sehingga dengan bertambahnya usia, kematangan emosi individu diperkirakan dapat bertambah pula.
Lebih lanjut, Yusuf 2011 menyatakan bahwa kematangan emosi merupakan kemampuan individu untuk dapat bersikap toleran, merasa
nyaman, mempunyai kontrol diri, menerima diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif.
Individu yang memiliki kematangan emosi mampu bereaksi sesuai dengan tuntutan yang ada dalam situasi tersebut. Akibatnya, respon yang tidak
sesuai dengan tuntutan yang dihadapi akan dihilangkan Sari Nuryoto, 2002.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan individu bersikap toleran, merasa nyaman,
mempunyai kontrol diri, menerima diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyatakan emosi secara kontruktif dan kreatif.
2. Aspek-aspek Kematangan Emosi
Walgito 2004 mengemukakan lima aspek kematangan emosi, yaitu:
a. Dapat menerima keadaan diri maupun orang lain apa adanya. Individu mampu menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri
sehingga berani menjadi pribadi apa adanya. Selain itu, mudah menyesuaikan diri karena mampu menerima kelebihan dan kekurangan
orang lain. Hal ini disebabkan karena seseorang yang matang emosinya dapat berpikir secara lebih objektif.
b. Tidak impulsif. Individu merespon stimulus dengan cara berpikir rasional tidak hanya
berdasarkan pemikiran emosional dan menyadari akibat dari tindakan yang emosional. Mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu
sebelum bereaksi terhadap situasi tersebut sehingga cenderung memikirkan ulang tindakan emosional yang hendak dilakukan serta
memilih ungkapan emosi yang tidak bersifat menyerang. c. Dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosi dengan baik.
Individu yang mampu mengontrol emosi cenderung akan mempunyai emosi yang stabil, tidak berubah-ubah seperti yang terjadi pada masa
perkembangan anak-anak, mampu mengekspresikan emosi tersebut secara wajar dengan mengelola emosi agar tidak mengarah pada
tindakan destruktif. Selain itu, mampu menanggapi emosi orang lain dengan konstruktif dan mengekspresikan emosi pada orang lain dengan
asertif. d. Bersifat sabar, penuh pengertian, dan memiliki toleransi yang baik.
Individu dapat berpikir secara objektif dan realistis sehingga mampu menghadapi perlakuan maupun perkataan negatif dari orang lain dengan
bijaksana. Selain itu, mampu menghargai ekspresi emosi orang lain karena memiliki toleransi yang baik.
e. Mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, dan tidak mudah mengalami frustrasi.
Individu mampu bertanggung jawab terhadap reaksi emosional yang dilakukan. Di samping itu, mampu mengubah emosi yang tidak
menyenangkan menjadi pendorong melakukan tindakan konstruktif serta mampu mengelola tekanan emosi agar tidak melemahkan diri
karena sifat mandiri dan tahan terhadap tekanan yang dimilikinya. Bersedia menerima saran dan kritik dari individu lain dengan sikap
terbuka. Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kematangan emosi adalah
dapat menerima keadaan diri sendiri dan orang lain apa adanya, tidak impulsif, dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosi dengan baik, sabar
penuh pengertian dan memiliki toleransi yang baik, serta mempunyai
tanggung jawab, dapat berdiri sendiri, dan tidak mudah frustrasi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa hal-hal berikut ini mempengaruhi kematangan emosi:
a. Kesehatan Fisik Sari Nuryoto 2002 mengungkapkan bahwa kematangan emosi
berhubungan erat dengan kesehatan fisiologis individu.
b. Jenis Kelamin Beberapa penelitian mengungkapkan korelasi positif yang signifikan
antara jenis kelamin dengan kematangan emosi Roja, Sasikumar, Fathima, 2013; Mallick, Singh, Chaturvedi, Kumar, 2014.
c. Tempat tinggal Mallick, dkk., 2014 mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan
signifikan pada kematangan emosi mahasiswa yang tinggal di asrama dan non asrama. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh
Punithavathi 2013 mengungkapkan bahwa mahasiswi non asrama memiliki kematangan emosi yang lebih tinggi daripada mahasiswi
yang tinggal di asrama. d. Struktur keluarga
Sigh, Pant, dan Valentina, 2014 melakukan studi mengenai dampak struktur keluarga pada kematangan emosi remaja. Mereka menemukan
bahwa kematangan emosi berkorelasi positif secara signifikan terhadap struktur keluarga.
Dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi antara lain, kesehatan fisik, jenis kelamin, tempat
tinggal, dan struktur keluarga.
C. MAHASISWA
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 6