Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi
tidak berharga mendorong ke arah menghindari tugas yang mungkin berujung pada kegagalan.
Steel 2007 mengemukakan bahwa orang impulsif biasa menanggalkan pekerjaan dengan tenggat waktu yang sudah dekat karena mudah merasa
bosan. Ursia, Siaputra, dan Sutanto 2013 menyatakan hal yang serupa, yakni kecenderungan mahasiswa untuk bersikap impulsif selaras dengan
kecenderungan mahasiswa untuk menunda pengerjaan tugas. Blatt Quinn
dalam Steel, 2007 juga menegaskan hal yang sama bahwa individu yang impulsif lebih cenderung melakukan prokrastinasi. Individu tersebut tidak
mempertimbangkan dengan matang keputusannya, sering mengejar gratifikasi segera, serta mengabaikan atau tidak memperdulikan tanggung jawab jangka
panjang. Baumeister, Heatherton, dan Tice dalam Tice Baumiester, 1997
menemukan fakta bahwa prokrastinasi dilakukan karena seseorang bermaksud untuk meregulasi emosi negatif yang mungkin menyertai sebuah
tugas setidaknya dalam jangka pendek. Regulasi emosi tersebut biasanya diwujudkan dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti
menonton TV, tidur, bermain game, makan, berbincang dengan anggota keluarga atau teman-teman, serta berbicara melalui telepon Pychyl, dkk.,
2000. Faktor penting lain yang ditemukan melatarbelakangi prokrastinasi
adalah kontrol diri. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli mengungkapkan bahwa prokrastinasi secara negatif berkorelasi dengan
kontrol diri Ferrari dan Emmons, 1995; Steel 2007; Ursia, Siaputra, Sutanto 2013. Kontrol diri dipahami sebagai pengendalian diri individu
terhadap waktu tunda imbalan. Selain itu, ketidakmampuan menunda kesenangan tersebut terkait erat
dengan kematangan emosi yang dimiliki mahasiswa. Beberapa peneliti mengartikan kematangan emosi sebagai kemampuan individu untuk dapat
mengendalikan diri Andrieş, 2009; Yusuf, 2011; Arumugam, 2014. Artinya, mahasiswa yang memiliki kematangan emosi tinggi tidak akan mudah
terganggu atau teralihkan oleh rangsang-rangsang yang bersifat emosional sesaat, baik yang berasal dari dalam maupun luar dirinya.
Kematangan emosi mencakup lima aspek, yakni dapat menerima keadaan diri sendiri dan orang lain apa adanya, tidak impulsif, dapat
mengontrol emosi dan ekspresi emosi dengan baik, sabar penuh pengertian dan memiliki toleransi yang baik, serta mempunyai tanggung jawab, dapat
berdiri sendiri, dan tidak mudah frustrasi. Individu yang mampu menerima keadaan diri secara apa adanya, baik
kelebihan maupun kekurangan akan lebih peka untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Kaitannya dengan prokrastinasi akademik
adalah individu mampu menyesuaikan kemampuan diri sendiri dengan tugas- tugas yang didapatkan. Ketika individu tersebut menyadari bahwa tugas yang
dimiliki banyak dan waktu pengumpulannya terbatas maka tugas tersebut akan segera dikerjakannya.