Tanah dan Kekayaan Masyarakat Kelas Bawah yang Direbut

54 40 TOKOH: Jadi kamu tidak tahu, hubungan isi perut buruh-buruh tadi itu dengan citra dan kemauan bangsamu? Hakim berpaling jengkel, tidak menjawab. TOKOH: Kamu tidak tahu, bahwa demi mengalirnya investasi, demi maraknya industri-industri di negerimu, atau demi gagahnya bangsamu di mata perekonomian dunia, mereka itu tadi harus rela lapar. Sarumpaet, 1997:40

3.3.3 Tanah dan Kekayaan Masyarakat Kelas Bawah yang Direbut

Dalam drama ini disebutkan mengenai tanah dan kekayaan kelas bawah yang direbut oleh kelas atas. Kelas bawah adalah masyarakat subordinat dan para buruh, sementara kelas atas adalah para pengusaha dan pihak-pihak birokrasi. Dalam kutipan 41, melalui Hakim diketahui bahwa di alam kehidupan, terjadi banyak pembangunan dan pertumbuhan di kota. Masyarakat semakin berkembang dan semakin maju. Hal ini pun menjadi penanda kemajuan negara. Akan tetapi, kemajuan itu disertai dengan kemalangan yang dialami masyarkat kecil. 41 HAKIM: Tidak tepat menggunakan kata “Siapa” dalam hal ini. Ada rancangan pembangunan untuk kepentingan yang lebih besar. Ada tantangan kemajuan yang harus dihadapi. Jawaban Hakim membuat Tokoh terperangah, marah. TOKOH: Berarti demi kemajuan, demi pembangunan, kemalangan mereka itu sah? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 HAKIM: Aku tidak berkata begitu. Tapi bagaimanapun, kemajuan itu penting. TOKOH: Untuk siapa? HAKIM: Jengkel Untuk siapa… Untuk bangsa. TOKOH: Tertawa panjang, sinis Bangsa yang mana? Kalau semua itu disebut demi bangsa, lalu kenapa mereka itu tadi sebagai masyarakat terbanyak justru harus menderita, harus tertindas, demi kemajuan itu? HAKIM: Kemajuan dan pembangunan itu punya risiko.Ada perencanaan yang harus ditaati. Ada tata kota. Ada masalah kepadatan penduduk. Ada urbanisasi yang sukar dibendung. Sarumpaet, 1997:52-53 Penderitaan dan ketertindasan yang dialami kelas bawah itu disebutkan oleh seorang tokoh dalam pemakaman Kuneng. Dalam kutipan 42 tokoh tersebut menyebutkan mengenai tanah-tanah masyarakat kecil yang diambil untuk pembangunan negara. 42 LELAKI II: Hari ini kita menikmati buah dari kesabaran kita selama ini.Kita rasakan pahitnya tergusur oleh kesabaran sendiri. Kita rasakan getirnya tertindas oleh ketabahan dan keikhlasan yang kita berikan sendiri.Mereka todongkan senapan ke hidung kita, kita surut. Mereka gilas rumah-rumah kita dengan traktor, kita bungkam. Mereka menyulut api memusnahkan kampung- kampung, kita terdiam. Hari ini, kita membacakan dosa- 56 dosa kita, lalu merayakannya dengan air mata kita sebagai saksinya. Kita dosa membiarkan orang-orang mengira mereka bisa berbuat sesukanya. Kita dosa tidak mempertahankan hak kita atas tanah yang diberikan para leluhur kita pada kita. Kita dosa membiarkan tanah ini, yang diperoleh dari tangan Penjajah dengan keringat dan darah, dikangkangi Penjajah-penjajah baru… Sarumpaet, 1997:50 Dalam kutipan tersebut, tercermin suatu kondisi bahwa uang dan tanah milik masyarakat kelas bawah tidak diakui oleh kelas atas. Penggusuran yang disebutkan oleh Lelaki II dilakukan atas nama pembangunan negara, seperti yang disebutkan oleh Tokoh. Hal tersebut menyiratkan klaim masyarakat kelas atas akan tanah dan uang masyarakat kelas bawah.

3.4 Analisis Sebab-Sebab Konflik Kelas: Perspektif Dahrendorf