Skala kematangan emosi Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian
mengambil keputusan untuk menyebarkan skala dalam bentuk cetak setelah masa UAS berakhir, yakni tanggal 15 Juni 2015 dilanjutkan tanggal 19 Juni
2015 hingga secara total terkumpul jumlah subjek yang mengisi skala cetak sebanyak 94 orang dan 9 diantaranya gugur karena 3 orang tidak memenuhi
kriteria usia masih 17 tahun serta 6 orang tidak mengisi identitas maupun aitem skala dengan lengkap sehingga total didapatkan subjek sejumlah 85
orang. Dengan demikian, total subjek yang mengisi skala online dan cetak dijumlahkan menjadi 100 orang. Setelah melakukan uji coba, peneliti
melakukan perhitungan reliabilitas dan daya diskriminasi tiap aitem hingga mendapatkan aitem yang memiliki daya diskriminasi
≥ 0,25. Peneliti melakukan perhitungan sebanyak 4 kali hingga mendapatkan aitem skala
kematangan emosi yang sahih berkisar dari 0,255 sampai dengan 0,615 dan menghasilkan koefisien alpha
α sebesar 0,902. Untuk skala prokrastinasi akademik, peneliti melakukan perhitungan sebanyak 2 kali hingga
mendapatkan aitem skala prokrastinasi akademik yang sahih berkisar dari 0,253 sampai dengan 0,651 dan menghasilkan koefisien alpha
α sebesar 0,942. Selanjutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh deskripsi
data sebagai berikut: Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi Data Kematangan Emosi
Prokrastinasi Akademik X
min
124 109
X
max
199 218
Mean 165,60
158,37 SD
14,548 16,509
Untuk dapat membuat interpretasi terhadap data kuantitatif pada skala
kematangan emosi dan skala prokrastinasi akademik, diperlukan suatu
pembanding sehingga dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Untuk mengetahui kematangan emosi dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa
dilakukan uji perbandingan antara mean empiris dan mean teoretis serta standar deviasi dan standar hasil penelitian.
Tabel 7. Uji Signifikansi Perbedaan Mean Empiris dan Teoretis Skala
N Teoretis
Empiris SD
Min Max Mean Min Max Mean
Kematangan Emosi
60 60
240 150
124 199
165,60 14,548 Prokrastinasi
Akademik 64
64 256
160 109
218 158,37 16,509
Mean empiris diperoleh dari angka yang merupakan rata-rata dari data
hasil penelitian, sedangkan mean teoretis diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di
atas diperoleh data sebagai berikut. Skala kematangan emosi memiliki mean teoretis sebesar 150, sedangkan mean empirisnya adalah 165,60. Mean
empiris pada skala kematangan emosi lebih besar daripada mean teoretisnya. Tabel 8. Uji t Skala Kematangan Emosi
Test Value = 150
T Df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
95 Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Kematangan Emosi
10,723 99 ,000
15,600 12,71
18,49
Berdasarkan hasil uji t di atas, nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa mean empiris
memiliki perbedaan yang signifikan terhadap mean teoretis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kematangan emosi subjek tinggi.
Pada skala prokrastinasi akademik, mean teoretis yang diperoleh adalah 160, sedangkan mean empiris yang diperoleh adalah 158,37. Mean empiris
pada skala prokrastinasi lebih kecil dari mean teoretisnya. Tabel 9. Uji t Skala Prokrastinasi Akademik
Test Value = 160
t Df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
95 Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Prokrastinasi Akademik
-,987 99 ,326
-1,630 -4,91
1,65
Berdasarkan hasil uji t di atas, nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05, yaitu 0,326. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara mean empiris dan mean teoretis. Maka dari itu, diketahui bahwa tingkat prokrastinasi akademik subjek rendah.
Selanjutnya, tinggi rendahnya kematangan emosi maupun prokrastinasi akademik subjek dapat diketahui melalui cara pengkategorian skor yang
diperoleh dari masing-masing subjek pada skala kematangan emosi dan prokrastinasi akademik. Tujuan pengkategorian adalah untuk menempatkan
subjek ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur sehingga dapat diketahui
kontinum jenjang dari rendah ke tinggi. Dasar pembuatan kategorisasi adalah asumsi bahwa skor subjek
terdistribusi secara normal. Menurut Azwar 2008, batasan kategori variabel penelitian
disusun berdasarkan
satuan deviasi
standar dengan
memperhitungkan skor hipotetik minimal dan maksimal.