teratur atau tidak. Pendarahan semacam ini sering terjadi dan menstruasinya biasanya anovoasi penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri, polip
endometrium atau hyperplasia endometrium penebalan dinding rahim, dan biasanya terjadi pada ketegangan psikologi. Menoragia mungkin terjadi disertai dengan kondisi
organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan pada uterus. Hal ini disebut dengan perdarahan uterus disfungsional.
b.2. Hipomenorea
Hipomenorea adalah pendarahan menstruasi yang lebih pendek dari biasa danatau lebih kurang dari biasa penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal,
kondisi wanita dengan penyakit tertentu.
c. Perubahan pada pola menstruasi
32
Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi dengan interval yang tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi, pola
menstruasi ini disebut metrorargia.
d. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi
d.1. Sindrom
premenstruasi pre-menstrual syndrom PMS
Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi yang menghilang sesudah menstruasi
datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Penyebab terjadinya tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan
estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada
Universitas Sumatera Utara
premenstrual syndrom terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi
progesterone.
19
d.2. Dismenorea
19, 32
Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan
rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus
haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur disebut siklus anovulatory, terutama bila darah
haid membeku di dalam rahim. Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah.
Biasanya dimulai dua puluh empat jam sebelum menstruasi datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa menstruasi. Derajat rasa nyerinya bervariasi
mencakup ringan berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivias sehari-hari, sedang karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit,
tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya, berat rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya.
Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu dismenorea primer, semata-mata berkaitan dengan aspek hormonal yang mengendalikan uterus dan tidak
dijumpai kelainan anatomis, umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi. Dismenorea sekunder, rasa nyeri yang terjadi saat menstruasi berkaitan
dengan kelainan anatomis uterus seperti endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna.
Universitas Sumatera Utara
2.3.7. Penyebab Terganggunya Siklus Menstruasi
33, 34
Banyak penyebab kenapa siklus menstruasi menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus dengan siklus menstruasi yang tidak normal, tidak berdasarkan
kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus menstruasi, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai :
a. Fungsi hormon terganggu
Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.
b. Kelainan Sistemik
Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita
yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus menstruasinya pun tidak teratur.
c. Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan,
sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus menstruasi pun ikut terganggu.
d. Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondoktiroid juga bias menjadi penyebab idak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang
Universitas Sumatera Utara
terlalu tinggi hipertiroid maupun terlalu rendah hipotiroid, yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.
e. Hormon prolakin berlebih
Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak menstruasi, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak
sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.
2.4. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Menstruasi
2.4.1. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Siklus Menstruasi
Pemberian kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan perubahan sekresi steroid seks dari ovarium sehingga keluhan-keluhan yang timbul sebelum dan selama
menstruasi seperti nyeri menstruasi dismenorea, sindroma premenstrual PMS dapat diobati dengan pemberian kontrasepsi hormonal.
Pada akhir pemberian pil kontrasepsi umumnya akan terjadi perdarahan. Perdarahan yang terjadi tidak dapat dianggap sebagai darah haid karena terjadi dari
suatu endometrium yang normal fase sekretorik. Pada pemberian pil kombinasi terjadi perdarahan lucut, tetapi perdarahan yang terjadi bukan berasal dari suatu
endometrium yang normal karena gestagen sudah ada sejak awal pada fase proliferasi. Seperti diketahui bahwa menstruasi normal terjadi akibat kadar
progesteron yang turun, sedangkan pada penggunaan pil kombinasi, menstruasi yang terjadi akibat turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron atau akibat turunnya
kadar hormon sintetik. Menstruasi yang terjadi setelah penggunaan pil kombinasi atau sekuensial lebih tepat dikatakan sebangai pseudo menstruasi.
13
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Jumlah Darah Menstruasi
Jumlah darah pada saat menstruasi yang keluar selama penggunaan pil kontrasepsi akan berkurang hingga 50-70 terutama pada hari pertama dan kedua.
Pengaruh ini sangat jelas terlihat pada penggunaan pil yang mengandung gestoden. Setelah penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit dan
bahkan kadang-kadang sampai dapat terjadi amenorea. Banyak darah yang keluar sangat bergantung pada dosis kontrasepsi
hormnonal yang digunakan. Makin kecil dosis estrogen dan progesteron, makin sedikit pula darah yang keluar, dan makin besar dosis estrogen dan progesteron,
makin banyak pula darah yang keluar.
13
2.4.3. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Lamanya Menstruasi
Dengan berkurangnnya darah yang keluar, biasanya lamanya perdarahan juga akan berubah. Pada penggunaan pil bertingkat lamanya perdarahan berkisar antara 3-
5 hari. Perubahan pada setiap lamanya menstruasi umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam kontrasepsi hormonal. Pada wanita-wanita tertentu,
perubahan terhadap lama perdarahan selama penggunaan pil kontrasepsi merupakan suatu gangguan, sehingga akseptor tersebut sering meminta untuk dilakukan
pengobatan.
13
2.4.4. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Terjadinya Spotting
Pada umumnya spotting terjadi pada permulaan penggunaan pil kontrasepsi, dan jarang ditemukan pada penggunaan jangka panjang. Perdarahan seperti ini
dijumpai pada penggunaan pil dengan dosis estrogen dan progesteron yang rendah. Dari pengamatan terbukti bahwa komponen gestagen berperan terhadap terjadinya
Universitas Sumatera Utara
spotting. Pada penggunaan pil kontrasepsi yang mengandung jenis komponen gestagen kuat seperti levonorgestrel, desogestrel dan gestoden lebih sedikit
ditemukan spotting. Pada wanita yang sebelum penggunaan pil kontrasepsi sudah mengalami
gangguan menstruasi, pada pemberian pil kontrasepsi akan sangat mudah mengalami spotting. Dari berbagai penelitian terbukti bahwa kelupaan menggunakan pil
merupakan faktor penyebab utama terjadinya spotting. Spotting juga dapat terjadi bila akseptor menggunakan pil kontrasepsi tersebut sedang menggunakan obat-obatan
tertentu seperti antibiotik, amoksilin atau obat oral lainnya. Bila spotting terjadi pada usia diatas 40 tahun dan telah menggunakan kontrasepsi hormonal cukup lama, maka
perlu dilakukan Dilatasi dan Kuretase DC
13
2.4. Landasan Teori
5
Menurut BKKBN 2011, gangguan menstruasi dapat terjadi pada PUS yang menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi hormonal yang sering menyebabkan
gangguan menstruasi diantara pil kombinasi, suntik kombinasi, pil progestin, dan suntik progestin. Efek samping yang sering terjadi adalah tidak ada perdarahan
amenorea, spotting, terjadinya perubahan pola haid seperti tidak teratur, siklus menstruasi yang memendek atau memanjang dan perdarahan yang banyak atau
sedikit. Hampir 30-60 akseptor mengalami gangguan menstruasi berupa perdarahan sela, spotting, amenorea.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Karakteristik Akseptor KB Hormonal: a.
Umur b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Jumlah anak Gangguan Menstruasi:
a. Gangguan Pola Menstruasi
b. Gangguan Lama Menstruasi c.
Gangguan Siklus Menstruasi d. Spotting Bercak Darah
Kontrasepsi Hormonal: a.
Jenis kontrasepsi hormonal Pil, Suntik, Implan
b. Lama penggunaan alat kontrasepsi hormonal
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian