Kebutuhan  Setadewa  akan  cinta,  dalam  arti  cinta  dengan  lawan  jenis  tidak terpenuhi  kerena  wanita  yang  disayangi  sudah  menikah  dengan  pria  lain.  Tetapi
dalam hatinya, wanita itu Atik masih menjadi kekasihnya. Jadi  kesimpulan  dari  uraian  di  atas  kebutuhan  akan  cinta  dalam  kehidupan
Setadewa ada yang terpenuhi dan ada yang tidak terpenuhi. Kebutuhan akan cinta, dia dapatkan  ketika  masa  kecil  dan  masih  hidup  bersama  dengan  papi  dan  maminya.
Semua  keluarga  selalu  memberi  perhatian  kepada  Setadewa  termasuk  keluarga keraton.  Tetapi  ketika  Setadewa  beranjak  remaja,  kebutuhan  akan  cinta  kurang  dia
dapatkan, karena kekalahan tentara kerajaan KNIL. Belanda kalah, Jepang masuk dan hal  ini  berdampat  pada  kehidupan  keluarga  Setadewa.  Papinya  ditangkap  dan
maminya dijadikan gundik Jepang. Setadewa pun hidup seorang diri, berkelanan dan menjadi tentara kerjaan untuk membalas dendam atas perlakuan Jepang kepada orang
tuanya. Dilihat dari kebutuhan akan keamanan, Setadewa memiliki konflik batin yang kurang kasih sayang.
4.6.4 Kebutuhan akan Penghargaan
Setelah  orang-orang  memenuhi  kebutuhan  akan  cinta  dan  keberadaan,  mereka bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan esteem needs,  yang mencakup
penghormatan  diri,  kepercayaan  diri,  kemampuan,  dan  pengetahuan  yang  orang  lain hargai  tinggi.  Maslow  1970  mengidentifikasi  dua  tingkatan  kebutuhan  akan
penghargaan —reputasi  dan  harga  diri.  Reputasi  adalah  persepsi  akan  gengsi,
pengakuan, atau ketenaran yang dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain.  Sementara  harga  diri  adalah  perasaan  pribadi  seseorang  bahwa  dirinya  bernilai
atau bermanfaat dan percaya diri. Harga diri didasari oleh lebih dari reputasi maupun gengsi.  Harga  diri  menggambarkan  sebuah  “keinginan  untuk  memperoleh  kekuatan,
pencapaian atau keberhasilan, kecukupan, penguasaan dan kemampuan, kepercayaan diri di hadapan dunia, serta kemandir
ian dan kebebasan”. Dengan kata lain, harga diri didasari oleh kemampuan nyata dan bukan hanya didasari oleh opini orang lain.
 Kebutuhan penghargaan yang tidak terpenuhi Kebutuhan  akan  penghargaan  yang  tidak  terpenuhi  ketika  Setadewa  sedang
bertugas. Terletak pada bagian Merpati Lepas alur tikaian. Di bagian ini Setadewa merasa dirinya direndahkan dan tidak di hargai.
Seperti  penjelasan  di  atas,  kebutuhan  penghargaan  dibagi  menjadi  dua,  yaitu kebutuhan  akan  penghargaan  reputasi  yang  mencakup  persepsi  akan  gengsi,
pengakuan atau ketenaran yang dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain, dan penghargaan dari dalam atau harga diri. Harga diri didasari oleh lebih dari
reputasi  maupun  gengsi.  Dalam  kehidupan  Setadewa,  dia  mengalami  tidak terpenuhinya  penghargaan  reputasi.  Semasa  remajanya,  Setadewa  bergabung
dengan  tentara  kerajaan  menjadi  anggota  KNIL.  Baru  dua  bulan  bergabung  dengan anggota  KNIL,  Setadewa  diangkat  menjadi  letnan  dengan  atasannya  yaitu
Verburggen  mantan  pacar  Marice  ibu  Setadewa.  Suatu  bertugas,  Setadewa  merasa tidak dihargai karena hanya sebagai tentara KNIL, berikut kutipannya:
124 Dia  letnan  aku  letnan.  Hanya  dia  lebih  tua  dan  punya  bendera  Inggris  sebagai beking dan aku Cuma KNIL.
“Tentara  Kerajaan  itu  KL,  tentara  Belanda,”  masihku  dengar  Verburggen, “KNIL Cuma segerombolan bandit.” Tetapi justru karena itulah jiwaku terbakar
melihat  keangkuhan  orang  Inggris  itu.  “Urusan  Hindia  Belanda  adalah  urusan Hindia Belanda” bentakku sengit. Dan apa jawabnya? Ia tidak menjawab. Inilah
yang  lebih  menghinaku,  seolah  aku  tidak  pantas,  tidak sederajad,  untuk  diajak bicara Mangunwijaya, 2010: hlm 75
—76.
Dari  uraian  di  atas  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  Setadewa  memiliki kepribadia  yang  emosional  karena  dia  merasa  dirinya  tidak  di  hargai  atas  perlakuan
tentara Inggris yang tidak memberi respon dari pernyataan Setadewa. Selanjutnya,  di  tahun  1946,  Setadewa  merasa  dirinya  hanya  dijadikan  bulan-
bulannya yang tidak jelas.
125 Tahun  1946  bagiku  serba  simpang-siur  dan  aku  sendiri  sudah  tidak  tahu  harus berpikir apa. Patroli rutin semakin membosankan, karena terus-terang saja, kami
orang-orang  tentara  tidak  paham  soal  diplomasi  dan  segala  kemunafikan  kaum diplomat, sehingga merasa dijadikan bulan-bulanan Mangunwijaya, 2010: hlm
96.
Setadewa  merasa  dirinya  tidak  dihargai  dan  hanya  dipermainkan,  sehingga membuat dia merasa bosan dengan kegiatan dia yang tidak jelas.
Suatu  ketika  Setadewa  bertemua  dengan  Atik,  ketika  itu  Setadewa  tidak  bisa menghargai dirinya sendiri, dia malu dengan Atik.
126 Goblog,tolol,  seharusnya  aku  mendengarkan  dia.  Tetapi  untuk  itu  ternyata  aku terlalu  egois.  Dan  aku  meloncat.  Aku  penasaran,  Thompsonku  kulemparkan
pada tembok. Pistolku kulemparkan pada pintu dan aku lari. Dengan alasan apa aku tidak tahu jelas Mangunwijaya, 2010: hlm 93.
Ketika  Setadewa  berhasil  menduduki  Yogya,  dia  tidak  merasa  senang,  tetapi Setadewa diselimuti perasaan bimbang.
127 …  Pasukanku  menang,  Kapitein  Seta  jaya.  Tetapi  kehilangan  Larasati.
Barangkali … barangkali toh aku salah pilih Mangunwijaya, 2010: hlm 127.
Di  sini  lah  Setadewa  belum  bisa  menerima  dirinya  dan  kenyataan  yang  ada, sehingga membuat dia merasa bimbang dan dia merasa salah memilih.
4.6.5 Kebutuhan Aktualisasi Diri