seperangkat peralatan itu adalah kenyataan sosial yang terjadi
dalam masyarakat. Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah selanjutnya disebut MNdBT ditulis
oleh Ratna Sarumpaet pada tahun 1994 dan dibukukan oleh Bentang pada 1997. Naskah drama ini terbagi menjadi empat adegan. Naskah ini telah dipentaskan
beberapa kali oleh Teater Satu Merah Panggung Sarumpaet, 1997: xx. Selain itu, naskah ini juga telah diadaptasi oleh Ratna Sarumpaet menjadi monolog Marsinah
Menggugat pada tahun 1997. Naskah MNdBT ditulis Ratna Sarumpaet sebagai bentuk perlawanan atas kematian Marsinah, seorang buruh yang meninggal setelah
diperkosa dan disiksa secara kejam karena menuntut hak-haknya. Pada tanggal 8 Mei 1993, Marsinah, seorang buruh pabrik jam PT Catur Putra
Surya Sidoarjo, Jawa Timur, ditemukan mati mengenaskan. Sebelum kejadian itu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Marsinah bersama kawan-kawannya menuntut kenaikan upah pada 3 dan 4 Mei
1993. Akan tetapi, upaya itu gagal dan 13 buruh dipecat. Untuk membela teman- temannya, ia datang ke Kodim Sidoarjo pada 5 Mei 1993, namun usaha itu gagal.
Malam itu ia dijemput seseorang dan sejak saat itu menghilang. Mayatnya ditemukan pada 8 Mei 1993 di hutan jati Wialangan, Nganjuk. Menurut otopsi, ia
mati secara tidak wajar. Tulang pinggul, seperti tulang kemaluan, tulang usus kanan, dan tulang duduk remuk. Pada kemaluannya ditemukan serpihan tulang Gatra, 26
Februari 2000. Sampai saat ini, sudah beberapa kali kasus Marsinah dibuka dan hendak diusut kembali, baik dari kepolisian maupun LSM. Tetapi, hasilnya tidak
pernah jelas, dan pembunuhnya tidak pernah ditemukan dan ditangkap. MNdBT menceritakan mengenai seorang roh bernama Tokoh yang tidak bisa
beristirahat dengan tenang di Alam Kematian. Dari sana ia mendengar suara roh- roh gentayangan lain yang tidak mendapat keadilan selama hidupnya. Ia
menyaksikan ketidakadilan yang dialami masyarakat kecil yang terjadi di alam kehidupan yang disebabkan karena penindasan para penguasa yang tidak
mempedulikan mereka. Tokoh menyuarakan “nyanyian Marsinah” yang berusaha membela hak-hak rakyat jelata yang tidak mereka dapatkan. Melalui penuturan dan
kesaksian para tokoh, drama ini menggambarkan situasi masyarakat pada masa Orde Baru yang penuh tekanan dan pembungkaman. Tidak hanya masalah korupsi
dan pembangunan besar-besaran yang terjadi pada masa itu, drama ini pun mengangkat situasi penegakan hukum di Indonesia kala itu yang dikendalikan oleh
penguasa. Dalam drama ini, Ratna Sarumpaet menempatkan Marsinah sebagai sosok yang mewakili masyarakat marjinal yang suaranya sering dikesampingkan
3 Sarumpaet, 1997:xv.
Karya ini diangkat sebagai objek penelitian karena dua alasan alasan. Alasan pertama adalah karena masalah kemanusiaan yang terkandung di dalamnya. Dalam
naskah ini, juga dalam kasus-kasus yang ditemukan dalam realita, masyarakat marjinal adalah pihak minoritas yang sering ditekan oleh penguasa dan kondisi
hidup. Mereka menjadi pihak yang tidak memiliki uang maupun kekuasaan untuk melawan penguasa. Dalam kasus buruh, mereka ditekan tidak hanya dalam bidang
ekonomi dan kesejahteraan, tetapi juga dalam hal penegakan hak-hak kemanusiaan, seperti yang dialami Marsinah.
Alasan kedua adalah karena penelitian terhadap genre drama dalam sastra Indonesia masih sangat jarang. Dewojati 2010:2 berkata bahwa di Indonesia,
hampir sebagian besar pembicaraan tentang drama yang muncul di tengah masyarakat lebih banyak terfokus pada pementasan atau seni lakonnya. Akan tetapi,
sebuah drama juga memiliki dua aspek, yaitu aspek naskah dan aspek pementasan, yang mana keduanya sama pentingnya dan saling mengisi.
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas dua hal, yaitu unsur naskah drama MNdBT dan konflik kelas yang ada dalam MNdBT. Unsur drama MNdBT
yang akan dibahas mencakup tokoh dan penokohan, alur, dan latar. Kemudian, konflik kelas dalam MNdBT akan dikaji menggunakan teori konflik kelas
perspektif Karl Marx dan Ralf Dahrendorf. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2 Rumusan Masalah