Kepala Petugas Lelaki III

29

b. Kepala Petugas

Kepala Petugas adalah atasan Corong. Ia memiliki peran kecil namun penting dalam drama ini. Ia merepresentasikan kekuasaan yang lebih besar dari Corong yang dibenci oleh para buruh. Kepala Petugas, sama seperti Corong, memiliki karakter yang kasar. Ia tidak segan-segan bermain kasar meski lawannya perempuan, bila hal itu memang diperlukan. Meski demikian, ia memiliki pegangan moral. Ia tidak setuju dengan main hakim sendiri. Hal tersebut tercermin dalam kutipan 12. 12 KEPALA PETUGAS: Kamu memang kurang ajar. Dengar perempuan Barangkali kamu kira kamu pintar, ya? Atau pemberani? Baik. Tapi sekarang ini, kamu tidak punya pilihan selain menjawab pertannyaanku dengan baik dan sopan. Dan ingat. Ini yang terakhir saya bertanya. Siapa yang bertanggungjawab atas pengeroyokan tadi? Sarumpaet, 1997:26

c. Lelaki III

Lelaki III adalah salah seorang roh lain di Alam Kematian. Saat ia masih hidup, Lelaki III adalah orang yang berkuasa. Ia cerdas dan pandai berdiplomasi. Ia memiliki pembawaan yang tenang dan tidak terpancing emosi. Dalam drama ini ia disiratkkan sebagai pihak yang berperan besar atas penderitaan kepada rakyat kecil. Hal tersebut tergambar dalam kutipan 13 dan 14. 13 TOKOH: […] Laki-laki sialan ini merampok hajat hidup orang banyak. Merampok satu koma tiga trilyun rupiah, hanya 30 denagn mengandalkan sebuah pena, sambil nyengar- nyengir dan itu hak rakyat. Sarumpaet, 1997:66-67 14 LELAKI III: Itu berarti aku sedang berhadapan dengan seorang yang betul-betul pemberani. Seseorang yang sakit. Dan demi nama Tuhan yang telah memberiku begitu banyak peluang di masa hidupku, aku berjanji akan memulihkannya. Pertama, aku lebih pandai membawa diri. Kedua, dengan cermat aku membaca situasi dan tahu bagaimana memanfaatkannya. Ketiga, aku tidak melawan arus. Dan inilah kesalahanmu yang paling buruk. Kamu melawan arus, padahal dunia di mana kamu tumbuh tidak menyukai itu. Kesalahan yang lain, kamu terlalu menjunjung tinggi kebenaran di dunia di mana kebenaran justru sedang beramai-ramai dikhianati. Aku heran ini luput dari pengamatanmu. Sarumpaet, 1997:73

d. Hakim