Metode langsung ini mencakup: Melalui Penggunaan Nama Tokoh,

a Cara Analitik: pengarang dengan kisahnya dapat menjelaskan karakteristik seorang tokoh b Cara Dramatik: menggambarkan apa dan siapanya tokoh itu tidak secara langsung, tetapi melalui hal lain, seperti 1. Menggambarkan tempat atau lingkungan sang tokoh 2. Cakapan percakapan antara tokoh dengan tokoh lain, atau percakapan tokoh-tokoh lain tentang dia 3. Pikiran sang tokoh atau pendapat tokoh-tokoh lain atau dia 4. Perbuatan sang tokoh c Cara Analitik yang panjang ditutup dengan dua-tiga kalimat cara dramatic, dan cara dramatic yang panjang ditutup dengan dua-tiga kalimat cara analitik Lukman Ali,ed, 1967:123-4 dalam Sukada,1987:64-65. Selanjutnya, karakterisasi tokoh diperdalam lagi oleh Mindrop dalam bukunya yang berjudul Metode Karakterisasi Telaah Fiksi Minderop, 2005: 8-49, dijelaskan secara detail tentang telling dan showing. Metode langsung telling pemaparan dilakukan secara langsung oleh si pengarang.

A. Metode langsung ini mencakup: Melalui Penggunaan Nama Tokoh,

Melalui Penampilan Tokoh, dan Karakterisasi Melalui Tuturan Pengarang. 1. Karakterisasi Menggunakan Nama Tokoh Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain. Nama tersebut mengacu pada karakteristik dominan si tokoh. Misalnya, tokoh Edward Murdstone dalam David Copperfield karya Charles Dickens; stone sama dengan batu—keras berarti si tokoh memiliki watak yang keras. Penggunaan nama dapat pula mengandung kiasan allusion susastra atau historis dalam bentuk asosiasi. Nama Ethan Brand dalam Ethan Brand karya Nathaniel Hawthorne, mengacu pada tokoh pembakar kapur yang gemar bertualang. Nama ini mengandung kiasan dengan tanda brand terhadap Cain, pewaris dosa sehingga Brand dibuang sebagaimana ajaran yang terdapat dalam kitab Injil. Pembaca perlu pula mencermati penggunaan nama secara ironis yang dikarakterisasikan melalui inversion kebalikannya. Demikianlah, melalui penamaan tersebut tidak saja watak si tokoh yang tampak, bahkan tema suatu novel, ceritera pendek atau drama dapat terungkap melalui cerminan karakter para tokoh Minderop, 2005: 8-10. 2. Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh Dalam suatu karya sastra, faktor penampilan para tokoh memegang peran penting sehubungan dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh dimaksud misalnya, pakaian apa yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya. Rincian penampilan memperlihatkan kepada pembaca tentang usia, kondisi fisikkesehatan dan tingkat kesejahteraan si tokoh. Dari pelukisan ini tampak apakah tokoh merupakan sosok yang kuat, terkadang lemah, relatif bahagia, tenang atau kadang kala kasar. Sesungguhnya perwatakan tokoh melalui penampilan tidak dapat disangkal terkait pula kondisi psikologis tokoh dalam cerita rekaan. Misalnya, seorang tokoh dengan kondisi fisik tinggi dan langsing biasanya diasosiasikan dengan watak intelektual atau tipe tokoh astetis agak tertutup dan introspektif. Metode perwatakan yang menggunakan penampilan tokoh memberikan kebebasan kepada pengarang untuk mengekspresikan persepsi dan sudut pandangnya. Secara subjektif pengarang bebas menampilkan appearance para tokoh, yang sacara implicit memberikan gambaran watak tokoh. Namun demikian, terdapat hal-hal yang sifatnya universal, misalnya untuk menggambarkan seorang tokoh dengan positif bijaksana, elegan, cerdas, biasanya pengarang menampilkan tokoh yang berpenampilan rapih dengan sosok yang proporsional Minderop, 2005: 10-15. 3. Karakteristik Melalui Tuturan Pengarang Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan kisahannya. Pengarang berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran, perasaan dan gejolak batin sang tokoh. Dengan demikian, pengarang terus-menerus mengawasi karakterisasi tokoh. Pengarang tidak sekedar menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya Minderop, 2005: 15-16. Metode Tidak Langsung Showing Metode lainnya adalah metode tidak langsung dengan metode dramatic yang mengabaikan kehadiran pengarang, sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilakan diri sacara langsung melalui tingkah laku mereka. Dalam hal ini para pembaca dapat menganalisis sendiri karakter para tokoh. Karakterisasi melalui dialog terbagai atas: Apa yang dikatakan Penutur, Jatidiri Penutur, Lokasi dan Situasi Percakapan, Jatidiri Tokoh yang Dituju oleh Penutur, Kualitas Mental Para Tokoh, Nada Suara, Penekanan, Dialek, dan Kosa Kata Para Tokoh. a. Apa yang Dikatakan Penutur Pertama-tama pembaca harus memperhatikan subtansi dari suatu dialog. Apakah diolog tersebut sesuatu yang terlalu penting sehingga dapat mengembangkan peristiwa-peristiwa dalam suatu alur atau sebaliknya. Bila si penutur selalu berbicara tentang dirinya sendiri tersembul kesan ia seorang yang berpusat pada diri sendiri dan agak membosankan. Jika si penutur selalu membicarakan tokoh lain ia terkesan tokoh yang senang bergosip dan suka mencampuri orang lain. b. Jatidiri Penutur Jatidiri penutur di sini adalah ucapan yang disampaikan oleh seorang protagonis tokoh sentral yang seyogyanya dianggap lebih penting daripada apa yang diucapkan oleh tokoh bawahan tokoh minor, walaupun percakapan tokoh bawahan kerapkali memberikan informasi krusial yang tersembunyi mengenai watak tokoh lainnya. c. Lokasi dan Situasi Percakapan 1. Lokasi Percakapan Percakapan antara para pembantu pada keluarga Mannon yang terjadi di bagian luar rumah yang memiliki dua pintu masuk dari arah jalan. Pengarang menggambarkan adanya warna-warna kontradiktif yang menghiasi bangunan depan rumah—hitam, putih, abu-abu, dan hijau. Terdapat sebuah bangunan taman yang terlingdung hingga tidak terlihat dari depan rumah. Bagian atas bangunan portico yang ditopang pilar seperti topeng putih yang tidak selaras menempel di rumah tersebut seakan-akan menyembunyikan keburukan dan nuansa kusam; demikianlah watak para tokoh penghuni rumah ini. Pelukisan lokasi di atas dapat memberikan inspirasi kepada pembaca betapa penghuni yang meninggali rumah tersebut menyimpan suatu misteri dan keburukan yang disembunyikan. 2. Situasi Percakapan Percakapan antara Seth, Ames, Louisa, dan Minnie terjadi dalam situasi pesta yang diadakan di rumah keluarga Mannon. Situasi percakapan riang –gembira diiringi aluan musik dan penyanyi serta diselingi dengan acara minum-minum. Pada acara ini para tokoh di atas mulai berguning tentang majikan mereka—jendral Manno— yang tidak hadir karena sedang bertugas membela Negara. Situasi percakapan ini sangat mendukung watak para tokoh yang gemar bergunjing Minderop, 2005: 28-30. d. Jatidiri Tokoh yang Dituju oleh Penutur Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam ceritera; maksudnya tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh lainnya Minderop, 2005: 31-32. e. Kualitas Mental para Tokoh Pickering dan Hooper dalam Minderop, 2005:33. Kualitas mental para tokoh dapat dikenali melalui alunan dan aliran tuturan ketika para tokoh bercakap-cakap. Misalnya, para tokoh yang terlibat dalam suatu diskusi yang hidup menandakan bahwa mereka memiliki sikap mental yang open-minded. Ada pula tokoh yang gemar memberikan opini, atau bersikap tertutup close-minded atau tokoh yang penuh rahasia dan menyembunyikan sesuatu.

2.2.3 AlurPlot

Dokumen yang terkait

KONFLIK BATIN TOKOH RINAI DALAM NOVEL RINAI, TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN Konflik Batin Tokoh Rinai dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMK.

0 13 19

KONFLIK BATIN TOKOH RINAI DALAM NOVEL RINAI, TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA PADA Konflik Batin Tokoh Rinai dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMK.

0 9 13

PENDAHULIAN Konflik Batin Tokoh Rinai dalam Novel Rinai, Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMK.

0 2 5

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 3 12

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di S

0 1 13

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 5 26

KONFLIK BATIN DALAEL SHIRAZY Konflik Batin dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

0 3 11

Konflik batin tokoh utama dalam novel Lintang karya Nana Rina dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra.

0 5 140

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LINTANG KARYA NANA RINA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

0 0 138

Konflik batin tokoh Setadewa dalam novel Burung-burung Manyar karya Yb. Mangunwijaya dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA : suatu tinjauan psikologi sastra - USD Repository

0 0 207