dinyatakan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Sarwono 1978 memperinci bahwa
mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia antara 18-30 tahun.
Menurut Hurlock 1994 rentang usia 18-40 tahun merupakan tahap perkembangan dewasa awal. Beberapa tugas perkembangan masa dewasa
awal adalah memilih pasangan hidup, mengelolamengatur rumah tangga, memulai pekerjaan, dan bertanggung jawab sebagai warga negara.
Mahasiswa yang berhasil mencapai tugas perkembangan tersebut akan meraih kebahagiaan dan keberhasilan pada tugas perkembangan berikutnya.
Sebaliknya, mahasiswa yang gagal menyelesaikan tugas perkembangan tersebut, akan mengalami ketidakbahagiaan, celaan sosial, dan kesukaran
menyelesaikan tugas perkembangan berikutnya Havinghurst Neugarten, 1962. Di samping harus menyelesaikan tugas perkembangan, mahasiswa
juga dihadapkan pada berbagai tugas akademik. Mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan berbagai tugas akademik, seperti tugas menulismengarang,
tugas membaca mingguan, belajar menghadapi ujian, kewajiban dalam hal kehadiran, serta tugas-tugas administratif.
D. DINAMIKA
HUBUNGAN KEMATANGAN
EMOSI DENGAN
PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA
Mahasiswa dalam masa studinya menghadapi berbagai tuntutan akademik, termasuk di dalamnya tugas-tugas rutin seperti menulis, membaca,
belajar menghadapi ujian, menghadiri kuliah, dan tugas administratif lainnya. Tidak semua tugas tersebut dipenuhi dengan baik oleh mahasiswa karena
berbagai hal, salah satunya adalah penundaan atau prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik merupakan permasalahan yang penting untuk
ditangani karena jumlah prevalensinya semakin meningkat dari hari ke hari. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran karena konsekuensi negatif yang
dihasilkan oleh perilaku prokrastinasi akademik jauh lebih besar daripada konsekuensi positifnya. Bahkan, konsekuensi negatif yang dihasilkan dari
prokrastinasi akademik dapat mengarah pada kegagalan studi mahasiswa atau dropped out.
Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai prokrastinasi akademik sehingga terungkap berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya
prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswa. Perbedaan karakteristik tugas, seperti ketidaksukaan dan kesukaran tugas telah dipelajari sebagai
faktor yang mendahului prokrastinasi Steel, 2007. Tugas-tugas kuliah yang membutuhkan kemandirian, menuntut penyediaan sumber daya waktu,
tenaga, pikiran, dan mungkin juga uang, serta tidak memberikan imbalan seketika merupakan tugas-tugas yang dengan mudah atau memiliki
kecenderungan tinggi untuk ditunda Ursia, Siaputra, Sutanto, 2013. Harga diri yang rendah juga disinyalir sebagai penyebab mahasiswa
melakukan prokrastinasi sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Beswick, dkk dalam Patrzek, Grunschel, Fries 2012. Ferrari dalam
Chow, 2011 juga menyatakan bahwa harga diri yang rendah atau perasaan
tidak berharga mendorong ke arah menghindari tugas yang mungkin berujung pada kegagalan.
Steel 2007 mengemukakan bahwa orang impulsif biasa menanggalkan pekerjaan dengan tenggat waktu yang sudah dekat karena mudah merasa
bosan. Ursia, Siaputra, dan Sutanto 2013 menyatakan hal yang serupa, yakni kecenderungan mahasiswa untuk bersikap impulsif selaras dengan
kecenderungan mahasiswa untuk menunda pengerjaan tugas. Blatt Quinn
dalam Steel, 2007 juga menegaskan hal yang sama bahwa individu yang impulsif lebih cenderung melakukan prokrastinasi. Individu tersebut tidak
mempertimbangkan dengan matang keputusannya, sering mengejar gratifikasi segera, serta mengabaikan atau tidak memperdulikan tanggung jawab jangka
panjang. Baumeister, Heatherton, dan Tice dalam Tice Baumiester, 1997
menemukan fakta bahwa prokrastinasi dilakukan karena seseorang bermaksud untuk meregulasi emosi negatif yang mungkin menyertai sebuah
tugas setidaknya dalam jangka pendek. Regulasi emosi tersebut biasanya diwujudkan dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti
menonton TV, tidur, bermain game, makan, berbincang dengan anggota keluarga atau teman-teman, serta berbicara melalui telepon Pychyl, dkk.,
2000. Faktor penting lain yang ditemukan melatarbelakangi prokrastinasi
adalah kontrol diri. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli mengungkapkan bahwa prokrastinasi secara negatif berkorelasi dengan