4.5 Analisis Psikologis Tokoh Setadewa
Analisis psikologis tokoh Setadewa akan dikaitkan dengan latar, alur, dan teori Abraham Maslow untuk mengetahui konflik batin yang dialami tokoh semasa
hidupnya.
4.5.1 Analisis konflik batin terkait dengan latar
a. Latar tempat
Psikologis Setadewa ditinjau dari latar tempat semasa kecilnya di dalem. Konflik batin yang dialami Setadewa ketika berada di dalem yaitu tidak mendapatkan
kebebasan seperti anak-anak di luar keraton. Setadewa tidak suka dengan kehidupan di keraton dan akhirnya Setadewa memberontak karena dia merasa kehidupan di
keraton terlalu banyak aturan-aturan. Selanjutnya di masa remaja Setadewa ketika bertugas di Tanah Abang, dia
mengalami konflik batin yaitu Setadewa marasa kecewa dengan Atik, karena Atik berpihak kepada Republik sedangkan Setadewa berpihak kepada KNIL. Setadewa
menganggap Atik sebagai musuh. Ketika Setadewa beranjak dewasa, dia mengunjungi Istana Soekarno bersama
Atik dan suaminya. Setadewa teringat akan masa lalunya yang membuat dirinya sedih.
b. Latar waktu
Semasa kecil Setadewa, sekitar tahun 1944 ayahnya ditangkap oleh Jepang dan ibunya dijadikan gundik Jepang. Hal ini menyebabkan Setadewa benci dengan
Jepang. Melalui peristiwa ini menyebabkan Setadewa mengalami konflik batin. Konflik batin yang dialami Setadewa yaitu dia merasa sedih dan dendam dengan
Jepang. Kebencian Setadewa pun semakin menjadi ketika dia beranjak remaja di tahun 1945, wanita yang Setadewa sayangi, yaitu Atik berpihak kepada Republik
yang berarti bagi Setadewa dianggap musuh karena Setadewa berpihak kepada KNIL. Ketika Setadewa berhasil menguasai Jogja, dia merasa dirinya kehilangan Atik. Di
sini lah Setadewa mengalami konflik batin dengan dirinya, Setadewa merasa bimbang.
Setelah Setadewa beranjak dewasa tahun 1968 —1978, Setadewa melakukan
pengakuan terhadap Atik dan suaminya Janakatamsi atas kecurangan yang terjadi di perusahaannya. Setadewa mengalami konflik batin atas pengakuan yang dia lakukan,
karena ketika Setadewa melakukan pengakuan dia akan kehilangan pekerjaan dan Setadewa malu atas sikapnya selama ini.
c. Latar sosial
Dilihat dari kehidupan sosial masyarakat pada tahun 1934 —1944 yaitu
masyakarat dengan kelas sosial atas dan bawah. Ditahun itu, keluarga Setadewa termasuk keluarga dengan kelas sosial atas karena ayahnya letnan dengan keturunan
keraton dan ibunya keturunan noni belanda. Ketika itu Setadewa belum mengalami konflik batin. Setadewa mengalami konflik batin setelah ayahnya ditangkap oleh
Jepang dan ibunya di jadikan gundik Jepang, Tahun 1945
—1950, Setadewa bekerja keras untuk memenuhi hidupnya. Setadewa masuk menjadi anggota KNIL dan banyak terjadi kerusuhan yang
menyebabkan konflik batin. Selanjutnya ditahun 1968 —1978 kehidupan sosial yang
terjadi yaitu masyarakat modern dan masyarakat yang melarat. Konflik batin yang dialami Setadewa ketika itu harus mampu menerima kenyataan yang ada bahwa Atik
sudah bersuami dan memiliki tiga anak. Meskipun begitu Setadewa masih sayang dengan Atik, dia tidak mampu menghilangkan rasa sayangnya terhadap Atik.
4.5.2 Analisis konflik batin terkait dengan alur